AS Ogah Kirim Kontraktor untuk Perbaiki Jet Tempur F-16 Ukraina, Takut Jadi Target Rusia
Minggu, 01 September 2024 - 06:01 WIB
WASHINGTON - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah menolak rencana Pentagon untuk mengirim kontraktor Amerika ke Ukraina guna merawat perangkat keras Barat, termasuk jet tempur F-16.
Penolakan pemerintah Biden itu diungkap Wall Street Journal (WSJ), mengutip para pejabat di Washington.
Laporan media itu menyebutkan bahwa perdebatan lama tentang pengerahan warga sipil AS ke Ukraina untuk memperbaiki perangkat keras yang dipasok oleh sekutu-sekutu NATO telah meningkat sejak pengiriman gelombang pertama enam unit jet tempur F-16 ke Ukraina pada akhir Juli.
Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mempertimbangkan usulan yang diajukan oleh militer Amerika, tetapi menganggapnya terlalu berisiko, kata para pejabat yang mengetahui diskusi tersebut kepada WSJ.
"Komunitas intelijen menyuarakan kekhawatiran atas prospek Rusia yang menargetkan kontraktor Amerika di Ukraina," kata salah satu pejabat Amerika kepada media tersebut.
Kendati demikian, menurut laporan WSJ, pemerintahan Biden belum mengesampingkan kemungkinan pengiriman kontraktor AS ke Ukraina sepenuhnya, tetapi hal itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Untuk saat ini, Washington mengharapkan sekutu NATO-nya di Eropa untuk bertanggung jawab atas perawatan jet rancangan AS tersebut.
Belanda, yang bersama dengan Norwegia, Denmark, dan Belgia berjanji untuk memasok lebih dari 80 unit F-16 ke Kyiv, telah mengumumkan bahwa mereka akan mendanai kontrak swasta antara perusahaan perawatan sipil dan Angkatan Udara Ukraina.
"Kami mendukung pemerintah Ukraina secara finansial untuk membuat kontrak tersebut dengan mitra swasta guna melihat apakah mereka dapat menjaga pesawat tersebut tetap beroperasi di masa mendatang," kata Jenderal Onno Eichelsheim, kepala pertahanan Belanda, pada hari Rabu.
Mengutip laporan dari WSJ, Minggu (28/8/2024), Ukraina sebelumnya berjuang untuk memelihara senjata lain yang dipasok AS, seperti tank Abrams M1, yang harus dikirim ke luar negeri untuk diperbaiki.
Media tersebut menunjukkan bahwa F-16 membutuhkan "jam layanan untuk setiap jam waktu penerbangan”, dengan puluhan personel pendukung biasanya bekerja di setiap pesawat.
Awal pekan ini, Kyiv mengonfirmasi hilangnya F-16 pertamanya, yang dilaporkan jatuh pada hari Senin, menewaskan pilotnya.
Media Ukraina mengatakan para penyelidik sedang menyelidiki masalah teknis dan kesalahan pilot sebagai kemungkinan alasan kecelakaan tersebut.
Namun, anggota Parlemen Ukraina Mariana Bezuhla mengeklaim bahwa jet itu ditembak jatuh sebagai akibat dari insiden "friendly fire” dari salah satu sistem pertahanan udara Patriot yang disumbangkan AS untuk Ukraina.
Laporan dari media Rusia mengatakan bahwa F-16 tersebut bisa saja dihancurkan di darat oleh rudal Iskander selama serangan di lapangan terbang di Ukraina barat.
Pada bulan Maret, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa penggunaan F-16 dalam konflik akan menjadikan mereka “target yang sah” bagi pasukan Rusia, dan memperingatkan bahwa pesawat-pesawat itu akan diserang bahkan di lapangan udara di dalam negara-negara NATO jika mereka beroperasi dari sana.
Penolakan pemerintah Biden itu diungkap Wall Street Journal (WSJ), mengutip para pejabat di Washington.
Laporan media itu menyebutkan bahwa perdebatan lama tentang pengerahan warga sipil AS ke Ukraina untuk memperbaiki perangkat keras yang dipasok oleh sekutu-sekutu NATO telah meningkat sejak pengiriman gelombang pertama enam unit jet tempur F-16 ke Ukraina pada akhir Juli.
Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mempertimbangkan usulan yang diajukan oleh militer Amerika, tetapi menganggapnya terlalu berisiko, kata para pejabat yang mengetahui diskusi tersebut kepada WSJ.
"Komunitas intelijen menyuarakan kekhawatiran atas prospek Rusia yang menargetkan kontraktor Amerika di Ukraina," kata salah satu pejabat Amerika kepada media tersebut.
Kendati demikian, menurut laporan WSJ, pemerintahan Biden belum mengesampingkan kemungkinan pengiriman kontraktor AS ke Ukraina sepenuhnya, tetapi hal itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Untuk saat ini, Washington mengharapkan sekutu NATO-nya di Eropa untuk bertanggung jawab atas perawatan jet rancangan AS tersebut.
Belanda, yang bersama dengan Norwegia, Denmark, dan Belgia berjanji untuk memasok lebih dari 80 unit F-16 ke Kyiv, telah mengumumkan bahwa mereka akan mendanai kontrak swasta antara perusahaan perawatan sipil dan Angkatan Udara Ukraina.
"Kami mendukung pemerintah Ukraina secara finansial untuk membuat kontrak tersebut dengan mitra swasta guna melihat apakah mereka dapat menjaga pesawat tersebut tetap beroperasi di masa mendatang," kata Jenderal Onno Eichelsheim, kepala pertahanan Belanda, pada hari Rabu.
Mengutip laporan dari WSJ, Minggu (28/8/2024), Ukraina sebelumnya berjuang untuk memelihara senjata lain yang dipasok AS, seperti tank Abrams M1, yang harus dikirim ke luar negeri untuk diperbaiki.
Media tersebut menunjukkan bahwa F-16 membutuhkan "jam layanan untuk setiap jam waktu penerbangan”, dengan puluhan personel pendukung biasanya bekerja di setiap pesawat.
Awal pekan ini, Kyiv mengonfirmasi hilangnya F-16 pertamanya, yang dilaporkan jatuh pada hari Senin, menewaskan pilotnya.
Media Ukraina mengatakan para penyelidik sedang menyelidiki masalah teknis dan kesalahan pilot sebagai kemungkinan alasan kecelakaan tersebut.
Namun, anggota Parlemen Ukraina Mariana Bezuhla mengeklaim bahwa jet itu ditembak jatuh sebagai akibat dari insiden "friendly fire” dari salah satu sistem pertahanan udara Patriot yang disumbangkan AS untuk Ukraina.
Laporan dari media Rusia mengatakan bahwa F-16 tersebut bisa saja dihancurkan di darat oleh rudal Iskander selama serangan di lapangan terbang di Ukraina barat.
Pada bulan Maret, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa penggunaan F-16 dalam konflik akan menjadikan mereka “target yang sah” bagi pasukan Rusia, dan memperingatkan bahwa pesawat-pesawat itu akan diserang bahkan di lapangan udara di dalam negara-negara NATO jika mereka beroperasi dari sana.
(mas)
tulis komentar anda