IDF Akui Israel Tak Dapat Kalahkan Hamas, Jadi Apa yang Mereka Lakukan?

Sabtu, 22 Juni 2024 - 12:45 WIB
Warga Palestina memeriksa lokasi serangan Israel terhadap satu rumah di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 3 Juni 2024. Foto/REUTERS/Mohammed Salem
TEL AVIV - Pada Rabu (19/6/2024), juru bicara utama Angkatan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan Israel tidak dapat menyelesaikan tujuan yang dinyatakannya di Gaza untuk mengalahkan Hamas.

Pengakuan IDF itu menjadi teguran keras pada Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu yang mengatakan perang harus terus berlanjut hingga Hamas dihancurkan.

“Usaha menghancurkan Hamas, membuat Hamas menghilang, itu hanya seperti melempar pasir ke mata publik,” ujar juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari.



Dia menjelaskan, “Hamas adalah satu ide, Hamas adalah satu partai. Itu berakar di hati rakyat, siapa pun yang berpikir kita dapat melenyapkan Hamas adalah salah.”

Namun jika mengalahkan Hamas tidak mungkin, apa tujuan sebenarnya Israel di Gaza?

Bagi Netanyahu, itu mungkin hanya untuk bertahan hidup secara politik. Sebelum 7 Oktober, ada protes rutin terhadapnya oleh warga Israel atas reformasinya di Mahkamah Agung negara itu.

Protes-protes tersebut kini kembali terjadi, begitu pula unjuk rasa yang menuduh Netanyahu tidak memprioritaskan pembebasan sandera Israel yang ditahan Hamas.

“Dia percaya bahwa terus melancarkan genosida terhadap rakyat Palestina sangat penting bagi kelangsungan politiknya,” ujar salah satu editor Popular Resistance, Dr Margaret Flowers di The Critical Hour milik Sputnik. “Semuanya berantakan di sekelilingnya.”

“(Pemerintah Israel) melanggar hukum internasional, melakukan genosida terhadap rakyat hingga dikutuk sebagian besar dunia. Namun, untuk beberapa alasan, mereka tidak dapat mencapai tujuan yang dinyatakan, tetapi itu tidak berarti mereka tidak akan melanjutkannya dan AS akan terus mendukung mereka, karena ini merupakan keuntungan besar bagi kompleks industri-militer Amerika Serikat,” ungkap Flowers.



Pembawa acara The Critical Hour dan analis politik Garland Nixon berspekulasi ketika pejabat Israel mengatakan “Hamas”, itu sebenarnya eufemisme untuk rakyat Palestina.

“Saya kenal seseorang yang ikut dalam Perang Irak dan dia akan berkata, ‘Ya, kami berada di padang pasir dan kami melihat ke luar dan kami tahu Saddam ada di mana-mana’. Yang dia maksud adalah tentara Irak. Mereka menggunakan itu. VC, Charlie, dia ada di mana-mana,” papar Nixon menjelaskan.

“Kenyataannya, bagi saya, ketika Netanyahu berkata, ‘Saya ingin menghancurkan atau membunuh Hamas’, yang dia maksud adalah menghancurkan pria, wanita, anak-anak, semuanya,” ujar dia.

Pekan lalu, akun resmi X milik pemerintah Israel mengunggah video yang menyertakan kutipan, “Tidak ada warga sipil tak berdosa di sana (di Gaza).” Video itu juga diunggah di beberapa akun resmi pemerintah Israel lainnya.

Selain Gaza, Israel juga terlibat dalam perang balasan melawan Hizbullah di Lebanon. Awal pekan ini, Hizbullah merilis video berdurasi sembilan menit yang memperlihatkan rekaman pesawat nirawak di atas wilayah udara Israel, yang menyoroti infrastruktur keamanan penting dan bahkan rumah beberapa pejabat tinggi.

Pada Rabu, Sekretaris Jenderal Hizbullah Hasan Nasrallah memperingatkan Hizbullah dapat bergerak ke wilayah Galilea di Israel utara.

“Apa pun yang Anda lihat, kami lihat dan kami serang, kami tidak akan tinggal diam di medan perang ini,” tegas dia memperingatkan.

Dia menekankan, “Dan itu tidak akan menjadi pengeboman acak. Setiap pesawat nirawak akan punya target. Setiap rudal akan punya target.”

Pada Jumat, media Israel melaporkan CEO perusahaan yang mengelola sistem kelistrikan Israel mengatakan Hizbullah dapat membuat Israel “tidak dapat dihuni” dalam waktu 72 jam dengan menyerang jaringan listriknya.

“Kita tidak siap untuk perang sungguhan. Kita hidup di dunia fantasi, menurut saya,” ujar CEO Shaul Goldstein.

Namun, genderang perang terus berdenting di Israel. Pada Selasa, setelah Hizbullah merilis rekaman pesawat nirawak, menteri luar negeri Israel mengatakan negaranya siap untuk “perang habis-habisan” di Lebanon.

“Jika negara Israel benar-benar ingin membuat rakyatnya aman, mereka pasti sudah lama merundingkan gencatan senjata dan mengakhiri permusuhan ini. Namun, itu jelas bukan tujuan mereka. Pemusnahan total rakyat Palestina adalah tujuan mereka. Dan mereka tidak peduli berapa pun biaya sipilnya," pungkas Flowers.

Israel telah membunuh lebih dari 37.000 rakyat Palestina dengan senjata yang sebagian besar dipasok AS. Negeri Paman Sam itu bisa dituntut pengadilan sebagai antek genosida yang dilakukan Israel di Gaza.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More