7 Suku yang Terancam Punah, Salah Satunya Batak di Filipina

Kamis, 19 September 2024 - 23:10 WIB

3. Suku Livonia (Latvia)

Perkiraan populasi yang masih hidup: 200 (akurat per tahun 2018)

Ras nelayan ini, yang menetap di pesisir timur Baltik 4.000 tahun yang lalu, menyebut diri mereka sebagai raandalist – diterjemahkan sebagai 'penghuni pantai'. Namun, setelah berabad-abad perang dan asimilasi paksa, wilayah inti mereka telah menyusut menjadi belasan desa pesisir Latvia; Mazirbe, ibu kota budaya mereka, hanya berpenduduk 134 orang (akurat per tahun 2005).

Meski terdengar suram, budaya Liv akhirnya terbebas dari penganiayaan Soviet – pesisir Liv secara resmi dilindungi oleh pemerintah Latvia.

Klaim bahwa penutur asli terakhir bahasa Liv telah meninggal pada tahun 2009 terbukti prematur, dengan lima penutur asli ditemukan di tiga benua. Bahasa tersebut diajarkan di universitas-universitas di Latvia.

4. Nukak (Kolombia)

Perkiraan populasi yang masih hidup: 420 (akan diumumkan)

Suku Nukak adalah salah satu dari sedikitnya 32 masyarakat adat di Kolombia yang telah diidentifikasi PBB sebagai berisiko mengalami kepunahan. Penjajah bersenjata, menanam kakao untuk perdagangan kokain, dan konflik militer antara pemberontak dan pemerintah telah mengubah hutan hujan Kolombia selatan tempat suku Nukak pernah berkeliaran menjadi tempat yang berbahaya.

Ratusan suku Nukak kini tinggal di kamp pengungsian, dengan banyak anggota yang lebih muda yang putus asa untuk meninggalkan gaya hidup tradisional mereka. Namun, asimilasi bisa berakibat fatal bagi orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya hampir tidak mampu menahan flu biasa. Survival International memperkirakan bahwa 50% suku Nukak telah meninggal sejak suku tersebut pertama kali melakukan kontak rutin dengan dunia luar pada tahun 1988.



5. El Molo (Kenya)

Perkiraan populasi yang masih hidup: 800 (akurat per 2018)

Tidak seorang pun benar-benar tahu dari mana suku El Molo berasal, tetapi sisa-sisa terakhir dari kelompok etnis terkecil di Kenya berkumpul bersama di pantai tenggara Danau Turkana. Setelah bertahun-tahun berkonflik dengan kelompok etnis lain, mereka hidup menyendiri. Memancing ikan Nile perch yang besar menentukan kehidupan mereka – el molo adalah istilah Maasai untuk ‘mereka yang mencari nafkah selain dari ternak’ – tetapi Danau Turkana perlahan menguap dan semakin tercemar, menyebabkan wabah kolera yang berulang.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More