2 Syarat Tak Biasa yang Diminta Putin untuk Kunjungi Turki, Salah Satunya Dikawal Jet Tempur

Jum'at, 13 September 2024 - 13:30 WIB
Presiden Vladimir Putin dilaporkan minta dua syarat untuk mengunjungi Turki, salah satunya harus dikawal jet tempur Rusia. Foto/Sputnik/Mikhail Klimentyev
JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin semestinya mengunjungi Turki pada Agustus 2023, yang akan menjadi kunjungan pertamanya ke negara NATO sejak invasi Moskow ke Ukraina dimulai Februari 2022.

Namun, kunjungan itu telah ditunda hingga sekarang.

Beberapa sumber yang memahami pemikiran Rusia mengatakan kepada Middle East Eye (MEE) bahwa Putin menuntut syarat tidak biasa untuk kunjungan ke Ankara, yang agak sulit dipenuhi Turki.





2 Syarat Vladimir Putin untuk Kunjungi Turki

1. Minta Dikawal Jet Tempur Rusia



Putin ingin terbang ke Turki dengan pengawalan jet tempur Rusia, kata salah satu sumber yang dikutip MEE. Alasannya, karena khawatir dengan kemampuan Ukraina bisa menembak jatuh pesawat yang membawanya di rute penerbangan tersebut.

Permintaan Putin untuk terbang dengan kawalan jet tempur Rusia, dan juga mungkin mendaratkannya di wilayah Turki, merupakan masalah yang rumit. Sebab, sistem pertahanan udara NATO di negara tersebut dapat menganggap pesawat itu sebagai target musuh.

Sumber yang memahami pembicaraan mengenai rencana kunjungan Putin mengatakan Turki kemungkinan tidak akan menutup sistem pertahanan NATO untuk mengakomodasi permintaan Rusia.

Dalam pertimbangan terakhir mengenai kunjungan tersebut, pejabat Rusia dan Turki telah membahas kedatangan Putin pada minggu pertama bulan Oktober.

Namun, permintaan jet tempur yang spesifik membuat penjadwalan dan pengaturan kunjungan tersebut sangat tidak mungkin, kata beberapa sumber. Terakhir kali Putin mengunjungi Ankara adalah pada tahun 2014.

Dua mantan duta besar Turki, yang sebelumnya terlibat erat dalam protokol diplomatik seputar kunjungan kepala negara asing, mengatakan kepada MEE bahwa permintaan Rusia tersebut sangat tidak biasa.

“Pemerintah Turki mungkin akan mengirim jet tempur untuk mengawal kepala negara asing sebagai isyarat,” kata salah satu mantan duta besar Turki.

“Meskipun demikian, saya tidak dapat mengingat kunjungan apa pun di mana kepala negara asing ingin membawa serta jet tempur negaranya.”

2. Penginapan yang Bukan Hotel Amerika



Mantan duta besar Turki lainnya mengatakan tidak ada protokol khusus yang mengatur permintaan tersebut, sehingga hal tersebut masih dalam perdebatan. Namun, tuntutan Rusia tidak hanya terbatas pada jet tempur.

Syarat kedua yang diminta Putin adalah tempat menginap, namun bukan hotel milik Amerika Serikat (AS).

Pejabat Rusia mengeluh bahwa tiga lokasi hotel terbesar di Ankara—Hilton, Sheraton, dan JW Marriott—adalah bisnis milik AS.

Moskow, menurut sumber-sumber yang memahami masalah ini, menganggap jaringan hotel AS tidak aman bagi kepala negara Rusia.

Hal ini menimbulkan kemungkinan apakah Ankara dapat menyediakan wisma tamu pemerintah untuk menjamu Putin, sebuah protokol yang sangat tidak biasa yang belum pernah ada bandingannya.

Pada tahun lalu, beberapa sumber memberi tahu MEE bahwa kekhawatiran keamanan Putin mungkin menjadi penyebab penundaan perjalanannya ke Ankara.

Karena Turki adalah anggota NATO, pejabat Rusia secara khusus khawatir tentang kemungkinan upaya pembunuhan terhadapnya atau rombongannya, kata sumber-sumber tersebut.

Sekilas, kekhawatiran Rusia tentang jaringan hotel mungkin tampak valid, tetapi Putin tidak perlu menginap di hotel jika dia hanya singgah di Turki selama sehari.

Sebagai contoh rujukan, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi melakukan kunjungan resmi ke Ankara minggu lalu, datang sekitar tengah hari dan meninggalkannya malam itu setelah menghadiri serangkaian pertemuan.

MEE telah meminta komentar dari pejabat pemerintah Rusia, tetapi belum menerima tanggapan. Kementerian Luar Negeri Turki juga menolak berkomentar.

Meskipun Turki dan Rusia menikmati hubungan strategis yang berbasis pada energi, perdagangan, dan pariwisata, hubungan mereka secara berkala mengalami pasang surut.

Awal tahun ini, Putin mengkritik Ankara karena memasok senjata ke Ukraina.

Moskow juga merasa tidak nyaman dengan sistem perbankan Turki, yang sebagian besar menghentikan transaksi dengan Rusia setelah sanksi sekunder AS diberlakukan pada bulan Desember yang mengancam lembaga keuangan yang bertransaksi dengan bank-bank Rusia. Langkah tersebut mengakibatkan hilangnya sebagian perdagangan bilateral.

Namun, yang penting, beberapa pejabat tinggi Rusia telah berulang kali mengatakan bahwa Moskow ingin membangun pembangkit listrik tenaga nuklir kedua di Sinop, Turki, setelah yang membangun pembangkit yang pertama di Akkuyu.

Kedua negara juga sedang membahas pembangunan pusat gas di Turki bagian barat.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More