Terdampak Perang, 40.000 Perusahaan Israel Tutup Sejak Oktober

Jum'at, 12 Juli 2024 - 00:01 WIB
Orang-orang memegang spanduk bertuliskan Boikot Barang-Barang Israel dan bendera Palestina, berkumpul untuk protes di luar Kantor Pusat Regional EMEA Google di Dublin, Irlandia yang mendesak perusahaan tersebut mengakhiri kontrak Proyek Nimbus senilai U
TEL AVIV - Sekitar 40.000 perusahaan Israel telah menutup usahanya sejak Oktober. Tak hanya itu, jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 60.000 perusahaan pada akhir tahun ini, menurut surat kabar Israel, Maariv, Rabu (10/7/2024).

Surat kabar Israel tersebut mengutip data dari CEO perusahaan informasi bisnis CofaceBDI, Yoel Amir, yang mengatakan, “Ini adalah angka yang sangat tinggi yang mencakup banyak sektor.”

Sebagian besar, yaitu 77%, adalah usaha kecil yang paling rentan.



Dia mencontohkan, sektor yang paling terkena dampak adalah konstruksi dan industri terkait seperti keramik, AC, aluminium, dan bahan bangunan.

Sementara perdagangan, termasuk fesyen, furnitur dan peralatan rumah tangga, serta sektor jasa, termasuk kafe, hiburan dan jasa hiburan, serta transportasi juga terkena dampaknya.

Pariwisata sangat terkena dampak perang dengan hampir tidak adanya pariwisata asing, seiring dengan menurunnya mood nasional.

“Kerusakan di zona pertempuran lebih serius, namun kerugian terhadap dunia usaha terjadi di seluruh negeri, dan hampir tidak ada sektor yang tak terkena dampaknya,” papar Amir.

Dia menunjukkan, “Kerusakan yang ditimbulkan sangat besar pada semua aspek perekonomian Israel.”

“Pada akhirnya, ketika perusahaan-perusahaan menutup usahanya dan tidak mempunyai kemampuan untuk membayar utangnya, maka terdapat juga kerugian kecil pada pelanggan, pemasok. dan perusahaan yang menjadi bagian dari sistem kerjanya,” ungkap dia.

“Selain penutupan perusahaan, terjadi penurunan tajam aktivitas korporasi di berbagai sektor sejak awal perang,” ujar dia.

Amir menegaskan dalam jajak pendapat baru-baru ini, sekitar 56% manajer perusahaan komersial di Israel mengatakan telah terjadi penurunan signifikan dalam aktivitas mereka sejak awal perang.

“Kami memperkirakan pada akhir tahun 2024, diperkirakan sekitar 60.000 perusahaan akan tutup di Israel. Sebagai perbandingan, pada tahun 2020, tahun krisis Corona, sekitar 74.000 perusahaan tutup,” papar dia.

Dia menunjukkan, “Perusahaan-perusahaan Israel menghadapi tantangan yang sangat sulit yang diwakili oleh kekurangan tenaga kerja, penurunan penjualan, tingkat suku bunga yang tinggi dan ongkos pembiayaan yang tinggi, masalah transportasi dan logistik, kekurangan bahan mentah, dan tidak dapat diaksesnya lahan pertanian di zona pertempuran serta kurangnya pelanggan yang terlibat dalam pertempuran, kesulitan arus modal, dan peningkatan biaya akuisisi.”

(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More