Presiden Kolombia Sebut Netanyahu Penjahat di Sidang Umum PBB

Rabu, 25 September 2024 - 09:15 WIB
loading...
Presiden Kolombia Sebut...
Presiden Kolombia Gustavo Petro berpidato di Sidang Umum PBB. Foto/plenglish.com
A A A
NEW YORK - Presiden Kolombia Gustavo Petro mengkritik Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu atas serangan di Jalur Gaza selama pidatonya di Sidang Umum PBB pada Selasa (24/9/2024).

“Dalam ketimpangan ini… kita temukan logika kehancuran massal yang dipicu oleh krisis iklim dan logika bom yang dijatuhkan oleh penjahat seperti Netanyahu di Gaza,” tegas Petro.

“Ketika Gaza mati, seluruh umat manusia akan mati,” ujar Presiden. “Hari ini kita punya 20.000 anak yang meninggal. Para presiden menertawakan situasi ini di Sidang Umum PBB.”

Presiden Kolombia mengatakan hanya suara-suara kekuatan dunia yang didengar di panggung internasional.

“Kekuatan suatu negara di dunia tidak lagi dijalankan oleh kekuatan politik dan ekonomi, tetapi dengan menghancurkan umat manusia. Kita yang punya kekuatan untuk mempertahankan hidup berbicara tanpa memperhatikan. Itulah sebabnya mereka tidak mendengarkan kita ketika kita memilih untuk menghentikan genosida di Gaza. Para presiden yang dapat menghancurkan umat manusia tidak mendengarkan kita,” papar dia.

Petro menekankan pentingnya transisi energi untuk menghentikan krisis iklim. Dia menyerukan tindakan terhadap perubahan iklim, memperingatkan bahwa 11 juta hektar hutan hujan Amazon telah terbakar hanya dalam waktu satu bulan akibat pemanasan global dan krisis iklim.

“Para ilmuwan mengatakan, jika hutan hujan Amazon terbakar, kita akan mencapai titik iklim yang tidak dapat kembali, di mana keputusan manusia untuk menghentikan kehancuran tidak akan lagi menjadi hal yang tidak berbahaya. Nah, hutan hujan Amazon sudah terbakar,” ujar dia.

“Masyarakat harus menghentikan modal fosil. Cerobong asap harus dihentikan; setiap sudut dunia harus menghentikan cerobong asap itu,” ungkap dia.

Petro juga mengutuk blokade terhadap Kuba dan Venezuela. “Oligarki global yang kuat memungkinkan bom dijatuhkan di Gaza, Lebanon, dan Sudan, atau memungkinkan blokade ekonomi terhadap negara-negara pemberontak yang tidak sesuai dengan wilayahnya, seperti Kuba dan Venezuela,” papar dia.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1659 seconds (0.1#10.140)