Eks Kepala Shin Bet: Jika Saya Orang Palestina, Saya Akan Melawan Israel demi Kemerdekaan
Minggu, 17 Maret 2024 - 06:01 WIB
TEL AVIV - Mantan Kepala Shin Bet Ami Ayalon secara jujur mengatakan jika menjadi orang Palestina, dirinya akan melawan Israel demi kemerdekaannya.
Dia juga mengungkap frustrasi masyarakat Israel atas kebijakan pemerintah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.
Shin Bet Shin adalah badan intelijen yang bertanggung jawab untuk urusan keamanan dalam negeri Israel. Badan ini telah disalahkan atas kegagalannya mendeteksi dan mencegah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang besar di Jalur Gaza, Palestina, sekarang ini.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera English, ketika ditanya tentang penilaiannya terhadap situasi yang dihadapi rakyat Palestina, Ayalon mengatakan bahwa rakyat Palestina memimpikan kemerdekaan tetapi tidak mencapainya.
“Diakui atau tidak, kami mengendalikan kehidupan jutaan orang,” katanya, yang dilansir dari Middle East Monitor, Minggu (17/3/2024).
Ketika ditanya apa pendapatnya tentang Israel jika dia adalah seorang Palestina yang tinggal di Tepi Barat atau Jalur Gaza, Ayalon menjawab: “Saya akan melawan Israel demi kemerdekaan saya,” menjelaskan bahwa dia akan melakukan segala daya untuk mencapai kemerdekaannya, tidak lebih dan tidak kurang.
Mengenai pengaruh ekstremis dua menteri di pemerintahan PM Netanyahu; Itamar Ben Gvir dan Bezalel Smotrich, serta pendapatnya tentang mereka, mantan pejabat keamanan Israel itu mengindikasikan bahwa keduanya adalah teroris dan hanya mewakili minoritas kecil dalam masyarakat Israel, namun mereka memiliki pengaruh karena sistem aliansi.
Ami Ayalon, lahir pada tanggal 27 Juni 1945, adalah seorang perwira keamanan dan politisi Israel yang pernah menjabat sebagai komandan Angkatan Laut, komandan Armada Ketigabelas, kepala kesepuluh Shin Bet, dan anggota Knesset.
Menurut laporan surat kabar Haaretz pada bulan Januari lalu, Ayalon menolak mengomentari jalannya pertempuran di Gaza dan di perbatasan utara sejak 7 Oktober.
Dia juga menahan diri untuk membahas serangan kelompok Houthi dari Yaman dan Laut Merah, wilayah yang dia kenal dengan baik sejak dia menjadi komandan Armada Ketigabelas (Komando Angkatan Laut) dan kemudian menjadi komandan Angkatan Laut.
Dia meninggalkan militer sekitar 30 tahun lalu dan meninggalkan perannya sebagai aparat keamanan sekitar 24 tahun lalu.
Dia juga mengungkap frustrasi masyarakat Israel atas kebijakan pemerintah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu.
Shin Bet Shin adalah badan intelijen yang bertanggung jawab untuk urusan keamanan dalam negeri Israel. Badan ini telah disalahkan atas kegagalannya mendeteksi dan mencegah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang besar di Jalur Gaza, Palestina, sekarang ini.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera English, ketika ditanya tentang penilaiannya terhadap situasi yang dihadapi rakyat Palestina, Ayalon mengatakan bahwa rakyat Palestina memimpikan kemerdekaan tetapi tidak mencapainya.
“Diakui atau tidak, kami mengendalikan kehidupan jutaan orang,” katanya, yang dilansir dari Middle East Monitor, Minggu (17/3/2024).
Ketika ditanya apa pendapatnya tentang Israel jika dia adalah seorang Palestina yang tinggal di Tepi Barat atau Jalur Gaza, Ayalon menjawab: “Saya akan melawan Israel demi kemerdekaan saya,” menjelaskan bahwa dia akan melakukan segala daya untuk mencapai kemerdekaannya, tidak lebih dan tidak kurang.
Mengenai pengaruh ekstremis dua menteri di pemerintahan PM Netanyahu; Itamar Ben Gvir dan Bezalel Smotrich, serta pendapatnya tentang mereka, mantan pejabat keamanan Israel itu mengindikasikan bahwa keduanya adalah teroris dan hanya mewakili minoritas kecil dalam masyarakat Israel, namun mereka memiliki pengaruh karena sistem aliansi.
Ami Ayalon, lahir pada tanggal 27 Juni 1945, adalah seorang perwira keamanan dan politisi Israel yang pernah menjabat sebagai komandan Angkatan Laut, komandan Armada Ketigabelas, kepala kesepuluh Shin Bet, dan anggota Knesset.
Menurut laporan surat kabar Haaretz pada bulan Januari lalu, Ayalon menolak mengomentari jalannya pertempuran di Gaza dan di perbatasan utara sejak 7 Oktober.
Dia juga menahan diri untuk membahas serangan kelompok Houthi dari Yaman dan Laut Merah, wilayah yang dia kenal dengan baik sejak dia menjadi komandan Armada Ketigabelas (Komando Angkatan Laut) dan kemudian menjadi komandan Angkatan Laut.
Dia meninggalkan militer sekitar 30 tahun lalu dan meninggalkan perannya sebagai aparat keamanan sekitar 24 tahun lalu.
(mas)
tulis komentar anda