Menlu Polandia Dukung NATO Kerahkan Tentara ke Ukraina untuk Melawan Rusia
Minggu, 10 Maret 2024 - 06:22 WIB
WARSAWA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Polandia Radoslaw Sikorski mendukung gagasan pengerahan tentara NATO ke Ukraina untuk melawan invasi Rusia. Gagasan ini pertama kali dicetuskan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Sikorski mengatakan pengiriman tentara NATO ke Kyiv di tengah perang dengan Moskow bukan tidak mungkin.
Gagasan semacam itu, yang dilontarkan Macron bulan lalu, telah menyebabkan gelombang penolakan dari para pemimpin negara anggota NATO, yang bersikeras bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk mengerahkan pasukan tempur ke Ukraina.
Namun, Macron terus melontarkan pernyataan agresif, mengatakan pada Kamis lalu bahwa dia tidak mengakui batasan atau garis merah Rusia dalam hal mendukung Kyiv. "Eropa harus mampu menghadapi sejarah dan keberanian yang dibutuhkan," desaknya.
Sikorski, dalam konferensi yang menandai 25 tahun Polandia bergabung dengan NATO di Warsawa, menegaskan bahwa Barat harus menanggapi operasi militer Rusia di Ukraina dengan eskalasi asimetris.
"Mengingat hal ini, keberadaan pasukan NATO di Ukraina tidak bisa diabaikan," katanya seperti dikutip dari surat kabar Rzeczpospolita, Minggu (10/3/2024).
"Saya menghargai inisiatif Presiden Emmanuel Macron karena ini tentang membuat [Presiden Rusia Vladimir] Putin takut kepada kita, bukan kita yang takut kepada Putin," ujarnya.
Pada hari Jumat, Menteri Pertahanan Polandia Wladysław Kosiniak-Kamysz meyakinkan media lokal: "Angkatan Darat Polandia tidak akan berada di Ukraina...baik Presiden, Perdana Menteri, dan saya mengonfirmasi ini."
Menurutnya, Warsawa, yang merupakan salah satu pendukung utama Kyiv di Uni Eropa, akan terus mendukung Ukraina melalui pengiriman peralatan.
Pada hari yang sama, Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius menegaskan kembali bahwa tidak ada yang benar-benar ingin memiliki pasukan di lapangan di Ukraina, menekankan bahwa diskusi tentang masalah ini harus dihentikan.
Dalam pidatonya di hadapan Majelis Federal Rusia pada akhir Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin mengomentari pembicaraan tentang pengerahan kontingen militer NATO ke Ukraina, dengan mengatakan bahwa semua upaya sebelumnya untuk menaklukkan Rusia telah berakhir dengan kegagalan. “Tetapi sekarang konsekuensinya bagi penjajah potensial akan jauh lebih tragis,” katanya.
Putin mengingatkan bahwa Moskow memiliki persenjataan nuklir besar-besaran, yang dalam keadaan kesiapan penuh untuk pengerahan.
"Perilaku eskalasi Barat menimbulkan ancaman konflik yang melibatkan senjata nuklir, dan oleh karena itu, kehancuran peradaban," katanya. ” Apakah mereka tidak mengerti ini?"
Sikorski mengatakan pengiriman tentara NATO ke Kyiv di tengah perang dengan Moskow bukan tidak mungkin.
Gagasan semacam itu, yang dilontarkan Macron bulan lalu, telah menyebabkan gelombang penolakan dari para pemimpin negara anggota NATO, yang bersikeras bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk mengerahkan pasukan tempur ke Ukraina.
Namun, Macron terus melontarkan pernyataan agresif, mengatakan pada Kamis lalu bahwa dia tidak mengakui batasan atau garis merah Rusia dalam hal mendukung Kyiv. "Eropa harus mampu menghadapi sejarah dan keberanian yang dibutuhkan," desaknya.
Sikorski, dalam konferensi yang menandai 25 tahun Polandia bergabung dengan NATO di Warsawa, menegaskan bahwa Barat harus menanggapi operasi militer Rusia di Ukraina dengan eskalasi asimetris.
"Mengingat hal ini, keberadaan pasukan NATO di Ukraina tidak bisa diabaikan," katanya seperti dikutip dari surat kabar Rzeczpospolita, Minggu (10/3/2024).
"Saya menghargai inisiatif Presiden Emmanuel Macron karena ini tentang membuat [Presiden Rusia Vladimir] Putin takut kepada kita, bukan kita yang takut kepada Putin," ujarnya.
Pada hari Jumat, Menteri Pertahanan Polandia Wladysław Kosiniak-Kamysz meyakinkan media lokal: "Angkatan Darat Polandia tidak akan berada di Ukraina...baik Presiden, Perdana Menteri, dan saya mengonfirmasi ini."
Menurutnya, Warsawa, yang merupakan salah satu pendukung utama Kyiv di Uni Eropa, akan terus mendukung Ukraina melalui pengiriman peralatan.
Pada hari yang sama, Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius menegaskan kembali bahwa tidak ada yang benar-benar ingin memiliki pasukan di lapangan di Ukraina, menekankan bahwa diskusi tentang masalah ini harus dihentikan.
Dalam pidatonya di hadapan Majelis Federal Rusia pada akhir Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin mengomentari pembicaraan tentang pengerahan kontingen militer NATO ke Ukraina, dengan mengatakan bahwa semua upaya sebelumnya untuk menaklukkan Rusia telah berakhir dengan kegagalan. “Tetapi sekarang konsekuensinya bagi penjajah potensial akan jauh lebih tragis,” katanya.
Putin mengingatkan bahwa Moskow memiliki persenjataan nuklir besar-besaran, yang dalam keadaan kesiapan penuh untuk pengerahan.
"Perilaku eskalasi Barat menimbulkan ancaman konflik yang melibatkan senjata nuklir, dan oleh karena itu, kehancuran peradaban," katanya. ” Apakah mereka tidak mengerti ini?"
(mas)
tulis komentar anda