Profil Jenderal Amir Ali Hajizadeh, Komandan Iran yang Tak Sabar Serang Israel Lagi
Jum'at, 05 Juli 2024 - 14:42 WIB
JAKARTA - Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, komandan Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, mengatakan negaranya sedang menunggu kesempatan untuk melancarkan serangan langsung ke Israel.
Itu sebagai tindak lanjut dari rentetan serangan rudal dan drone Iran ke Israel pada April lalu.
Hajizadeh menyampaikan pernyataan tersebut di Teheran ketika bertemu para anggota keluarga korban tewas di Jalur Gaza akibat invasi brutal Israel.
Meski belum dipastikan waktunya, pihaknya berharap datangnya kesempatan untuk melaksanakan Operasi Janji Sejati 2—lanjutan dari serangan April lalu yang dinamai Operasi Janji Sejati.
Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh merupakan salah seorang komandan militer senior Iran. Saat ini, dia bertugas sebagai komandan Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC-AF) Iran.
Mengutip IranWatch, posisi komandan Pasukan Dirgantara IRGC didapat Amir pada 2009. Masa jabatannya yang panjang menjadi tanda kepercayaan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei terhadap kemampuannya.
Berbagai sumber menyebutkan dia lahir di Teheran antara tahun 1961 dan 1962. Sementara itu, orang tuanya berasal dari Karaj.
Setelah Revolusi Islam 1979 dan pecahnya Perang Iran-Irak, Hajizadeh bergabung dengan IRGC. Waktu itu, dia menjadi sniper dan berafiliasi dengan divisi artileri.
Berkat kemampuannya, Hajizadeh ditunjuk menjadi kepala divisi artileri IRGC dan wakil komandan rudal darat selama perang. Sepanjang itu, dia bertemu seorang pria yang mengubah jalan hidupnya, yakni Hassan Tehrani Moghaddam.
Sekadar diketahui, Moghaddam adalah komandan program rudal IRGC pada 1983 dan pelopor pengembangan rudal Shahab. Dia pun menjadikan Hajizadeh sebagai anak didiknya.
Pada September 1985, IRGC-AF didirikan sebagai Angkatan Udara IRGC. Sekitar 1986, Hajizadeh ditugaskan ke Korea Utara untuk memperoleh informasi seputar teknologi rudal.
Bersamaan dengan pengangkatan Khamenei sebagai pemimpin tertinggi, Angkatan Udara IRGC mengembangkan divisi militer dan pangkalan rudal di sekitar Iran.
Selama periode tersebut, Hajizadeh dilaporkan menandatangani kontrak yang melibatkan pembangunan fasilitas nuklir bawah tanah rahasia di Parchin.
Seiring waktu, peran Hajizadeh semakin besar. Pada pertengahan tahun 2000-an, Hajizadeh diangkat menjadi komandan Pertahanan Udara IRGC.
Pada 2009, pemimpin tertinggi mereorganisasi Angkatan Udara IRGC. Momen ini menandai kemunculan Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC-AF).
Setelah mengambil alih pimpinan IRGC-AF, karier Hajizadeh cukup konsisten sebagaimana para pendahulunya. Namun, beberapa insiden terjadi setelah dirinya bertugas.
Misal, pada November 2011, terjadi sebuah ledakan di pangkalan militer dekat Bidganeh yang menewaskan Hassan Tehrani Moghaddam. Insiden semacam itu diduga sebagai upaya sabotase dari Israel.
Terlepas dari kejadian tersebut, IRGC-AF telah tumbuh lebih berani di bawah kepemimpinan Hajizadeh. Mereka mulai beralih dari sindiran retoris dan kemajuan teknologi ke operasi ofensif yang lebih besar.
Sebagai contoh, IRGC-AF berperan penting dalam serangan pembalasan terhadap ISIS di Deir ez-Zour, Suriah. Pada 2019, pasukan di bawah komando Hajizadeh ini juga menjatuhkan pesawat pengintai AS di atas Teluk Persia.
