Mesir Rencanakan Perang Melawan Israel, Pasukan Zionis Diperingatkan
Rabu, 27 Maret 2024 - 06:01 WIB
TEL AVIV - Seorang pensiunan perwira senior di Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memperingatkan adanya peningkatan kekuatan militer tentara Mesir di Sinai sejak tahun 2004, dan terutama sejak tahun 2008.
Letnan Kolonel Eli Dekel, yang berspesialisasi dalam sistem infrastruktur di negara-negara Arab, menerbitkan laporan tentang ini di situs berita Nziv.
Dekel mulai meneliti laporannya, “Konsep perdamaian dengan Mesir yang belum dibahas” dan menyelidiki masalah ini enam tahun lalu, dan dia mencapai kesimpulan yang berbahaya.
“Sejak tahun 2014, tentara Mesir telah memperluas infrastruktur militernya di Sinai secara signifikan,” ungkap dia, dilansir Russia Today.
“Pada tahun 2014, setelah masa kerusuhan regional dan penggulingan Ikhwanul Muslimin dari kekuasaan di Mesir pada tahun 2013, pembangunan infrastruktur militer di Sinai dipercepat, dan pada saat yang sama proses pembelian senjata canggih mulai dilakukan,” tulis Dekel.
Dia menjelaskan, “Proses ini membuat tentara Mesir menduduki peringkat ke-12 tentara paling kuat di dunia dan mendorong Israel ke peringkat ke-18 secara global.”
“Fenomena meresahkan dari peningkatan kekuatan tentara Mesir secara signifikan dan pembangunan infrastruktur militer yang intensif, terutama di Sinai dan di kedua sisi Terusan (Suez), tidak membuat khawatir masyarakat di Israel, termasuk para veteran militer senior yang saya ajak bicara di lembaga penelitian akademis, komentator dan jurnalis, termasuk jurnalis urusan militer yang diberi makan oleh sistem keamanan Israel dengan konsep bahwa, setelah Mesir menerima sejengkal terakhir tanah Sinai dari Israel, Mesir tidak punya hak merugikan Israel,” papar dia.
Dia menjelaskan, “Namun yang terjadi justru sebaliknya, hubungan yang bermusuhan (dikenal sebagai perdamaian dingin) semakin meningkat dan Mesir mempertahankan kerja sama keamanan dengan Israel, yang kini dilarang untuk dipublikasikan.”
Pensiunan perwira Israel itu mengkritik kepemimpinan politik dan keamanan di Israel karena memperlakukan Mesir sebagai negara sahabat dan bukan musuh.
Dia menekankan hal ini menimbulkan ancaman keamanan bagi Israel, dan Israel perlu mengarahkan sumber daya militer untuk melindungi diri dari ancaman ini.
Dekel juga memperingatkan agar tidak terulangnya Perang Oktober 1973 dan kegagalan intelijen Israel mengantisipasi serangan mendadak Mesir terhadap Israel.
Dia menjelaskan ketika para intelektual dan mereka yang tertarik dengan urusan Mesir di Israel bertanya tentang bahaya yang ditimbulkan oleh penguatan kekuatan militer tentara Mesir, mereka menggunakan alasan berikut: Mesir semakin memperkuat diri akibat ancaman Ethiopia yang mencuri air Sungai Nil dari Mesir; Mesir semakin memperkuat diri akibat ancaman dari faksi yang berbasis di Tripoli di Libya (faksi di Benghazi yang dikendalikan Field Marshal Khalifa Haftar, yang merupakan sekutu Mesir); Mesir bercita-cita memimpin Afrika dan negara Arab, dan senjata tersebut bertujuan menunjukkan ukuran dan status Mesir kepada semua negara di dunia.
Menurut Dekel, melalui laporannya, dia telah membantah semua klaim di atas, dan menekankan Mesir merupakan ancaman keamanan bagi Israel dan terus mempersiapkan semacam perang di masa depan melawan negara kolonial tersebut.
“Bahkan jika penilaian saya terhadap niat perang Mesir pada dasarnya salah, dan Presiden Mesir Al-Sisi hanya berpikir baik tentang Israel, namun bagi saya tampaknya kurangnya persiapan tentara Israel dalam menghadapi potensi konfrontasi militer dengan Mesir sama saja dengan kelalaian kriminal,” pungkas dia.
