3 Negara Tetangga Indonesia yang Pernah Perang Antarsuku
Senin, 18 Maret 2024 - 23:23 WIB
“Pemerintahan baru [Bangsamoro] menjanjikan perdamaian dan keamanan di kawasan ini. Namun, rido adalah salah satu faktor utama yang dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan proses perdamaian,” kata Yasmira Moner, profesor pemerintahan pasca-konflik di Universitas Negeri Mindanao, kepada DW.
“Tanpa penyelesaian rido, kekerasan dapat meluas ke komunitas lain hingga menjadi konflik berskala besar,” kata Moner.
Foto/Reuters
Perang antarsuku juga terjadi di Myanmar. Itu mewarnai perang karena pemberontakan etnis di Myanmar melawan tentara junta Myanmar. Pasalnya, konflik Myanmar tidak bisa dilepaskan dari peran peran suku yang memiliki pemberontak.
Melansir Al Jazeera, aliansi kelompok pemberontak etnis di Myanmar telah melancarkan serangan terkoordinasi terhadap militer di seluruh wilayah utara negara itu pada akhir tahun lalu.
Perkembangan itu menimbulkan tantangan baru bagi para jenderal yang merebut kekuasaan dari pemerintahan terpilih pada bulan Februari 2021 dan telah berjuang untuk memadamkan perlawanan terhadap pemerintahan tersebut.
Aliansi Persaudaraan – yang terdiri dari Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang (TNLA), Tentara Arakan (AA) dan Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA) – melancarkan “operasi militer”.
Ketiga kelompok pemberontak tersebut – yang menurut para analis dapat mengerahkan setidaknya 15.000 pejuang di antara mereka – tidak segera memberikan rincian mengenai korban atau apakah mereka telah merebut wilayah tersebut.
“Tanpa penyelesaian rido, kekerasan dapat meluas ke komunitas lain hingga menjadi konflik berskala besar,” kata Moner.
3. Myanmar
Foto/Reuters
Perang antarsuku juga terjadi di Myanmar. Itu mewarnai perang karena pemberontakan etnis di Myanmar melawan tentara junta Myanmar. Pasalnya, konflik Myanmar tidak bisa dilepaskan dari peran peran suku yang memiliki pemberontak.
Melansir Al Jazeera, aliansi kelompok pemberontak etnis di Myanmar telah melancarkan serangan terkoordinasi terhadap militer di seluruh wilayah utara negara itu pada akhir tahun lalu.
Perkembangan itu menimbulkan tantangan baru bagi para jenderal yang merebut kekuasaan dari pemerintahan terpilih pada bulan Februari 2021 dan telah berjuang untuk memadamkan perlawanan terhadap pemerintahan tersebut.
Aliansi Persaudaraan – yang terdiri dari Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang (TNLA), Tentara Arakan (AA) dan Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA) – melancarkan “operasi militer”.
Ketiga kelompok pemberontak tersebut – yang menurut para analis dapat mengerahkan setidaknya 15.000 pejuang di antara mereka – tidak segera memberikan rincian mengenai korban atau apakah mereka telah merebut wilayah tersebut.
(ahm)
tulis komentar anda