PBB Peringatkan Kontaminasi Besar-besaran di Gaza akibat Senjata Peledak
Kamis, 09 Mei 2024 - 19:30 WIB
NEW YORK - Seorang pejabat PBB memperingatkan “tingkat yang sangat signifikan” kontaminasi reruntuhan di Gaza akibat bahan peledak.
Dia mengatakan pembersihannya memerlukan biaya yang besar, menurut laporan Anadolu Agency.
Dalam wawancara dengan majalah Amerika Serikat (AS), The New Yorker, yang dirilis pada Rabu, Charles Mungo Birch, kepala Program Pekerjaan Ranjau UNMAS di Wilayah Palestina, mengatakan lebih banyak rudal dan bom yang tidak meledak telah jatuh di Gaza dibandingkan di mana pun di dunia sejak Perang Dunia Kedua.
“Kami tidak dapat mengukur tingkat kontaminasi karena kami belum dapat melakukan penilaian, namun kami dapat mengatakan Gaza adalah 87% wilayah perkotaan. Pembersihan perkotaan sangat mahal dan memakan waktu,” ungkap Birch.
Perkiraan menunjukkan terdapat sekitar 37 juta ton puing di Gaza, tempat Israel telah membunuh lebih dari 34.000 warga Palestina sejak Oktober lalu.
“Kemungkinan besar sebagian besarnya akan terkontaminasi dengan bahan peledak. Sebagai aturan praktis, PBB berasumsi 10% persenjataan gagal berfungsi. Pengeboman dan pertempuran terjadi sangat hebat di wilayah tertentu di Gaza, sehingga kemungkinan besar terdapat tingkat kontaminasi yang sangat signifikan,” ujar dia.
Pejabat PBB tersebut mengatakan bulan lalu bahwa dibutuhkan jutaan dolar dan waktu bertahun-tahun untuk mendekontaminasi Gaza dari amunisi yang tidak meledak.
“Kami memperkirakan, untuk memulai pembersihan Gaza, kita membutuhkan sekitar USD45 juta,” papar dia.
Pada pertengahan April, badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, mengatakan, “Tantangan signifikan dalam beroperasi dengan aman karena adanya persenjataan yang belum meledak (UXO), termasuk bom seberat 1.000 pon di dalam sekolah dan di jalan setelah Israel menarik pasukannya keluar dari wilayah kota utama Gaza, Khan Yunis.”
Ketika ditanya mengapa daerah perkotaan jauh lebih sulit untuk dibersihkan, Birch menyebutkan puing-puing dan semua bahaya yang terkait dengannya.
“Diperkirakan ada delapan ratus ribu ton asbes di reruntuhan. Lalu, ada sisa-sisa manusia, yang perkiraannya bervariasi, namun ribuan mayat kemungkinan besar terjebak di bawah reruntuhan. Anda tentu harus menanganinya secara manusiawi, namun hal ini juga menimbulkan bahaya,” ujar Birch.
“Kemudian, ada bahaya dari bahan kimia dan proses industri. Rumah sakit juga bisa menjadi masalah ketika membersihkan persenjataan yang tidak meledak karena bahaya yang terkait: departemen radiologi, limbah biologis, dan lain-lain,” ungkap dia.
Dia mengatakan, karena situasi di Gaza, otoritas PBB tidak akan bisa melatih warga Palestina mengenai teknik pembuangan senjata peledak.
“Jadi semua pekerjaan harus dilakukan oleh staf internasional, yang biayanya sangat mahal,” pungkas dia.
Dia mengatakan pembersihannya memerlukan biaya yang besar, menurut laporan Anadolu Agency.
Dalam wawancara dengan majalah Amerika Serikat (AS), The New Yorker, yang dirilis pada Rabu, Charles Mungo Birch, kepala Program Pekerjaan Ranjau UNMAS di Wilayah Palestina, mengatakan lebih banyak rudal dan bom yang tidak meledak telah jatuh di Gaza dibandingkan di mana pun di dunia sejak Perang Dunia Kedua.
“Kami tidak dapat mengukur tingkat kontaminasi karena kami belum dapat melakukan penilaian, namun kami dapat mengatakan Gaza adalah 87% wilayah perkotaan. Pembersihan perkotaan sangat mahal dan memakan waktu,” ungkap Birch.
Perkiraan menunjukkan terdapat sekitar 37 juta ton puing di Gaza, tempat Israel telah membunuh lebih dari 34.000 warga Palestina sejak Oktober lalu.
“Kemungkinan besar sebagian besarnya akan terkontaminasi dengan bahan peledak. Sebagai aturan praktis, PBB berasumsi 10% persenjataan gagal berfungsi. Pengeboman dan pertempuran terjadi sangat hebat di wilayah tertentu di Gaza, sehingga kemungkinan besar terdapat tingkat kontaminasi yang sangat signifikan,” ujar dia.
Pejabat PBB tersebut mengatakan bulan lalu bahwa dibutuhkan jutaan dolar dan waktu bertahun-tahun untuk mendekontaminasi Gaza dari amunisi yang tidak meledak.
“Kami memperkirakan, untuk memulai pembersihan Gaza, kita membutuhkan sekitar USD45 juta,” papar dia.
Pada pertengahan April, badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, mengatakan, “Tantangan signifikan dalam beroperasi dengan aman karena adanya persenjataan yang belum meledak (UXO), termasuk bom seberat 1.000 pon di dalam sekolah dan di jalan setelah Israel menarik pasukannya keluar dari wilayah kota utama Gaza, Khan Yunis.”
Tantangan di Perkotaan
Ketika ditanya mengapa daerah perkotaan jauh lebih sulit untuk dibersihkan, Birch menyebutkan puing-puing dan semua bahaya yang terkait dengannya.
“Diperkirakan ada delapan ratus ribu ton asbes di reruntuhan. Lalu, ada sisa-sisa manusia, yang perkiraannya bervariasi, namun ribuan mayat kemungkinan besar terjebak di bawah reruntuhan. Anda tentu harus menanganinya secara manusiawi, namun hal ini juga menimbulkan bahaya,” ujar Birch.
“Kemudian, ada bahaya dari bahan kimia dan proses industri. Rumah sakit juga bisa menjadi masalah ketika membersihkan persenjataan yang tidak meledak karena bahaya yang terkait: departemen radiologi, limbah biologis, dan lain-lain,” ungkap dia.
Dia mengatakan, karena situasi di Gaza, otoritas PBB tidak akan bisa melatih warga Palestina mengenai teknik pembuangan senjata peledak.
“Jadi semua pekerjaan harus dilakukan oleh staf internasional, yang biayanya sangat mahal,” pungkas dia.
(sya)
tulis komentar anda