PM Mikati Nyatakan Lebanon dalam Keadaan Perang karena Konflik Israel-Hizbullah
Senin, 01 Juli 2024 - 10:33 WIB
BEIRUT - Perdana Menteri (PM) sementara Lebanon, Najib Mikati, menyatakan negaranya berada dalam keadaan perang.
Status itu disampaikan ketika bentrokan selama sembilan bulan antara Israel dan Hizbullah meningkatkan kekhawatiran akan invasi militer Zionis ke Lebanon.
PM Mikati menyampaikan hal itu saat berkunjung ke Lebanon selatan pada Sabtu pekan lalu, di mana dia berharap konflik tidak akan meluas.
“Kami selalu menganjurkan perdamaian, dan pilihan kami adalah perdamaian dan penerapan Resolusi 1701. Israel harus menghentikan serangan berulang-ulangnya terhadap Lebanon, dan menghentikan perang di Gaza, dan setiap orang harus menerapkan Resolusi Internasional Nomor 2735,” ujarnya.
Resolusi PBB 1701, yang mengakhiri invasi Israel ke Lebanon pada tahun 2006, menyerukan penghentian permusuhan antara Hizbullah dan Israel dan penarikan Hizbullah ke utara sungai Litani dan Israel dari Lebanon.
Resolusi PBB 2735 menyerukan penerapan gencatan senjata tiga tahap di Gaza, pertukaran sandera dan menekankan perlunya solusi dua negara.
"Kami bersama rakyat kami. Perlawanan melakukan tugasnya, pemerintah Lebanon melakukan tugasnya, dan tujuan kami adalah melindungi negara dalam segala hal," kata Mikati, seperti dikutip dari New Arab, Senin (1/7/2024).
Pernyataannya muncul ketika momok invasi Israel meningkat, setelah meningkatnya intensitas bentrokan antara militer Zionis dan Hizbullah, serta retorika dari kedua belah pihak.
Militer Zionis Israel menyatakan telah menyetujui rencana invasi ke Lebanon jika diminta.
Menurut Times of Israel, mengutip media Ibrani, dua rumah sakit di utara berada dalam siaga tinggi atas potensi pecahnya perang skala penuh antara Israel dan Hizbullah.
Direktur Pusat Medis Galilee dan Rumah Sakit Ziv mengatakan mereka telah meningkatkan persediaan di rumah sakit, dan Rumah Sakit Ziv meminta staf bersiap untuk tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu yang lebih lama.
“Tingkat kesiapan yang diperlukan dari kami sudah tinggi selama hampir sembilan bulan, namun sekarang nampaknya kami perlu meningkatkannya lebih lanjut,” kata Masad Barhoum dari Galilee Medical Center.
Semakin banyak negara yang memperingatkan warganya untuk meninggalkan Lebanon, termasuk Irlandia, Kuwait, dan Jerman, sementara Kanada dan Amerika Serikat (AS) melakukan persiapan evakuasi jika terjadi perang.
Bentrokan antara Hizbullah dan Israel telah berlangsung sejak 8 Oktober, menyusul pecahnya perang terbaru Israel-Hamas di Gaza.
Status itu disampaikan ketika bentrokan selama sembilan bulan antara Israel dan Hizbullah meningkatkan kekhawatiran akan invasi militer Zionis ke Lebanon.
PM Mikati menyampaikan hal itu saat berkunjung ke Lebanon selatan pada Sabtu pekan lalu, di mana dia berharap konflik tidak akan meluas.
“Kami selalu menganjurkan perdamaian, dan pilihan kami adalah perdamaian dan penerapan Resolusi 1701. Israel harus menghentikan serangan berulang-ulangnya terhadap Lebanon, dan menghentikan perang di Gaza, dan setiap orang harus menerapkan Resolusi Internasional Nomor 2735,” ujarnya.
Baca Juga
Resolusi PBB 1701, yang mengakhiri invasi Israel ke Lebanon pada tahun 2006, menyerukan penghentian permusuhan antara Hizbullah dan Israel dan penarikan Hizbullah ke utara sungai Litani dan Israel dari Lebanon.
Resolusi PBB 2735 menyerukan penerapan gencatan senjata tiga tahap di Gaza, pertukaran sandera dan menekankan perlunya solusi dua negara.
"Kami bersama rakyat kami. Perlawanan melakukan tugasnya, pemerintah Lebanon melakukan tugasnya, dan tujuan kami adalah melindungi negara dalam segala hal," kata Mikati, seperti dikutip dari New Arab, Senin (1/7/2024).
Pernyataannya muncul ketika momok invasi Israel meningkat, setelah meningkatnya intensitas bentrokan antara militer Zionis dan Hizbullah, serta retorika dari kedua belah pihak.
Militer Zionis Israel menyatakan telah menyetujui rencana invasi ke Lebanon jika diminta.
Menurut Times of Israel, mengutip media Ibrani, dua rumah sakit di utara berada dalam siaga tinggi atas potensi pecahnya perang skala penuh antara Israel dan Hizbullah.
Direktur Pusat Medis Galilee dan Rumah Sakit Ziv mengatakan mereka telah meningkatkan persediaan di rumah sakit, dan Rumah Sakit Ziv meminta staf bersiap untuk tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu yang lebih lama.
“Tingkat kesiapan yang diperlukan dari kami sudah tinggi selama hampir sembilan bulan, namun sekarang nampaknya kami perlu meningkatkannya lebih lanjut,” kata Masad Barhoum dari Galilee Medical Center.
Semakin banyak negara yang memperingatkan warganya untuk meninggalkan Lebanon, termasuk Irlandia, Kuwait, dan Jerman, sementara Kanada dan Amerika Serikat (AS) melakukan persiapan evakuasi jika terjadi perang.
Bentrokan antara Hizbullah dan Israel telah berlangsung sejak 8 Oktober, menyusul pecahnya perang terbaru Israel-Hamas di Gaza.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda