Kronologi Demo Berdarah Bangladesh hingga PM Sheikh Hasina Kabur

Selasa, 06 Agustus 2024 - 08:40 WIB
Kronologi krisis Bangladesh dimulai dari demo mahasiswa dengan korban jiwa 300 orang dan berakhir dengan mundurnya PM Sheikh Hasina yang kemudian kabur ke India. Foto/EPA-EFE/STR
DHAKA - Perdana Menteri (PM) Bangladesh Sheikh Hasina mengundurkan diri pada hari Senin dan meninggalkan negara itu dengan helikopter menuju India.

Krisis Bangladesh telah mencapai puncaknya, yang diwarnai dengan demo berdarah yang telah menewaskan sekitar 300 orang sejak Juni lalu.

Apa yang terjadi di Bangladesh adalah kekerasan terburuk sejak lahirnya negara Asia Selatan tersebut lebih dari lima dekade lalu.



Kepala Angkatan Bersenjata Jenderal Waker-Uz-Zaman mengumumkan pengunduran diri Hasina dalam pidato yang disiarkan televisi kepada rakyat dan mengatakan bahwa pemerintahan sementara akan dibentuk.



Laporan media lokal mengatakan bahwa Hasina (76) diterbangkan dengan helikopter militer bersama saudara perempuannya dan sedang menuju ke India.

Saluran televisi CNN News 18 mengatakan bahwa dia telah mendarat di Agartala, ibu kota negara bagian Tripura di timur laut India, di seberang perbatasan timur Bangladesh.

Kronologi Demo Berdarah dan Kaburnya PM Hasina

1 Juli 2024: Blokade Dimulai



Mahasiswa memulai blokade, mengganggu jalan raya dan jalur kereta api.

Tuntutan mereka adalah reformasi sistem kuota untuk pekerjaan sektor publik, termasuk pegawai negeri, yang menurut mereka menguntungkan para loyalis Liga Awami yang berkuasa di bawah pimpinan Hasina.

Setelah memenangkan masa jabatan kelima pada bulan Januari, Hasina membubarkan protes tersebut, dengan menyatakan bahwa mahasiswa "membuang-buang waktu mereka".

16 Juli 2024: Kekerasan Meningkat



Kekerasan meningkat dengan kematian pertama yang tercatat dari enam orang setelah bentrokan antara demonstran dan pendukung pro-pemerintah di Dhaka.

Sebagai tanggapan, pemerintah Hasina menutup sekolah dan universitas di seluruh negeri.

18 Juli 2024: Mahasiswa Menolak Tenang



Mahasiswa menolak seruan Hasina untuk tetap tenang dan terus menuntut pengunduran dirinya.

Para pengunjuk rasa meneriakkan "turunkan diktator" dan membakar kantor pusat stasiun Televisi Bangladesh (BTV) beserta gedung-gedung pemerintah lainnya.

Pemerintah memberlakukan pemblokiran internet untuk meredam kerusuhan. Bentrokan menewaskan sedikitnya 32 orang dan ratusan lainnya luka-luka, meskipun ada jam malam dan pengerahan tentara.

21 Juli 2024: Putusan Mahkamah Agung



Mahkamah Agung Bangladesh memutuskan untuk tidak memberlakukan kembali kuota pekerjaan, sebuah keputusan yang oleh para kritikus dianggap berpihak pada pemerintah Hasina.

Putusan tersebut tidak memenuhi tuntutan para pengunjuk rasa untuk menghapus reservasi pekerjaan bagi anak-anak "pejuang kemerdekaan" dari perang kemerdekaan Bangladesh tahun 1971.

4 Agustus 2024: Militer Berpihak pada Demonstran



Ratusan ribu orang bentrok dengan pendukung pemerintah lagi, yang mengakibatkan 68 kematian, termasuk 14 petugas polisi.

Mantan panglima militer Jenderal Ikbal Karim Bhuiyan mendesak pemerintah untuk menarik pasukan dan mengutuk pembunuhan tersebut.

Kepala Angkatan Bersenjata saat ini, Jenderal Waker-uz-Zaman, menyatakan angkatan bersenjata “selalu mendukung rakyat”.

5 Agustus 2024: PM Hasina Mundur dan Kabur



Para pemimpin kampanye pembangkangan sipil menyerukan para pendukungnya untuk berbaris di Dhaka untuk melakukan “unjuk rasa terakhir”.

Konfrontasi yang meningkat dengan pemerintah menyebabkan Perdana Menteri Sheikh Hasina mengundurkan diri dan melarikan diri dari ibu kota, Dhaka.

Hasina melarikan diri dengan helikopter militer menuju India. Bangladesh kini dikuasai militer, yang mengumumkan revolusi.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More