China kepada AS: Kurangi Senjata Nuklir dan Tinggalkan Mentalitas Perang Dingin!
Jum'at, 30 Agustus 2024 - 09:54 WIB
BEIJING - China telah memperbarui tuntutannya kepada Amerika Serikat (AS) terkait senjata nuklir.
Yakni, Beijing menuntut Washington mengambil langkah serius untuk mengurangi persenjatan nuklirnya dan Amerika juga harus meninggalkan mentalitas Perang Dingin.
Keinginan Beijing itu muncul setelah Washington merevisi strategi perang nuklirnya untuk berfokus pada China.
"China dengan tegas menentang AS yang memperluas persenjataan nuklirnya dan mengabaikan tanggung jawab untuk pelucutan senjata nuklir dengan dalih 'ancaman nuklir China' yang tidak ada," kata juru bicara Kementerian Pertahanan China Wu Qian dalam konferensi pers bulanan kementerian itu pada Kamis.
Dua pejabat senior pemerintahan Presiden AS Joe Biden baru-baru ini menyinggung dokumen yang direvisi, berjudul "Nuclear Employment Guidance". Panduan ini diperbarui setiap empat tahun, dan terakhir diubah pada bulan Maret, dengan otorisasi Presiden Joe Biden, menurut laporan The New York Times.
Vipin Narang, seorang pakar strategi nuklir Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang hingga bulan ini bertugas di Pentagon, mengatakan Biden telah memperbarui dokumen tersebut untuk memperhitungkan beberapa musuh bersenjata nuklir, dengan fokus khusus pada peningkatan signifikan dalam ukuran dan keragaman persediaan senjata nuklir China.
Direktur senior Dewan Keamanan Nasional AS untuk Pengendalian Senjata dan Nonproliferasi, Pranay Vaddi, juga merujuk pada rencana baru tersebut, dengan menegaskan bahwa AS harus mampu menghalau China, Rusia, dan Korea Utara secara bersamaan.
Vaddi sebelumnya memperingatkan bahwa ketiga negara tersebut "memperluas dan mendiversifikasi persenjataan nuklir mereka dengan kecepatan yang sangat tinggi."
Yakni, Beijing menuntut Washington mengambil langkah serius untuk mengurangi persenjatan nuklirnya dan Amerika juga harus meninggalkan mentalitas Perang Dingin.
Keinginan Beijing itu muncul setelah Washington merevisi strategi perang nuklirnya untuk berfokus pada China.
"China dengan tegas menentang AS yang memperluas persenjataan nuklirnya dan mengabaikan tanggung jawab untuk pelucutan senjata nuklir dengan dalih 'ancaman nuklir China' yang tidak ada," kata juru bicara Kementerian Pertahanan China Wu Qian dalam konferensi pers bulanan kementerian itu pada Kamis.
Dua pejabat senior pemerintahan Presiden AS Joe Biden baru-baru ini menyinggung dokumen yang direvisi, berjudul "Nuclear Employment Guidance". Panduan ini diperbarui setiap empat tahun, dan terakhir diubah pada bulan Maret, dengan otorisasi Presiden Joe Biden, menurut laporan The New York Times.
Vipin Narang, seorang pakar strategi nuklir Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang hingga bulan ini bertugas di Pentagon, mengatakan Biden telah memperbarui dokumen tersebut untuk memperhitungkan beberapa musuh bersenjata nuklir, dengan fokus khusus pada peningkatan signifikan dalam ukuran dan keragaman persediaan senjata nuklir China.
Direktur senior Dewan Keamanan Nasional AS untuk Pengendalian Senjata dan Nonproliferasi, Pranay Vaddi, juga merujuk pada rencana baru tersebut, dengan menegaskan bahwa AS harus mampu menghalau China, Rusia, dan Korea Utara secara bersamaan.
Vaddi sebelumnya memperingatkan bahwa ketiga negara tersebut "memperluas dan mendiversifikasi persenjataan nuklir mereka dengan kecepatan yang sangat tinggi."
tulis komentar anda