China Uji Kapal Induk Tercanggih Fujian, Tandingan USS Gerald R Ford Amerika
Kamis, 02 Mei 2024 - 09:54 WIB
Semua mata kini tertuju pada Fujian mengenai bagaimana kapal tersebut dapat bersaing dengan kapal induk terbaru AS, USS Gerald R Ford.
Meskipun kapal induk AS ini memiliki panjang 333 meter, bobot 100.000 ton dan bertenaga nuklir dibandingkan dengan kapal bertenaga konvensional Fujian, ada beberapa aspek yang diklaim kapal China tersebut lebih unggul.
Fitur utama Fujian—tiga ketapel elektromagnetik dan alat penahannya—setara dengan Ford. Namun kapal Fujian digambarkan memiliki ketapel EM arus searah, dilaporkan lebih hemat energi dan lebih mudah diintegrasikan dengan perangkat penyimpanan energi dibandingkan empat ketapel arus bolak-balik milik kapal induk AS.
Jangkauan tempur yang lebih besar diharapkan memberikan PLAN kemampuan “blue water” untuk kendali wilayah maritim jangka panjang.
Kemampuan baru ini akan muncul pada saat meningkatnya ketegangan di Laut Cina Selatan, ketika Beijing dihadapkan dengan meningkatnya "serangan" dari Amerika dengan dalih narasi “ancaman China”.
Sebagai bagian dari program militerisasi pimpinan AS yang menargetkan wilayah tersebut, Washington telah memperkuat penempatannya di Asia-Pasifik, dengan mengandalkan sekutunya termasuk Jepang, Australia, dan Filipina.
Upaya Washington untuk meningkatkan pengaruhnya di Asia-Pasifik telah berulang kali dikecam oleh Beijing, yang menganggapnya sebagai “campur tangan” AS di wilayah tersebut.
Meskipun kapal induk AS ini memiliki panjang 333 meter, bobot 100.000 ton dan bertenaga nuklir dibandingkan dengan kapal bertenaga konvensional Fujian, ada beberapa aspek yang diklaim kapal China tersebut lebih unggul.
Fitur utama Fujian—tiga ketapel elektromagnetik dan alat penahannya—setara dengan Ford. Namun kapal Fujian digambarkan memiliki ketapel EM arus searah, dilaporkan lebih hemat energi dan lebih mudah diintegrasikan dengan perangkat penyimpanan energi dibandingkan empat ketapel arus bolak-balik milik kapal induk AS.
Jangkauan tempur yang lebih besar diharapkan memberikan PLAN kemampuan “blue water” untuk kendali wilayah maritim jangka panjang.
Kemampuan baru ini akan muncul pada saat meningkatnya ketegangan di Laut Cina Selatan, ketika Beijing dihadapkan dengan meningkatnya "serangan" dari Amerika dengan dalih narasi “ancaman China”.
Sebagai bagian dari program militerisasi pimpinan AS yang menargetkan wilayah tersebut, Washington telah memperkuat penempatannya di Asia-Pasifik, dengan mengandalkan sekutunya termasuk Jepang, Australia, dan Filipina.
Upaya Washington untuk meningkatkan pengaruhnya di Asia-Pasifik telah berulang kali dikecam oleh Beijing, yang menganggapnya sebagai “campur tangan” AS di wilayah tersebut.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda