Maskapai UEA Ini Justru Fokus Gaet Wisatawan Israel dan dan Sebut Yerusalem sebagai Kota Milik Zionis

Sabtu, 27 April 2024 - 18:40 WIB
Flydubai mempromosikan wisata Israel. Foto/AP
DUBAI - Maskapai penerbangan Emirat, Flydubai, mendapat kecaman karena panduan perjalanannya, yang menyebut kota-kota Palestina sebagai kota Israel dan mempromosikan pariwisata di Israel.

Dalam panduan perjalanannya di situs web maskapai tersebut, Flydubai menggambarkan Israel sebagai "salah satu negara paling dinamis di Timur Tengah", mencantumkan kota-kota untuk dikunjungi, atraksi utama, dan makanan untuk dicoba.

Flydubai juga mencatat "Kota Tua Yerusalem yang terkenal di dunia dan gereja-gereja Betlehem" sebagai "tempat yang wajib dikunjungi" di negara tersebut, yang direbut oleh Israel pada tahun 1967 setelah perang Arab-Israel berakhir.



Yerusalem menampung Masjid Al-Aqsa, yang telah menjadi sasaran serangkaian penggerebekan dan blokade, dan orang Israel percaya bahwa kompleks tersebut adalah situs paling suci dalam agama mereka dan di mana dua kuil kuno berada.



Melansir New Arab, hampir seluruh komunitas internasional menolak aneksasi dan klaim kedaulatan Israel atas Yerusalem.

Maskapai ini mengatakan Tel Aviv dikenal sebagai "Manhattan di Timur Tengah" dan "kota yang tidak pernah tidur".

Kritikus juga menunjukkan bahwa panduan ini mengaitkan "rasa hummus, falafel, shakshuka, Msabbaha, dan couscous yang otentik dan segar" dengan masakan Israel.

Israel menghadapi reaksi keras dan cemoohan karena mengambil masakan Palestina dan mengubah namanya menjadi masakan mereka sendiri. Negara ini telah lama memberi label makanan asli Palestina sebagai makanan Israel, termasuk "hummus Israel", "falafel Israel", "fattoush Israel", "shawarma Israel", dan "zaatar Israel".

Flydubai meluncurkan layanan komersialnya ke Tel Aviv pada tahun 2020, menjadi layanan komersial reguler pertama antara kota-kota tersebut setelah UEA dan Israel setuju untuk menormalisasi hubungan.

UEA adalah salah satu negara Arab yang menormalisasi hubungan dengan Israel, setelah Mesir pada tahun 1979 dan Yordania pada tahun 1994. Bahrain dan Sudan juga mengikuti langkah serupa sebagai bagian dari Abraham Accords.

Perjanjian tersebut dikutuk oleh warga Palestina, melanggar kebijakan Liga Arab selama bertahun-tahun yang menentang pendudukan Israel di Palestina.

Konsensusnya adalah tidak boleh ada hubungan dengan Israel sampai Israel berdamai dengan Palestina.
(ahm)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More