Presiden Iran Ebrahim Raisi Dimakaman, Kota Masyhad Jadi Lautan Pelayat
Jum'at, 24 Mei 2024 - 09:23 WIB
TEHERAN - Presiden Iran Ebrahim Raisi dimakamkan kemarin, mengakhiri hari-hari upacara pemakaman yang dihadiri oleh kerumunan pelayat setelah kematiannya dalam kecelakaan helikopter.
Kota kelahiran Raisi, Masyhad, berubah menjadi lautan pelayat ketika ratusan ribu orang berbaris untuk mengucapkan selamat tinggal kepada sang presiden menjelang pemakamannya setelah prosesi di kota Tabriz, Qom, Teheran dan Birjand.
Preisden Raisi (63) meninggal pada hari Minggu bersama menteri luar negerinya; Hossein Amir-Abdollahian, dan enam orang lainnya setelah helikopter mereka jatuh di pegunungan provinsi Azerbaijan Timur ketika kembali dari peresmian bendungan di perbatasan Iran dengan Azerbaijan.
Setelah lima hari berkabung publik—yang diumumkan pada hari Senin—berlalu, pihak berwenang termasuk Presiden Interim Mohammad Mokhber akan fokus pada penyelenggaraan pemilihan presiden baru yang ditetapkan pada 28 Juni 2024.
Mengutip AFP, Jumat (24/5/2024), massa pelayat pria dan wanita—yang sebagian besar mengenakan cadar hitam dan memegang bunga putih—memadati jalan utama Masyhad, kota utama kedua Republik Islam Iran tempat Raisi dilahirkan.
Beberapa orang mengangkat tinggi-tinggi plakat sebagai penghormatan kepada Raisi sebagai “pria di medan perang” ketika sebuah truk besar yang membawa jenazahnya melintasi lautan pelayat.
“Saya datang, ya raja, beri saya perlindungan,” bunyi slogan yang terpampang di atas truk, mengacu pada Imam Reza, Imam Kedelapan Islam Syiah.
Poster Raisi, bendera hitam dan simbol Syiah dipasang di sepanjang jalan Masyhad, khususnya di sekitar tempat peristirahatan terakhir Raisi—tempat suci Imam Reza, sebuah makam utama yang dikunjungi oleh jutaan peziarah setiap tahun.
Sebelumnya, ribuan orang yang memegang gambar Raisi dan mengibarkan bendera berjajar di jalan-jalan Birjand, ibu kota provinsi timur Khorasan Selatan, untuk prosesi peti mati Raisi.
Raisi adalah perwakilan Khorasan Selatan di Majelis Ahli, sebuah badan ulama yang bertugas memilih atau memberhentikan pemimpin tertinggi Iran.
Raisi secara luas diperkirakan akan menggantikan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, yang memimpin doa di Teheran pada hari Rabu untuk almarhum presiden dan berlutut di depan peti mati delapan orang yang meninggal dalam kecelakaan helikopter.
Di antara mereka adalah Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian, yang dimakamkan pada Kamis di kuil Shah Abdol-Azim di kota Shahre Ray di selatan ibu kota.
Para pejabat Iran dan pejabat asing memberikan penghormatan kepada almarhum diplomat tertinggi tersebut dalam sebuah upacara di Teheran menjelang pemakamannya.
Kerumunan besar orang berkumpul untuk prosesi pemakaman di Ibu Kota Iran; Teheran, pada hari Rabu untuk memberikan penghormatan terakhir mereka kepada presiden, yang oleh para pejabat dan media dijuluki sebagai “martir”.
Surat kabar konservatif Iran memuat gambar-gambar besar di halaman depan pertemuan massa pelayat tersebut pada hari Kamis, memuji upacara tersebut sebagai “perpisahan yang epik” dan mengatakan bahwa Raisi akan selamanya tetap “di hati rakyat”.
Harian reformis seperti Sazandegi memuat berita utama yang berbunyi: “Perpisahan terakhir”.
Presiden Tunisia Kais Saied dan Emir Qatar Tamim bin Hamad al-Thani menghadiri upacara sore untuk Raisi pada hari Rabu yang dihadiri sekitar 60 perwakilan negara, menurut IRNA.
Negara-negara anggota Uni Eropa termasuk di antara yang tidak hadir dalam upacara tersebut, sementara beberapa negara non-anggota, termasuk Belarusia dan Serbia mempunyai perwakilan.
Para pemimpin kelompok militan regional “poros perlawanan” yang dipimpin Iran juga datang ke republik Islam tersebut untuk menghadiri pemakaman.
Di antara mereka adalah Ismail Haniyeh; pemimpin biro politik Hamas di Qatar, anggota senior gerakan Hizbullah Lebanon dan pemberontak Houthi Yaman serta perwakilan Jihad Islam Palestina dan kelompok militan Irak.
Mereka bertemu di sela-sela pemakaman dengan Jenderal Hossein Salami, komandan Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, dan Esmail Qaani, kepala operasi luar negeri IRGC; Pasukan Quds, untuk membicarakan perang Israel-Hamas yang sedang berlangsung di Gaza.
Khamenei, yang memegang kekuasaan tertinggi di Iran, mengumumkan lima hari berkabung nasional dan menunjuk Wakil Presiden Mokhber (68) sebagai presiden sementara hingga pemilihan presiden baru 28 Juni.
Pemilihan presiden di Iran diperkirakan baru akan diadakan pada tahun depan, dan kegagalan tersebut menyebabkan ketidakpastian mengenai siapa yang akan menggantikan Raisi, dan beberapa orang menyatakan kekhawatirannya terhadap presiden yang akan datang.
“Bagaimana cara menemukan orang seperti dia? Saya benar-benar khawatir tentang hal itu,” kata ulama berusia 31 tahun, Mohsen, pada sebuah pertemuan hari Rabu di Teheran. “Sejauh yang saya tahu, kami tidak memiliki orang setinggi dia.”
Raisi terpilih sebagai presiden pada tahun 2021, menggantikan Hassan Rouhani yang moderat pada saat perekonomian terpukul oleh sanksi Amerika Serikat yang dikenakan atas aktivitas program nuklir Iran.
Masa jabatan Raisi diwarnai dengan protes massal, krisis ekonomi yang semakin parah, dan baku tembak yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan musuh bebuyutan; Israel.
Setelah kematiannya, Rusia dan China menyampaikan belasungkawa, begitu pula NATO, sementara Dewan Keamanan PBB mengheningkan cipta selama satu menit.
Pesan belasungkawa juga membanjiri sekutu Iran di kawasan, termasuk pemerintah Suriah serta Hamas dan Hizbullah.
Kota kelahiran Raisi, Masyhad, berubah menjadi lautan pelayat ketika ratusan ribu orang berbaris untuk mengucapkan selamat tinggal kepada sang presiden menjelang pemakamannya setelah prosesi di kota Tabriz, Qom, Teheran dan Birjand.
Preisden Raisi (63) meninggal pada hari Minggu bersama menteri luar negerinya; Hossein Amir-Abdollahian, dan enam orang lainnya setelah helikopter mereka jatuh di pegunungan provinsi Azerbaijan Timur ketika kembali dari peresmian bendungan di perbatasan Iran dengan Azerbaijan.
Setelah lima hari berkabung publik—yang diumumkan pada hari Senin—berlalu, pihak berwenang termasuk Presiden Interim Mohammad Mokhber akan fokus pada penyelenggaraan pemilihan presiden baru yang ditetapkan pada 28 Juni 2024.
Mengutip AFP, Jumat (24/5/2024), massa pelayat pria dan wanita—yang sebagian besar mengenakan cadar hitam dan memegang bunga putih—memadati jalan utama Masyhad, kota utama kedua Republik Islam Iran tempat Raisi dilahirkan.
Baca Juga
Beberapa orang mengangkat tinggi-tinggi plakat sebagai penghormatan kepada Raisi sebagai “pria di medan perang” ketika sebuah truk besar yang membawa jenazahnya melintasi lautan pelayat.
“Saya datang, ya raja, beri saya perlindungan,” bunyi slogan yang terpampang di atas truk, mengacu pada Imam Reza, Imam Kedelapan Islam Syiah.
Poster Raisi, bendera hitam dan simbol Syiah dipasang di sepanjang jalan Masyhad, khususnya di sekitar tempat peristirahatan terakhir Raisi—tempat suci Imam Reza, sebuah makam utama yang dikunjungi oleh jutaan peziarah setiap tahun.
Sebelumnya, ribuan orang yang memegang gambar Raisi dan mengibarkan bendera berjajar di jalan-jalan Birjand, ibu kota provinsi timur Khorasan Selatan, untuk prosesi peti mati Raisi.
