Pengacara Assange: AS Berdalih Keamanan Nasional untuk Sembunyikan Kejahatan Perang
Jum'at, 28 Juni 2024 - 16:31 WIB
CANBERRA - Salah satu pengacara pendiri WikiLeaks, Aitor Martinez, menyatakan kisah Julian Assange dengan jelas menunjukkan Amerika Serikat (AS) telah menggunakan "keamanan nasionalnya" sebagai "kedok" untuk menyembunyikan kejahatan perang.
“Penganiayaan selama bertahun-tahun terhadap Assange dan kasus ekstradisinya juga telah menjadi preseden yang sangat berbahaya, yang mengancam seluruh konsep kebebasan pers,” ungkap pengacara tersebut.
Dia menjelaskan, pada saat yang sama, kasus Assange telah menjadi racun yang semakin parah bagi pemerintahan AS, memunculkan banyak kelompok yang mengadvokasi pembebasannya dan secara efektif berubah menjadi gerakan global.
"Yang sebenarnya adalah pemerintahan AS telah mendorong proses ekstradisi hingga baru-baru ini, dan memang, hanya beberapa pekan yang lalu, mereka bahkan telah memberikan jaminan diplomatik yang mengupayakan penyerahan Julian Assange secara efektif. Namun, akhir-akhir ini, muncul gerakan warga yang menentang ekstradisi ini, dan saya yakin tidak ada sudut dunia di mana gerakan ‘Bebaskan Assange’ tidak muncul,” papar pengacara tersebut.
Waktu penyelesaian yang tiba-tiba dari kasus yang telah berlangsung selama bertahun-tahun ini kemungkinan terkait dengan pemilu presiden AS yang akan datang dan kampanye yang sedang berlangsung, di mana kasus ini pasti akan muncul dengan satu atau lain cara.
“Kasus ini dalam beberapa hal mencoreng citra Amerika Serikat di hadapan dunia mengingat berarti penganiayaan politik terhadap seorang jurnalis yang hanya menerbitkan informasi yang benar yang membuktikan terjadinya kejahatan perang yang serius,” ungkap Martinez.
“Oleh karena itu, tidak diragukan lagi, kasus Assange akan muncul dalam kerangka debat presiden, dan ini adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri kasus yang tidak dapat disangkal tidak menguntungkan citra AS di dunia,” ujar dia.
Meskipun para politisi di Washington akhirnya memilih menyelesaikan kasus ini, komunitas intelijen AS menganggapnya sebagai semacam dendam pribadi terhadap jurnalis tersebut, menurut Martinez.
“Kasus ini didorong secara radikal oleh badan intelijen AS dan terutama oleh CIA sebagai bentuk balas dendam terhadap Julian Assange atas materi yang telah dia terbitkan, yang dalam beberapa hal telah mengungkap rasa malu militer AS dalam operasi di luar negeri,” pungkas dia.
“Penganiayaan selama bertahun-tahun terhadap Assange dan kasus ekstradisinya juga telah menjadi preseden yang sangat berbahaya, yang mengancam seluruh konsep kebebasan pers,” ungkap pengacara tersebut.
Dia menjelaskan, pada saat yang sama, kasus Assange telah menjadi racun yang semakin parah bagi pemerintahan AS, memunculkan banyak kelompok yang mengadvokasi pembebasannya dan secara efektif berubah menjadi gerakan global.
"Yang sebenarnya adalah pemerintahan AS telah mendorong proses ekstradisi hingga baru-baru ini, dan memang, hanya beberapa pekan yang lalu, mereka bahkan telah memberikan jaminan diplomatik yang mengupayakan penyerahan Julian Assange secara efektif. Namun, akhir-akhir ini, muncul gerakan warga yang menentang ekstradisi ini, dan saya yakin tidak ada sudut dunia di mana gerakan ‘Bebaskan Assange’ tidak muncul,” papar pengacara tersebut.
Waktu penyelesaian yang tiba-tiba dari kasus yang telah berlangsung selama bertahun-tahun ini kemungkinan terkait dengan pemilu presiden AS yang akan datang dan kampanye yang sedang berlangsung, di mana kasus ini pasti akan muncul dengan satu atau lain cara.
“Kasus ini dalam beberapa hal mencoreng citra Amerika Serikat di hadapan dunia mengingat berarti penganiayaan politik terhadap seorang jurnalis yang hanya menerbitkan informasi yang benar yang membuktikan terjadinya kejahatan perang yang serius,” ungkap Martinez.
“Oleh karena itu, tidak diragukan lagi, kasus Assange akan muncul dalam kerangka debat presiden, dan ini adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri kasus yang tidak dapat disangkal tidak menguntungkan citra AS di dunia,” ujar dia.
Meskipun para politisi di Washington akhirnya memilih menyelesaikan kasus ini, komunitas intelijen AS menganggapnya sebagai semacam dendam pribadi terhadap jurnalis tersebut, menurut Martinez.
“Kasus ini didorong secara radikal oleh badan intelijen AS dan terutama oleh CIA sebagai bentuk balas dendam terhadap Julian Assange atas materi yang telah dia terbitkan, yang dalam beberapa hal telah mengungkap rasa malu militer AS dalam operasi di luar negeri,” pungkas dia.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda