Presiden Lai Waswas China Berupaya Lenyapkan Taiwan

Senin, 17 Juni 2024 - 10:22 WIB
Presiden Taiwan Lai Ching-te waswas bahwa China berupaya melenyapkan pemerintahannya dan kemudian mengambil kendali atas Taipei. Foto/REUTERS
TAIPEI - Presiden Taiwan Lai Ching-te waswas bahwa China berupaya melenyapkan pemerintahannya dan kemudian mengambil kendali atas Taipei.

Presiden baru itu telah memperingatkan para perwira militer Taiwan tentang upaya Beijing tersebut.

Berbicara di akademi militer terkemuka Taiwan pada hari Minggu di Kaohsiung, Lai mengatakan para taruna harus memahami ancaman yang mereka hadapi dari pasukan China.



Dikenal sebagai Republik China (ROC), Taiwan diakui sebagai negara berdaulat hanya oleh 12 dari 193 negara di dunia. Para pejabat di Beijing telah berjanji untuk menyatukan kembali pulau itu dengan China daratan, jika perlu dengan kekerasan.



“Tantangan terbesarnya adalah menghadapi kebangkitan China yang kuat, (yang) menghancurkan status quo di Selat Taiwan dan menganggap aneksasi Taiwan serta penghapusan Republik China sebagai upaya besar untuk menyegarkan kembali rakyatnya,” kata Lai, seperti dikutip dari Russia Today, Senin (17/6/2024).

Beijing selama ini telah mengecam Lai sebagai “separatis berbahaya”. Setelah pelantikannya sebagai presiden baru Taiwan bulan lalu, Beijing meluncurkan latihan militer di sekitar Taiwan yang dianggap sebagai hukuman bagi pulau tersebut karena “tindakan separatis”.

Militer Taiwan mengerahkan jet tempur dan menempatkan Angkatan Laut dan Angkatan Darat-nya dalam siaga tinggi sebagai tanggapan atas manuver China tersebut.

Lai berpendapat dalam pidatonya pada hari Minggu bahwa hanya rakyat Taiwan yang dapat menentukan masa depan pulau tersebut.

“Kita benar-benar harus bisa membedakan antara diri kita sendiri dan musuh kita serta antara kawan dan lawan,” kata Lai.

Dia menambahkan bahwa pasukan Taiwan tidak boleh menerima sikap mengalah bahwa “pertempuran pertama adalah pertempuran terakhir”, merujuk pada anggapan bahwa Taipei akan segera runtuh jika terjadi serangan.

Beijing semakin memprotes kontak Washington dengan Taipei dan bantuan militer AS ke pulau tersebut, dengan alasan bahwa praktik tersebut melanggar prinsip “satu-China”.

“China tetap berkomitmen pada reunifikasi secara damai; namun, prospek ini semakin terkikis oleh kelompok separatis kemerdekaan Taiwan dan pasukan asing,” kata Menteri Pertahanan China Dong Jun bulan lalu.

Pasukan nasionalis melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949, setelah kalah dalam perang saudara melawan kelompok revolusioner Komunis pimpinan Mao Zedong.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi mengakui pemerintah Beijing sebagai otoritas berkuasa yang sah di China pada tahun 1971, dan AS menjalin hubungan diplomatik dengan China pada tahun 1979.

Perjanjian terakhir tersebut menyusul pengakuan Washington terhadap prinsip “satu-China” dan penghentian pengakuan kedaulatan Taiwan.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More