China Tingkatkan Upaya Meredam Kritik Seputar Arah Perekonomian Nasional
Kamis, 07 Maret 2024 - 08:44 WIB
Sebelum pandemi Covid-19, terdapat sekitar 1.200 penerbangan per bulan, sedangkan saat ini, hanya terdapat sekitar 70 penerbangan AS-China pada setiap bulannya.
Frank Xie, seorang profesor bisnis di Aiken School of Business di Universitas South Carolina, memberikan wawasan tambahan mengenai situasi ekonomi China dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
Dia menekankan sifat saling terkait dari berkurangnya pengunjung asing, penerbangan, dan aliran modal, dan menghubungkan penurunan tersebut dengan terputusnya hubungan ekonomi dengan Eropa dan Amerika Serikat.
Xie berpendapat bahwa penindasan yang dilakukan CCP terhadap informasi dan perbedaan pendapat, yang dibingkai kedok keamanan nasional, semakin menghalangi investor asing.
Penarikan perusahaan-perusahaan asing yang mengevaluasi dan meneliti China telah menyebabkan para investor tidak memiliki informasi penting, sehingga menghambat kemampuan mereka untuk secara akurat mengukur kondisi masyarakat China beserta perekonomian mereka.
Ketika mengkaji pengurangan investasi asing, Chen menyoroti penurunan signifikan dari USD101,2 miliar di kuartal pertama tahun 2022 menjadi hanya USD4,9 miliar pada kuartal kedua tahun 2023.
Penurunan mengejutkan ini, yang terendah sejak krisis fiskal Asia Tenggara tahun 1998, menggarisbawahi tantangan yang dihadapi lanskap ekonomi China.
Selain itu, data dana mata uang asing yang dikumpulkan di China menunjukkan penurunan lebih dari 40 persen dari tahun 2021 hingga 2022, dengan penurunan lebih dari 87 persen berdasarkan jumlah dan 57 persen berdasarkan nilai di paruh pertama tahun 2023.
Chen menekankan elemen inti pembangunan ekonomi—manusia, logistik, dan aliran modal—dengan alasan bahwa ketiganya mengalami kontraksi dalam siklus eksternal. Meski penyusutan akibat pandemi Covid-19 mungkin memberikan peluang untuk koreksi, namun jika penurunan tersebut disebabkan perang dagang dan ketegangan geopolitik, prospeknya akan jauh lebih pesimistis. Hal ini dapat menandakan pembalikan struktural jangka panjang dalam perekonomian China.
Frank Xie, seorang profesor bisnis di Aiken School of Business di Universitas South Carolina, memberikan wawasan tambahan mengenai situasi ekonomi China dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
Dia menekankan sifat saling terkait dari berkurangnya pengunjung asing, penerbangan, dan aliran modal, dan menghubungkan penurunan tersebut dengan terputusnya hubungan ekonomi dengan Eropa dan Amerika Serikat.
Xie berpendapat bahwa penindasan yang dilakukan CCP terhadap informasi dan perbedaan pendapat, yang dibingkai kedok keamanan nasional, semakin menghalangi investor asing.
Penarikan perusahaan-perusahaan asing yang mengevaluasi dan meneliti China telah menyebabkan para investor tidak memiliki informasi penting, sehingga menghambat kemampuan mereka untuk secara akurat mengukur kondisi masyarakat China beserta perekonomian mereka.
Ketika mengkaji pengurangan investasi asing, Chen menyoroti penurunan signifikan dari USD101,2 miliar di kuartal pertama tahun 2022 menjadi hanya USD4,9 miliar pada kuartal kedua tahun 2023.
Penurunan mengejutkan ini, yang terendah sejak krisis fiskal Asia Tenggara tahun 1998, menggarisbawahi tantangan yang dihadapi lanskap ekonomi China.
Selain itu, data dana mata uang asing yang dikumpulkan di China menunjukkan penurunan lebih dari 40 persen dari tahun 2021 hingga 2022, dengan penurunan lebih dari 87 persen berdasarkan jumlah dan 57 persen berdasarkan nilai di paruh pertama tahun 2023.
Chen menekankan elemen inti pembangunan ekonomi—manusia, logistik, dan aliran modal—dengan alasan bahwa ketiganya mengalami kontraksi dalam siklus eksternal. Meski penyusutan akibat pandemi Covid-19 mungkin memberikan peluang untuk koreksi, namun jika penurunan tersebut disebabkan perang dagang dan ketegangan geopolitik, prospeknya akan jauh lebih pesimistis. Hal ini dapat menandakan pembalikan struktural jangka panjang dalam perekonomian China.
Masa Depan Perekonomian China
Lihat Juga :
tulis komentar anda