Perlintasan Rafah Direbut Israel, Makanan Tersisa Kurang dari Sepekan di Gaza Selatan
Selasa, 14 Mei 2024 - 22:02 WIB
Kelompok ini memiliki total 16 dapur lapangan: 10 di Rafah dan Khan Younis dan enam di Gaza tengah. Mereka bermaksud segera membangun lima lagi, menurut Elmadhoun.
Dia menggambarkan situasi di Gaza selatan dan tengah sebagai “menyedihkan” dan mengatakan kepada MEE bahwa “tidak mungkin” saat ini untuk mendapatkan makanan masuk dari luar Gaza karena adanya pembatasan di perlintasan.
“Kami, dengan dukungan Program Pangan Dunia (WFP), memiliki sisa makanan. Kami memasak makanan panas untuk memberi makan para pengungsi di berbagai daerah,” ungkap dia.
Elmadhoun dan rekan-rekannya berusaha melakukan yang terbaik dengan apa yang tersisa.
“Kami berusaha berhemat dengan persediaan yang masih kami miliki. Tidak jelas kapan pengepungan ini akan berakhir dan kapan bantuan akan masuk ke Gaza,” papar Elmadhoun.
“Jika hal ini terus berlanjut selama seminggu ke depan, saya rasa kami tidak akan mampu menyediakan makanan lagi karena permintaan yang sangat tinggi dan jumlah pengungsi yang datang ke Gaza tengah sangat banyak,” ungkap dia.
Dapur lapangan Rebuilding Alliance mendapatkan sayuran dari pasar lokal, namun harganya sekarang terlalu tinggi.
Beberapa kegiatan pertanian masih dilakukan di Gaza, namun, seperti yang dikatakan Elmadhoun, hasil panen menurun drastis karena pembatasan pengiriman benih dan pupuk ke Gaza, dan karena sebagian besar lahan pertanian di wilayah pesisir telah hancur.
Pertanian menyumbang hampir setengah dari total luas lahan Gaza sebelum perang, menurut Unosat, pusat satelit PBB. 45% lahan tersebut kini telah rusak.
Dia menggambarkan situasi di Gaza selatan dan tengah sebagai “menyedihkan” dan mengatakan kepada MEE bahwa “tidak mungkin” saat ini untuk mendapatkan makanan masuk dari luar Gaza karena adanya pembatasan di perlintasan.
“Kami, dengan dukungan Program Pangan Dunia (WFP), memiliki sisa makanan. Kami memasak makanan panas untuk memberi makan para pengungsi di berbagai daerah,” ungkap dia.
Elmadhoun dan rekan-rekannya berusaha melakukan yang terbaik dengan apa yang tersisa.
“Kami berusaha berhemat dengan persediaan yang masih kami miliki. Tidak jelas kapan pengepungan ini akan berakhir dan kapan bantuan akan masuk ke Gaza,” papar Elmadhoun.
“Jika hal ini terus berlanjut selama seminggu ke depan, saya rasa kami tidak akan mampu menyediakan makanan lagi karena permintaan yang sangat tinggi dan jumlah pengungsi yang datang ke Gaza tengah sangat banyak,” ungkap dia.
Dapur lapangan Rebuilding Alliance mendapatkan sayuran dari pasar lokal, namun harganya sekarang terlalu tinggi.
Beberapa kegiatan pertanian masih dilakukan di Gaza, namun, seperti yang dikatakan Elmadhoun, hasil panen menurun drastis karena pembatasan pengiriman benih dan pupuk ke Gaza, dan karena sebagian besar lahan pertanian di wilayah pesisir telah hancur.
Pertanian menyumbang hampir setengah dari total luas lahan Gaza sebelum perang, menurut Unosat, pusat satelit PBB. 45% lahan tersebut kini telah rusak.
(sya)
tulis komentar anda