Raisi adalah perwakilan Khorasan Selatan di Majelis Ahli, sebuah badan ulama yang bertugas memilih atau memberhentikan pemimpin tertinggi Iran.
Perpisahan yang Epik
Raisi secara luas diperkirakan akan menggantikan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, yang memimpin doa di Teheran pada hari Rabu untuk almarhum presiden dan berlutut di depan peti mati delapan orang yang meninggal dalam kecelakaan helikopter.
Di antara mereka adalah Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian, yang dimakamkan pada Kamis di kuil Shah Abdol-Azim di kota Shahre Ray di selatan ibu kota.
Para pejabat Iran dan pejabat asing memberikan penghormatan kepada almarhum diplomat tertinggi tersebut dalam sebuah upacara di Teheran menjelang pemakamannya.
Kerumunan besar orang berkumpul untuk prosesi pemakaman di Ibu Kota Iran; Teheran, pada hari Rabu untuk memberikan penghormatan terakhir mereka kepada presiden, yang oleh para pejabat dan media dijuluki sebagai “martir”.
Surat kabar konservatif Iran memuat gambar-gambar besar di halaman depan pertemuan massa pelayat tersebut pada hari Kamis, memuji upacara tersebut sebagai “perpisahan yang epik” dan mengatakan bahwa Raisi akan selamanya tetap “di hati rakyat”.
Harian reformis seperti Sazandegi memuat berita utama yang berbunyi: “Perpisahan terakhir”.
Presiden Tunisia Kais Saied dan Emir Qatar Tamim bin Hamad al-Thani menghadiri upacara sore untuk Raisi pada hari Rabu yang dihadiri sekitar 60 perwakilan negara, menurut IRNA.
Negara-negara anggota Uni Eropa termasuk di antara yang tidak hadir dalam upacara tersebut, sementara beberapa negara non-anggota, termasuk Belarusia dan Serbia mempunyai perwakilan.
Para pemimpin kelompok militan regional “poros perlawanan” yang dipimpin Iran juga datang ke republik Islam tersebut untuk menghadiri pemakaman.
Di antara mereka adalah Ismail Haniyeh; pemimpin biro politik Hamas di Qatar, anggota senior gerakan Hizbullah Lebanon dan pemberontak Houthi Yaman serta perwakilan Jihad Islam Palestina dan kelompok militan Irak.
Mereka bertemu di sela-sela pemakaman dengan Jenderal Hossein Salami, komandan Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, dan Esmail Qaani, kepala operasi luar negeri IRGC; Pasukan Quds, untuk membicarakan perang Israel-Hamas yang sedang berlangsung di Gaza.
Ketakpastian
Khamenei, yang memegang kekuasaan tertinggi di Iran, mengumumkan lima hari berkabung nasional dan menunjuk Wakil Presiden Mokhber (68) sebagai presiden sementara hingga pemilihan presiden baru 28 Juni.
Pemilihan presiden di Iran diperkirakan baru akan diadakan pada tahun depan, dan kegagalan tersebut menyebabkan ketidakpastian mengenai siapa yang akan menggantikan Raisi, dan beberapa orang menyatakan kekhawatirannya terhadap presiden yang akan datang.
“Bagaimana cara menemukan orang seperti dia? Saya benar-benar khawatir tentang hal itu,” kata ulama berusia 31 tahun, Mohsen, pada sebuah pertemuan hari Rabu di Teheran. “Sejauh yang saya tahu, kami tidak memiliki orang setinggi dia.”
Raisi terpilih sebagai presiden pada tahun 2021, menggantikan Hassan Rouhani yang moderat pada saat perekonomian terpukul oleh sanksi Amerika Serikat yang dikenakan atas aktivitas program nuklir Iran.
Masa jabatan Raisi diwarnai dengan protes massal, krisis ekonomi yang semakin parah, dan baku tembak yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan musuh bebuyutan; Israel.
Setelah kematiannya, Rusia dan China menyampaikan belasungkawa, begitu pula NATO, sementara Dewan Keamanan PBB mengheningkan cipta selama satu menit.
Pesan belasungkawa juga membanjiri sekutu Iran di kawasan, termasuk pemerintah Suriah serta Hamas dan Hizbullah.
(mas)
tulis komentar anda