Kehabisan Uang, Venezuela Bayar Bantuan Iran dengan 9 Ton Emas

Jum'at, 01 Mei 2020 - 21:19 WIB
Ketika pendahulu Maduro—mendiang Hugo Chavez—berkuasa, ia dan pemimpin Iran saat itu, Mahmoud Ahmadinejad, membuat kesepakatan berbagai proyek energi, pertanian, dan keuangan. Mereka bahkan membuka pabrik perakitan mobil bersama di sebelah barat Caracas.

Amerika Serikat tidak senang melihat kedua negara musuhnya itu bekerjasama. Elliott Abrams, utusan yang memimpin upaya AS untuk menggulingkan Maduro, mengatakan bahwa Iran telah mengirim semakin banyak pesawat ke negara Amerika Selatan, termasuk minggu ini.

"Tebakan kami adalah bahwa mereka dibayar dalam emas," katanya di Hudson Institute, sebuah lembaga think tank konservatif Washington, seperti dikutip AFP.

"Pesawat-pesawat yang datang dari Iran yang membawa barang-barang untuk industri minyak akan kembali dengan pembayaran untuk barang-barang itu; emas," katanya lagi.

Pemerintahan Presiden Donald Trump telah menjatuhkan sanksi AS secara sepihak yang bertujuan mengakhiri ekspor minyak dari Iran dan Venezuela, produsen minyak mentah utama.

Venezuela memiliki cadangan minyak terbesar di dunia tetapi analis mengatakan bahwa sektor ini beroperasi jauh di bawah kapasitas karena korupsi dan kurangnya investasi dalam pemeliharaan.

Ekonomi Venezuela telah runtuh, dengan jutaan orang melarikan diri karena kekurangan barang-barang kebutuhan pokok. Sedangkan Iran juga mendapat pukulan dari sanksi AS setelah Trump menarik diri dari perjanjian denuklirisasi.

Abrams menuduh bahwa peran Iran menunjukkan dukungan lunak untuk Maduro dari Rusia dan China, yang telah mendukungnya meskipun ada tekanan Barat.

"Salah satu alasan saya menyebutkan itu bukan hanya untuk menunjukkan bahwa Iran memainkan peran yang semakin meningkat, tetapi perhatikan bahwa itu adalah uang tunai," kata Abrams.

"Kita tahu bahwa Maduro selama setahun terakhir menginginkan pinjaman tambahan dari Rusia dan China, investasi tambahan, dan dia belum mendapatkan uang receh," katanya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More