Letnan Kolonel Eli Dekel, yang berspesialisasi dalam sistem infrastruktur di negara-negara Arab, menerbitkan laporan tentang ini di situs berita Nziv.
Dekel mulai meneliti laporannya, “Konsep perdamaian dengan Mesir yang belum dibahas” dan menyelidiki masalah ini enam tahun lalu, dan dia mencapai kesimpulan yang berbahaya.
“Sejak tahun 2014, tentara Mesir telah memperluas infrastruktur militernya di Sinai secara signifikan,” ungkap dia, dilansir Russia Today.
“Pada tahun 2014, setelah masa kerusuhan regional dan penggulingan Ikhwanul Muslimin dari kekuasaan di Mesir pada tahun 2013, pembangunan infrastruktur militer di Sinai dipercepat, dan pada saat yang sama proses pembelian senjata canggih mulai dilakukan,” tulis Dekel.
Dia menjelaskan, “Proses ini membuat tentara Mesir menduduki peringkat ke-12 tentara paling kuat di dunia dan mendorong Israel ke peringkat ke-18 secara global.”
“Fenomena meresahkan dari peningkatan kekuatan tentara Mesir secara signifikan dan pembangunan infrastruktur militer yang intensif, terutama di Sinai dan di kedua sisi Terusan (Suez), tidak membuat khawatir masyarakat di Israel, termasuk para veteran militer senior yang saya ajak bicara di lembaga penelitian akademis, komentator dan jurnalis, termasuk jurnalis urusan militer yang diberi makan oleh sistem keamanan Israel dengan konsep bahwa, setelah Mesir menerima sejengkal terakhir tanah Sinai dari Israel, Mesir tidak punya hak merugikan Israel,” papar dia.
Dia menjelaskan, “Namun yang terjadi justru sebaliknya, hubungan yang bermusuhan (dikenal sebagai perdamaian dingin) semakin meningkat dan Mesir mempertahankan kerja sama keamanan dengan Israel, yang kini dilarang untuk dipublikasikan.”
Pensiunan perwira Israel itu mengkritik kepemimpinan politik dan keamanan di Israel karena memperlakukan Mesir sebagai negara sahabat dan bukan musuh.
Dia menekankan hal ini menimbulkan ancaman keamanan bagi Israel, dan Israel perlu mengarahkan sumber daya militer untuk melindungi diri dari ancaman ini.
Dekel juga memperingatkan agar tidak terulangnya Perang Oktober 1973 dan kegagalan intelijen Israel mengantisipasi serangan mendadak Mesir terhadap Israel.
Dia menjelaskan ketika para intelektual dan mereka yang tertarik dengan urusan Mesir di Israel bertanya tentang bahaya yang ditimbulkan oleh penguatan kekuatan militer tentara Mesir, mereka menggunakan alasan berikut: Mesir semakin memperkuat diri akibat ancaman Ethiopia yang mencuri air Sungai Nil dari Mesir; Mesir semakin memperkuat diri akibat ancaman dari faksi yang berbasis di Tripoli di Libya (faksi di Benghazi yang dikendalikan Field Marshal Khalifa Haftar, yang merupakan sekutu Mesir); Mesir bercita-cita memimpin Afrika dan negara Arab, dan senjata tersebut bertujuan menunjukkan ukuran dan status Mesir kepada semua negara di dunia.
Menurut Dekel, melalui laporannya, dia telah membantah semua klaim di atas, dan menekankan Mesir merupakan ancaman keamanan bagi Israel dan terus mempersiapkan semacam perang di masa depan melawan negara kolonial tersebut.
“Bahkan jika penilaian saya terhadap niat perang Mesir pada dasarnya salah, dan Presiden Mesir Al-Sisi hanya berpikir baik tentang Israel, namun bagi saya tampaknya kurangnya persiapan tentara Israel dalam menghadapi potensi konfrontasi militer dengan Mesir sama saja dengan kelalaian kriminal,” pungkas dia.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda