Taliban Rayakan 3 Tahun Hengkangnya Pasukan AS dari Afghanistan, Pamer Senjata Amerika
Kamis, 15 Agustus 2024 - 10:33 WIB
Keputusan Biden untuk menarik pasukan dari Afghanistan menghadapi reaksi keras global yang meluas setelah pemberontak Taliban merebut kembali negara itu dalam hitungan hari, pada 15 Agustus 2021, 20 tahun setelah mereka digulingkan oleh pasukan pimpinan AS.
Hanya sebulan sebelumnya, Biden memberi tahu orang Amerika bahwa kemungkinan pengambilalihan Taliban "sangat tidak mungkin".
Evakuasi militer, yang membutuhkan ribuan pasukan AS tambahan di lapangan dan kerja sama signifikan dari Taliban untuk menyelesaikannya, berakhir sehari lebih cepat dari batas waktu pada 30 Agustus 2021, meninggalkan ratusan warga AS dan ribuan sekutu Afghanistan, meskipun Presiden Biden berjanji untuk "mengeluarkan mereka semua."
Pada 26 Agustus 2021, selama evakuasi massal militer AS di bandara Kabul, serangan bom bunuh diri menewaskan 183 orang, termasuk 13 anggota angkatan bersenjata AS.
AS membalas dengan meluncurkan dua serangan pesawat nirawak terhadap apa yang mereka anggapa sebagai tersangka ISIS-K. Namun, faktanya serangan itu menewaskan 10 warga sipil Afghanistan, termasuk tujuh anak-anak.
Pidato Taliban ditujukan kepada audiens internasional, mendesak Barat untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan para penguasa negara tersebut.
Saat ini, hanya China yang mengakui Taliban sebagai pemerintah Afghanistan yang sah.
"Emirat Islam menghilangkan perbedaan internal dan memperluas cakupan persatuan dan kerja sama di negara ini," kata Wakil Perdana Menteri Maulvi Abdul Kabir pada hari Rabu, menggunakan istilah Taliban untuk menggambarkan pemerintahan mereka.
"Tidak seorang pun akan diizinkan untuk mencampuri urusan dalam negeri, dan tanah Afghanistan tidak akan digunakan untuk melawan negara mana pun."
Roggio menepis pernyataan terakhir itu sebagai hal yang tidak masuk akal, dengan mencatat bahwa Taliban secara konsisten berbohong tentang tidak mengizinkan tanahnya digunakan untuk kegiatan teroris terhadap negara lain.
Hanya sebulan sebelumnya, Biden memberi tahu orang Amerika bahwa kemungkinan pengambilalihan Taliban "sangat tidak mungkin".
Evakuasi militer, yang membutuhkan ribuan pasukan AS tambahan di lapangan dan kerja sama signifikan dari Taliban untuk menyelesaikannya, berakhir sehari lebih cepat dari batas waktu pada 30 Agustus 2021, meninggalkan ratusan warga AS dan ribuan sekutu Afghanistan, meskipun Presiden Biden berjanji untuk "mengeluarkan mereka semua."
Pada 26 Agustus 2021, selama evakuasi massal militer AS di bandara Kabul, serangan bom bunuh diri menewaskan 183 orang, termasuk 13 anggota angkatan bersenjata AS.
AS membalas dengan meluncurkan dua serangan pesawat nirawak terhadap apa yang mereka anggapa sebagai tersangka ISIS-K. Namun, faktanya serangan itu menewaskan 10 warga sipil Afghanistan, termasuk tujuh anak-anak.
Pidato Taliban ditujukan kepada audiens internasional, mendesak Barat untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan para penguasa negara tersebut.
Saat ini, hanya China yang mengakui Taliban sebagai pemerintah Afghanistan yang sah.
"Emirat Islam menghilangkan perbedaan internal dan memperluas cakupan persatuan dan kerja sama di negara ini," kata Wakil Perdana Menteri Maulvi Abdul Kabir pada hari Rabu, menggunakan istilah Taliban untuk menggambarkan pemerintahan mereka.
"Tidak seorang pun akan diizinkan untuk mencampuri urusan dalam negeri, dan tanah Afghanistan tidak akan digunakan untuk melawan negara mana pun."
Roggio menepis pernyataan terakhir itu sebagai hal yang tidak masuk akal, dengan mencatat bahwa Taliban secara konsisten berbohong tentang tidak mengizinkan tanahnya digunakan untuk kegiatan teroris terhadap negara lain.
Lihat Juga :
tulis komentar anda