Di Ambang Perang Habis-habisan, Puluhan Roket Hizbullah Hujani Pangkalan Militer Israel
Jum'at, 28 Juni 2024 - 07:42 WIB
BEIRUT - Kelompok Hizbullah Lebanon telah menghujani sebuah pangkalan militer Israel dengan puluhan roket Katyusha ketika kedua pihak telah di ambang perang habis-habisan.
Kelompok milisi pro-Iran itu mengatakan serangan dilakukan terhadap pangkalan militer di Israel utara sebagai pembalasan atas serangan militer Zionis di Lebanon yang menewaskan empat milisinya.
Kekhawatiran akan terjadinya pecahnya perang besar-besaran antara kedua pihak telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir seiring gencarnya aksi serang lintas batas sejak perang Gaza pecah 7 Oktober 2023.
"Sebagai respons terhadap serangan musuh yang menargetkan kota Nabatiyeh dan desa Sohmor," kata Hizbullah dalam sebuah pernyataan, yang dilansir AFP, Jumat (28/6/2024).
"Para pejuang mengebom pangkalan pertahanan udara dan rudal utama komando wilayah utara (Israel) dengan puluhan roket Katyusha," lanjut kelompok tersebut.
Dalam pernyataan terpisah, Hizbullah mengumumkan empat milisinya telah terbunuh. Mereka juga mengklaim melakukan dua serangan lainnya terhadap posisi pasukan Israel, termasuk satu serangan dengan drone.
Sementara itu, militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sekitar 35 peluncuran roket diidentifikasi melintas dari Lebanon.
"Pertahanan udara berhasil mencegat sebagian besar peluncuran. Tidak ada korban cedera yang dilaporkan,” kata militer Israel.
Pernyataan itu menambahkan bahwa serangan udara mereka telah menewaskan tiga anggota Hizbullah, bukan empat seperti yang diumumkan kelompok milisi pro-Iran tersebut.
Kantor berita nasional Lebanon melaporkan serangan Israel terjadi di beberapa wilayah di Lebanon selatan pada hari Kamis. Militer Zionis juga melakukan serangan sehari sebelumnya di Nabatiyeh, melukai lebih dari 20 orang ketika sebuah bangunan dua lantai menjadi sasaran.
Kekhawatiran semakin meningkat bahwa perang Gaza bisa menjadi perang regional jika konflik Israel-Hizbullah, yang selama ini sebagian besar hanya terbatas di wilayah perbatasan, meluas.
Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan pada hari Kamis bahwa Paris sangat prihatin dengan pertempuran lintas batas tersebut, dan menyerukan semua pihak untuk menahan diri.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan saat berkunjung ke Washington pada hari Rabu bahwa negaranya tidak menginginkan perang di Lebanon, namun dapat mengirimnya kembali ke “Zaman Batu” jika diplomasi gagal.
Di tengah upaya diplomatik Barat untuk meredakan ketegangan dalam beberapa bulan terakhir, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock pada hari Selasa mengunjungi Beirut dan memperingatkan bahwa “kesalahan perhitungan” dapat memicu perang habis-habisan, dan juga mendesak pengendalian diri yang ekstrem.
Kekerasan lintas batas tersebut telah menewaskan 485 orang di Lebanon, termasuk 94 warga sipil, menurut penghitungan AFP.
Di pihak Israel, menurut pihak berwenang, setidaknya 15 tentara dan 11 warga sipil tewas.
Kelompok milisi pro-Iran itu mengatakan serangan dilakukan terhadap pangkalan militer di Israel utara sebagai pembalasan atas serangan militer Zionis di Lebanon yang menewaskan empat milisinya.
Kekhawatiran akan terjadinya pecahnya perang besar-besaran antara kedua pihak telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir seiring gencarnya aksi serang lintas batas sejak perang Gaza pecah 7 Oktober 2023.
"Sebagai respons terhadap serangan musuh yang menargetkan kota Nabatiyeh dan desa Sohmor," kata Hizbullah dalam sebuah pernyataan, yang dilansir AFP, Jumat (28/6/2024).
Baca Juga
"Para pejuang mengebom pangkalan pertahanan udara dan rudal utama komando wilayah utara (Israel) dengan puluhan roket Katyusha," lanjut kelompok tersebut.
Dalam pernyataan terpisah, Hizbullah mengumumkan empat milisinya telah terbunuh. Mereka juga mengklaim melakukan dua serangan lainnya terhadap posisi pasukan Israel, termasuk satu serangan dengan drone.
Sementara itu, militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sekitar 35 peluncuran roket diidentifikasi melintas dari Lebanon.
"Pertahanan udara berhasil mencegat sebagian besar peluncuran. Tidak ada korban cedera yang dilaporkan,” kata militer Israel.
Pernyataan itu menambahkan bahwa serangan udara mereka telah menewaskan tiga anggota Hizbullah, bukan empat seperti yang diumumkan kelompok milisi pro-Iran tersebut.
Kantor berita nasional Lebanon melaporkan serangan Israel terjadi di beberapa wilayah di Lebanon selatan pada hari Kamis. Militer Zionis juga melakukan serangan sehari sebelumnya di Nabatiyeh, melukai lebih dari 20 orang ketika sebuah bangunan dua lantai menjadi sasaran.
Kekhawatiran semakin meningkat bahwa perang Gaza bisa menjadi perang regional jika konflik Israel-Hizbullah, yang selama ini sebagian besar hanya terbatas di wilayah perbatasan, meluas.
Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan pada hari Kamis bahwa Paris sangat prihatin dengan pertempuran lintas batas tersebut, dan menyerukan semua pihak untuk menahan diri.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan saat berkunjung ke Washington pada hari Rabu bahwa negaranya tidak menginginkan perang di Lebanon, namun dapat mengirimnya kembali ke “Zaman Batu” jika diplomasi gagal.
Di tengah upaya diplomatik Barat untuk meredakan ketegangan dalam beberapa bulan terakhir, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock pada hari Selasa mengunjungi Beirut dan memperingatkan bahwa “kesalahan perhitungan” dapat memicu perang habis-habisan, dan juga mendesak pengendalian diri yang ekstrem.
Kekerasan lintas batas tersebut telah menewaskan 485 orang di Lebanon, termasuk 94 warga sipil, menurut penghitungan AFP.
Di pihak Israel, menurut pihak berwenang, setidaknya 15 tentara dan 11 warga sipil tewas.
(mas)
tulis komentar anda