Demikianlah ulasan mengenai profil Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, komandan Pasukan Dirgantara IRGC yang tak sabar serang Israel lagi.
Itu sebagai tindak lanjut dari rentetan serangan rudal dan drone Iran ke Israel pada April lalu.
Hajizadeh menyampaikan pernyataan tersebut di Teheran ketika bertemu para anggota keluarga korban tewas di Jalur Gaza akibat invasi brutal Israel.
Meski belum dipastikan waktunya, pihaknya berharap datangnya kesempatan untuk melaksanakan Operasi Janji Sejati 2—lanjutan dari serangan April lalu yang dinamai Operasi Janji Sejati.
Baca Juga
Profil Jenderal Amir Ali Hajizadeh
Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh merupakan salah seorang komandan militer senior Iran. Saat ini, dia bertugas sebagai komandan Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC-AF) Iran.
Mengutip IranWatch, posisi komandan Pasukan Dirgantara IRGC didapat Amir pada 2009. Masa jabatannya yang panjang menjadi tanda kepercayaan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei terhadap kemampuannya.
Berbagai sumber menyebutkan dia lahir di Teheran antara tahun 1961 dan 1962. Sementara itu, orang tuanya berasal dari Karaj.
Setelah Revolusi Islam 1979 dan pecahnya Perang Iran-Irak, Hajizadeh bergabung dengan IRGC. Waktu itu, dia menjadi sniper dan berafiliasi dengan divisi artileri.
Berkat kemampuannya, Hajizadeh ditunjuk menjadi kepala divisi artileri IRGC dan wakil komandan rudal darat selama perang. Sepanjang itu, dia bertemu seorang pria yang mengubah jalan hidupnya, yakni Hassan Tehrani Moghaddam.
Sekadar diketahui, Moghaddam adalah komandan program rudal IRGC pada 1983 dan pelopor pengembangan rudal Shahab. Dia pun menjadikan Hajizadeh sebagai anak didiknya.
Pada September 1985, IRGC-AF didirikan sebagai Angkatan Udara IRGC. Sekitar 1986, Hajizadeh ditugaskan ke Korea Utara untuk memperoleh informasi seputar teknologi rudal.
Bersamaan dengan pengangkatan Khamenei sebagai pemimpin tertinggi, Angkatan Udara IRGC mengembangkan divisi militer dan pangkalan rudal di sekitar Iran.
Selama periode tersebut, Hajizadeh dilaporkan menandatangani kontrak yang melibatkan pembangunan fasilitas nuklir bawah tanah rahasia di Parchin.
Seiring waktu, peran Hajizadeh semakin besar. Pada pertengahan tahun 2000-an, Hajizadeh diangkat menjadi komandan Pertahanan Udara IRGC.
Pada 2009, pemimpin tertinggi mereorganisasi Angkatan Udara IRGC. Momen ini menandai kemunculan Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam (IRGC-AF).
Setelah mengambil alih pimpinan IRGC-AF, karier Hajizadeh cukup konsisten sebagaimana para pendahulunya. Namun, beberapa insiden terjadi setelah dirinya bertugas.
Misal, pada November 2011, terjadi sebuah ledakan di pangkalan militer dekat Bidganeh yang menewaskan Hassan Tehrani Moghaddam. Insiden semacam itu diduga sebagai upaya sabotase dari Israel.
Terlepas dari kejadian tersebut, IRGC-AF telah tumbuh lebih berani di bawah kepemimpinan Hajizadeh. Mereka mulai beralih dari sindiran retoris dan kemajuan teknologi ke operasi ofensif yang lebih besar.
Sebagai contoh, IRGC-AF berperan penting dalam serangan pembalasan terhadap ISIS di Deir ez-Zour, Suriah. Pada 2019, pasukan di bawah komando Hajizadeh ini juga menjatuhkan pesawat pengintai AS di atas Teluk Persia.
Demikianlah ulasan mengenai profil Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, komandan Pasukan Dirgantara IRGC yang tak sabar serang Israel lagi.
(mas)
tulis komentar anda