Perlintasan Rafah Direbut Israel, Makanan Tersisa Kurang dari Sepekan di Gaza Selatan
Selasa, 14 Mei 2024 - 22:02 WIB
“Stasiun Air al-Yassin, di al-Sultan di Rafah barat, dulunya mendistribusikan air kepada ratusan ribu orang secara gratis,” ujar Abu Aziz, namun karena kini menjadi sasaran Israel, air tersebut tidak lagi tersedia.
Tidak ada fasilitas serupa di luar Rafah dan Deir al-Balah serta wilayah tengah dan selatan lainnya yang mempunyai air bersih. Yang tersedia adalah air asin yang tidak disaring dengan baik.
Hal ini dapat menyebabkan krisis kesehatan yang membinasakan warga di Khan Younis dan wilayah tengah.
Mhmd mengatakan, “Warga sipil yang dulu hidup dari kaleng kacang-kacangan yang diperoleh melalui UNRWA tidak dapat lagi menemukannya. Masyarakat terpaksa mengulurkan tangan untuk meminta bantuan orang lain untuk mendapatkan makanan sehari-hari.”
“Makanan yang ada saat ini adalah yang sebelumnya dibawa dari bantuan dari penyeberangan Rafah. Tapi kalau penyeberangan tetap ditutup, tidak ada yang bisa dimakan,” imbuh dia.
“Pasar masih beroperasi, dengan sumber daya yang sedikit dan harga yang tinggi, namun saya tidak tahu berapa lama lagi mereka akan bertahan di bawah pengepungan yang menyesakkan ini, penutupan semua penyeberangan dan pencegahan bantuan,” papar dia.
Pengungsi Palestina menjual makanan yang sebelumnya mereka terima sebagai bantuan untuk membeli barang-barang penting lainnya.
“Masyarakat tidak bisa membeli apa pun. Jika mereka punya uang yang ditabung, tabungan itu sekarang hilang,” ungkap Mhmd.
Rafeek Elmadhoun berada di Deir al-Balah untuk bekerja dengan Rebuilding Alliance, organisasi nirlaba yang telah mendistribusikan makanan hangat di Gaza.
Tidak ada fasilitas serupa di luar Rafah dan Deir al-Balah serta wilayah tengah dan selatan lainnya yang mempunyai air bersih. Yang tersedia adalah air asin yang tidak disaring dengan baik.
Hal ini dapat menyebabkan krisis kesehatan yang membinasakan warga di Khan Younis dan wilayah tengah.
Mhmd mengatakan, “Warga sipil yang dulu hidup dari kaleng kacang-kacangan yang diperoleh melalui UNRWA tidak dapat lagi menemukannya. Masyarakat terpaksa mengulurkan tangan untuk meminta bantuan orang lain untuk mendapatkan makanan sehari-hari.”
“Makanan yang ada saat ini adalah yang sebelumnya dibawa dari bantuan dari penyeberangan Rafah. Tapi kalau penyeberangan tetap ditutup, tidak ada yang bisa dimakan,” imbuh dia.
“Pasar masih beroperasi, dengan sumber daya yang sedikit dan harga yang tinggi, namun saya tidak tahu berapa lama lagi mereka akan bertahan di bawah pengepungan yang menyesakkan ini, penutupan semua penyeberangan dan pencegahan bantuan,” papar dia.
Pengungsi Palestina menjual makanan yang sebelumnya mereka terima sebagai bantuan untuk membeli barang-barang penting lainnya.
“Masyarakat tidak bisa membeli apa pun. Jika mereka punya uang yang ditabung, tabungan itu sekarang hilang,” ungkap Mhmd.
Dapur Umum
Rafeek Elmadhoun berada di Deir al-Balah untuk bekerja dengan Rebuilding Alliance, organisasi nirlaba yang telah mendistribusikan makanan hangat di Gaza.
tulis komentar anda