Kawan Jadi Lawan, Kenapa Iran Memusuhi Israel?
Jum'at, 19 April 2024 - 16:01 WIB
TEHERAN - Iran dan Israel pernah menikmati hubungan harmonis dalam waktu yang lumayan lama. Namun, kondisi tersebut berangsur-angsur memburuk hingga sekarang.
Terbaru, Iran melakukan serangan udara menuju Israel. Aksi ini diduga menjadi balasan atas serangan konsulat Iran di Suriah beberapa waktu sebelumnya.
Sebelum itu, ketegangan pun sering terjadi di antara Iran dan Israel. Padahal, jika mengacu riwayatnya, kedua negara ini pernah menjadi kawan. Lantas, kenapa Iran kini membenci Israel?
Hubungan Iran dan Israel berjalan cukup baik, setidaknya sampai Revolusi Islam yang dikomandoi Ayatollah merebut kekuasaan di Teheran pada 1979. Sebelumnya, mereka bahkan menjadi salah satu negara Islam pertama yang mengakui pendirian Israel.
Mengutip Al Jazeera, Jumat (19/4/2024), keadaan mulai berubah ketika Mohammad Mosaddegh menjadi Perdana Menteri Iran pada 1951. Waktu itu, ia menjadi pelopor nasionalisasi industri minyak yang sebelumnya dimonopoli Inggris.
Pada salah satu langkahnya, Mosaddegh memutuskan hubungan dengan Israel. Adapun alasannya karena Tel Aviv dianggap melayani kepentingan Barat di wilayahnya.
Saat pemerintahan Mosaddegh digulingkan pada 1953, situasi kembali berubah. Pemimpin yang dulunya dikenal sebagai sekutu setia Barat kembali naik ke tampuk kekuasaan.
Hasilnya, Israel mendirikan kedutaan de facto di Teheran. Lalu, keduanya pun saling bertukar duta besar pada 1970-an.
Tak hanya diplomatik, hal ini berlaku juga bagi hubungan perdagangan hingga keamanan. Lagi dan lagi, situasinya kembali berubah.
Pada 1979, Syah digulingkan dalam sebuah revolusi. Hal ini juga menandai lahirnya Republik Islam Iran yang baru.
Ayatollah Khomeini menjadi pemimpin revolusi. Ia membawa pandangan dunia baru yang sebagian besar memperjuangkan Islam dan menantang kekuatan dunia yang “sombong” yang termasuk Israel dan Amerika Serikat.
Israel dikenal sebagai “Setan Kecil”, sementara Amerika Serikat disebut “Setan Besar”. Setelahnya, Iran pun memutuskan semua hubungan dengan Israel.
Sejak saat itu, Iran menjadi pendukung utama perjuangan Palestina. Sebaliknya, mereka memandang Israel sebagai musuh besar.
Pada aksi-aksinya, Iran pun mendukung jaringan “poros perlawanan” yang terdiri dari kelompok-kelompok politik dan bersenjata di beberapa negara. Hal ini termasuk juga di Palestina.
Setelah itu, ketegangan pun sering terjadi antara Iran dan Israel. Hanya saja, memang keduanya jarang terlibat perang langsung, melainkan menggunakan pionnya masing-masing.
Tensi semakin panas ketika Iran diketahui tengah mengembangkan program nuklir. Israel yang menjadi sekutu negara Barat telah berjanji tidak akan pernah membiarkan Teheran mengembangkan bom nuklir.
Terbaru, Iran melakukan serangan udara menuju Israel. Aksi ini diduga menjadi balasan atas serangan konsulat Iran di Suriah beberapa waktu sebelumnya.
Sebelum itu, ketegangan pun sering terjadi di antara Iran dan Israel. Padahal, jika mengacu riwayatnya, kedua negara ini pernah menjadi kawan. Lantas, kenapa Iran kini membenci Israel?
Kenapa Iran Jadi Membenci Israel?
Hubungan Iran dan Israel berjalan cukup baik, setidaknya sampai Revolusi Islam yang dikomandoi Ayatollah merebut kekuasaan di Teheran pada 1979. Sebelumnya, mereka bahkan menjadi salah satu negara Islam pertama yang mengakui pendirian Israel.
Mengutip Al Jazeera, Jumat (19/4/2024), keadaan mulai berubah ketika Mohammad Mosaddegh menjadi Perdana Menteri Iran pada 1951. Waktu itu, ia menjadi pelopor nasionalisasi industri minyak yang sebelumnya dimonopoli Inggris.
Pada salah satu langkahnya, Mosaddegh memutuskan hubungan dengan Israel. Adapun alasannya karena Tel Aviv dianggap melayani kepentingan Barat di wilayahnya.
Saat pemerintahan Mosaddegh digulingkan pada 1953, situasi kembali berubah. Pemimpin yang dulunya dikenal sebagai sekutu setia Barat kembali naik ke tampuk kekuasaan.
Hasilnya, Israel mendirikan kedutaan de facto di Teheran. Lalu, keduanya pun saling bertukar duta besar pada 1970-an.
Tak hanya diplomatik, hal ini berlaku juga bagi hubungan perdagangan hingga keamanan. Lagi dan lagi, situasinya kembali berubah.
Pada 1979, Syah digulingkan dalam sebuah revolusi. Hal ini juga menandai lahirnya Republik Islam Iran yang baru.
Ayatollah Khomeini menjadi pemimpin revolusi. Ia membawa pandangan dunia baru yang sebagian besar memperjuangkan Islam dan menantang kekuatan dunia yang “sombong” yang termasuk Israel dan Amerika Serikat.
Israel dikenal sebagai “Setan Kecil”, sementara Amerika Serikat disebut “Setan Besar”. Setelahnya, Iran pun memutuskan semua hubungan dengan Israel.
Sejak saat itu, Iran menjadi pendukung utama perjuangan Palestina. Sebaliknya, mereka memandang Israel sebagai musuh besar.
Pada aksi-aksinya, Iran pun mendukung jaringan “poros perlawanan” yang terdiri dari kelompok-kelompok politik dan bersenjata di beberapa negara. Hal ini termasuk juga di Palestina.
Setelah itu, ketegangan pun sering terjadi antara Iran dan Israel. Hanya saja, memang keduanya jarang terlibat perang langsung, melainkan menggunakan pionnya masing-masing.
Tensi semakin panas ketika Iran diketahui tengah mengembangkan program nuklir. Israel yang menjadi sekutu negara Barat telah berjanji tidak akan pernah membiarkan Teheran mengembangkan bom nuklir.
(sya)
tulis komentar anda