Perang Lawan Hamas, Tank Israel Malah Tembak Mati 2 Tentaranya Sendiri
Jum'at, 03 Mei 2024 - 08:01 WIB
GAZA - Sebuah tank tempur Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menembaki gedung di Gaza tempat tentara cadangan IDF berlindung ketika perang melawan Hamas berkecamuk. Tembakan itu menewaskan dua tentara Zionis dan melukai dua tentara lainnya.
Mengutip laporan dari Times of Israel, Jumat (3/5/2024), penyelidikan internal IDF mengungkapkan dua tentara Zionis itu tewas pada hari Minggu dalam apa yang disebut sebagai insiden "friendly-fire".
Menjelang penembakan mematikan tersebut, satu detasemen pasukan Israel telah disergap oleh pasukan Hamas di sepanjang salah satu rute utama yang melintasi daerah kantong tersebut.
Dalam baku tembak berikutnya, sebuah tank Israel melepaskan tembakan ke area yang telah ditetapkan sebagai area terlarang oleh komandan IDF.
Tembakan tank tempur tersebut menyasar sebuah bangunan di mana pasukan Israel lainnya sedang berlindung pada saat itu.
Laporan itu, mengutip perkiraan IDF, mencatat bahwa dari 263 korban jiwa militer Israel yang dikonfirmasi sejak dimulainya perang di Gaza Oktober lalu, setidaknya 43 orang menjadi korban "friendly-fire" dan berbagai insiden. Laporan tersebut menyebutkan komunikasi yang buruk serta kelelahan personel dan kurangnya perhatian menjadi beberapa penyebabnya.
Israel melancarkan serangan besar-besaran di daerah kantong Palestina yang berpenduduk padat tersebut setelah serangan mematikan oleh militan Hamas pada 7 Oktober 2023—yang menurut militer Zionis telah menewaskan sekitar 1.200 orang dan ratusan lainnya disandera.
Operasi darat dan pengeboman udara balasan Israel sejauh ini telah menewaskan lebih dari 34.000 orang, menurut pihak berwenang Gaza.
Sejak meluncurkan invasi brutal ke Gaza Oktober lalu, IDF telah berulang kali dituduh melakukan pengeboman dan penghancuran infrastruktur Gaza, termasuk kawasan pemukiman, rumah sakit dan universitas, serta menyerang pekerja bantuan internasional.
Pada 1 April, pesawat tak berawak militer Israel menyerang konvoi kemanusiaan di Gaza, milik kelompok bantuan World Central Kitchen (WCK), menewaskan tujuh pekerja bantuan, termasuk warga negara Inggris, Australia, Polandia, Palestina, dan dua warga negara Amerika-Kanada.
Insiden ini menimbulkan kecaman global, dan IDF mengakui bahwa para perwiranya telah melanggar aturan keterlibatan. Dua orang dipecat dan tiga lainnya mendapat teguran.
"Serangan itu sebagai peristiwa serius yang menjadi tanggung jawab kami [dan] tidak seharusnya terjadi," kata juru bicara IDF Daniel Hagari saat itu.
Dia juga berjanji untuk mencegah "serangan sesat" tersebut di masa depan.
Sementara itu, akhir bulan lalu, NBC mengeklaim militer Israel telah mengebom wilayah di selatan Gaza yang sebelumnya ditetapkan sebagai zona evakuasi.
IDF, sebaliknya, telah berulang kali menuduh militan Hamas menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia, dan bersikeras bahwa pasukannya sendiri mematuhi hukum internasional.
Mengutip laporan dari Times of Israel, Jumat (3/5/2024), penyelidikan internal IDF mengungkapkan dua tentara Zionis itu tewas pada hari Minggu dalam apa yang disebut sebagai insiden "friendly-fire".
Menjelang penembakan mematikan tersebut, satu detasemen pasukan Israel telah disergap oleh pasukan Hamas di sepanjang salah satu rute utama yang melintasi daerah kantong tersebut.
Dalam baku tembak berikutnya, sebuah tank Israel melepaskan tembakan ke area yang telah ditetapkan sebagai area terlarang oleh komandan IDF.
Tembakan tank tempur tersebut menyasar sebuah bangunan di mana pasukan Israel lainnya sedang berlindung pada saat itu.
Laporan itu, mengutip perkiraan IDF, mencatat bahwa dari 263 korban jiwa militer Israel yang dikonfirmasi sejak dimulainya perang di Gaza Oktober lalu, setidaknya 43 orang menjadi korban "friendly-fire" dan berbagai insiden. Laporan tersebut menyebutkan komunikasi yang buruk serta kelelahan personel dan kurangnya perhatian menjadi beberapa penyebabnya.
Israel melancarkan serangan besar-besaran di daerah kantong Palestina yang berpenduduk padat tersebut setelah serangan mematikan oleh militan Hamas pada 7 Oktober 2023—yang menurut militer Zionis telah menewaskan sekitar 1.200 orang dan ratusan lainnya disandera.
Operasi darat dan pengeboman udara balasan Israel sejauh ini telah menewaskan lebih dari 34.000 orang, menurut pihak berwenang Gaza.
Sejak meluncurkan invasi brutal ke Gaza Oktober lalu, IDF telah berulang kali dituduh melakukan pengeboman dan penghancuran infrastruktur Gaza, termasuk kawasan pemukiman, rumah sakit dan universitas, serta menyerang pekerja bantuan internasional.
Pada 1 April, pesawat tak berawak militer Israel menyerang konvoi kemanusiaan di Gaza, milik kelompok bantuan World Central Kitchen (WCK), menewaskan tujuh pekerja bantuan, termasuk warga negara Inggris, Australia, Polandia, Palestina, dan dua warga negara Amerika-Kanada.
Insiden ini menimbulkan kecaman global, dan IDF mengakui bahwa para perwiranya telah melanggar aturan keterlibatan. Dua orang dipecat dan tiga lainnya mendapat teguran.
"Serangan itu sebagai peristiwa serius yang menjadi tanggung jawab kami [dan] tidak seharusnya terjadi," kata juru bicara IDF Daniel Hagari saat itu.
Dia juga berjanji untuk mencegah "serangan sesat" tersebut di masa depan.
Sementara itu, akhir bulan lalu, NBC mengeklaim militer Israel telah mengebom wilayah di selatan Gaza yang sebelumnya ditetapkan sebagai zona evakuasi.
IDF, sebaliknya, telah berulang kali menuduh militan Hamas menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia, dan bersikeras bahwa pasukannya sendiri mematuhi hukum internasional.
(mas)
tulis komentar anda