Bayi di Gaza Lumpuh Kakinya setelah Tertular Virus Polio
Sabtu, 24 Agustus 2024 - 11:30 WIB
JALUR GAZA - Seorang bayi berusia 10 bulan di Gaza mengalami kelumpuhan pada salah satu kakinya, setelah tertular virus polio Tipe 2. Ini menjadi kasus pertama di wilayah tersebut dalam 25 tahun, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Saya sangat prihatin bahwa seorang anak berusia 10 bulan yang tidak divaksinasi dari Deir al-Balah, Gaza, telah dipastikan menderita polio," ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam posting di X pada Jumat (23/8/2024).
Dia menambahkan, “Ini adalah kasus pertama di Gaza dalam 25 tahun."
"Anak itu, yang mengalami kelumpuhan di kaki kiri bawah, saat ini dalam kondisi stabil," papar dia.
WHO dan mitranya, menurut dia, segera bekerja untuk mengumpulkan dan memindahkan sampel tinja dari anak tersebut untuk diuji di laboratorium terakreditasi WHO di wilayah tersebut.
“Pengurutan genomik mengonfirmasi virus tersebut terkait dengan varian virus polio tipe 2 yang terdeteksi dalam sampel lingkungan yang dikumpulkan pada bulan Juni dari air limbah Gaza,” ungkap kepala WHO tersebut.
Kasus pertama yang dikonfirmasi diumumkan pekan lalu dan terjadi sebulan setelah virus penyebab polio terdeteksi dalam air di daerah kantong yang dikepung rezim kolonial Israel tersebut.
WHO mengatakan bulan lalu bahwa virus polio yang berasal dari vaksin tipe 2 (VDPV2) ditemukan di enam lokasi dalam sampel limbah yang dikumpulkan pada tanggal 23 Juni dari daerah Khan Yunis dan Deir Al-Balah di Gaza.
Sementara itu, Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengumumkan pada Jumat rencana untuk memulai kampanye vaksinasi polio di daerah kantong yang terkepung tersebut pada akhir Agustus.
“Polio tidak akan membedakan antara anak-anak Palestina dan Israel. Menunda jeda kemanusiaan akan meningkatkan risiko penyebaran di antara anak-anak,” ungkap Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini di X.
“Tidaklah cukup hanya dengan membawa vaksin ke Gaza dan melindungi rantai dingin. Agar berdampak, vaksin harus berakhir di mulut setiap anak di bawah usia 10 tahun,” papar dia.
Polio, virus yang sangat menular yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen dalam hitungan jam, menimbulkan ancaman khusus bagi anak-anak di Gaza.
Munculnya kembali polio dikaitkan dengan rusaknya infrastruktur air dan sanitasi, ditambah dengan pembatasan Israel terhadap perbaikan dan pengiriman pasokan.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada saat virus ditemukan bahwa, “Situasi tersebut muncul dari kondisi kesehatan yang menantang di Jalur Gaza, termasuk penyebaran penyakit menular, meluapnya limbah ke jalan-jalan dan di antara tenda-tenda pengungsi, dan kurangnya persediaan higienis pribadi dan air minum bersih.”
Melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya yang terus berlanjut di Gaza.
Saat ini sedang diadili di Mahkamah Internasional atas genosida terhadap warga Palestina, Israel telah melancarkan perang yang menghancurkan di Gaza sejak 7 Oktober.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 40.223 warga Palestina telah tewas, dan 92.981 terluka. Selain itu, 11.000 orang tidak diketahui keberadaannya, diduga tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.
Organisasi Palestina dan internasional mengatakan mayoritas dari mereka yang tewas dan terluka adalah wanita dan anak-anak.
Perang Israel telah mengakibatkan kelaparan akut, sebagian besar di Gaza utara, yang mengakibatkan kematian banyak warga Palestina, sebagian besar anak-anak.
Agresi Israel juga mengakibatkan pemindahan paksa hampir dua juta orang dari seluruh Jalur Gaza.
"Saya sangat prihatin bahwa seorang anak berusia 10 bulan yang tidak divaksinasi dari Deir al-Balah, Gaza, telah dipastikan menderita polio," ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam posting di X pada Jumat (23/8/2024).
Dia menambahkan, “Ini adalah kasus pertama di Gaza dalam 25 tahun."
"Anak itu, yang mengalami kelumpuhan di kaki kiri bawah, saat ini dalam kondisi stabil," papar dia.
WHO dan mitranya, menurut dia, segera bekerja untuk mengumpulkan dan memindahkan sampel tinja dari anak tersebut untuk diuji di laboratorium terakreditasi WHO di wilayah tersebut.
“Pengurutan genomik mengonfirmasi virus tersebut terkait dengan varian virus polio tipe 2 yang terdeteksi dalam sampel lingkungan yang dikumpulkan pada bulan Juni dari air limbah Gaza,” ungkap kepala WHO tersebut.
Kasus pertama yang dikonfirmasi diumumkan pekan lalu dan terjadi sebulan setelah virus penyebab polio terdeteksi dalam air di daerah kantong yang dikepung rezim kolonial Israel tersebut.
WHO mengatakan bulan lalu bahwa virus polio yang berasal dari vaksin tipe 2 (VDPV2) ditemukan di enam lokasi dalam sampel limbah yang dikumpulkan pada tanggal 23 Juni dari daerah Khan Yunis dan Deir Al-Balah di Gaza.
Risiko Penyebaran
Sementara itu, Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengumumkan pada Jumat rencana untuk memulai kampanye vaksinasi polio di daerah kantong yang terkepung tersebut pada akhir Agustus.
“Polio tidak akan membedakan antara anak-anak Palestina dan Israel. Menunda jeda kemanusiaan akan meningkatkan risiko penyebaran di antara anak-anak,” ungkap Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini di X.
“Tidaklah cukup hanya dengan membawa vaksin ke Gaza dan melindungi rantai dingin. Agar berdampak, vaksin harus berakhir di mulut setiap anak di bawah usia 10 tahun,” papar dia.
Polio, virus yang sangat menular yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen dalam hitungan jam, menimbulkan ancaman khusus bagi anak-anak di Gaza.
Munculnya kembali polio dikaitkan dengan rusaknya infrastruktur air dan sanitasi, ditambah dengan pembatasan Israel terhadap perbaikan dan pengiriman pasokan.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada saat virus ditemukan bahwa, “Situasi tersebut muncul dari kondisi kesehatan yang menantang di Jalur Gaza, termasuk penyebaran penyakit menular, meluapnya limbah ke jalan-jalan dan di antara tenda-tenda pengungsi, dan kurangnya persediaan higienis pribadi dan air minum bersih.”
Lebih dari 40.200 Tewas
Melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya yang terus berlanjut di Gaza.
Saat ini sedang diadili di Mahkamah Internasional atas genosida terhadap warga Palestina, Israel telah melancarkan perang yang menghancurkan di Gaza sejak 7 Oktober.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 40.223 warga Palestina telah tewas, dan 92.981 terluka. Selain itu, 11.000 orang tidak diketahui keberadaannya, diduga tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.
Organisasi Palestina dan internasional mengatakan mayoritas dari mereka yang tewas dan terluka adalah wanita dan anak-anak.
Perang Israel telah mengakibatkan kelaparan akut, sebagian besar di Gaza utara, yang mengakibatkan kematian banyak warga Palestina, sebagian besar anak-anak.
Agresi Israel juga mengakibatkan pemindahan paksa hampir dua juta orang dari seluruh Jalur Gaza.
(sya)
tulis komentar anda