Hotel di Swiss Larang Orang Yahudi Bermain Ski, Alasannya Memalukan!
Selasa, 13 Februari 2024 - 15:45 WIB
BERN - Hotel restoran pegunungan Pischa di Davos, Swiss, mengumumkan tidak akan lagi menyewakan peralatan ski dan olahraga salju lainnya kepada tamu Yahudi, karena dugaan adanya sejarah panjang perilaku nakal, kerusakan properti, dan pencurian.
Kebijakan tersebut menghadapi tuduhan anti-Semitisme, yang memicu skandal besar dan penyelidikan polisi.
Pengumuman kebijakan itu muncul selama akhir pekan di pintu ruangan yang digunakan untuk menyimpan peralatan ski di resor.
Pesan dalam bahasa Ibrani secara eksplisit menolak akses tamu Yahudi ke layanan tersebut.
“Karena berbagai kejadian yang tidak menguntungkan, termasuk pencurian kereta luncur, kami tidak lagi menyewakan peralatan olahraga kepada saudara-saudara Yahudi kami. Hal ini berlaku untuk semua perlengkapan seperti kereta luncur, airboards, jack ski, dan sepatu salju. Terima kasih atas pengertian Anda,” bunyi pengumuman itu.
Pada Senin, polisi setempat mengkonfirmasi kepada harian 20 Minuten bahwa mereka telah meluncurkan penyelidikan resmi atas kebijakan tersebut dan sekarang sedang menyelidiki hotel tersebut atas dugaan “diskriminasi dan hasutan kebencian.”
Federasi Komunitas Yahudi Swiss (SIG) mengecam keras resor tersebut, mencap kebijakan tersebut sebagai “tingkat keberanian” baru dan berjanji mengajukan keluhannya sendiri atas masalah tersebut.
“Sekelompok tamu secara kolektif direndahkan berdasarkan penampilan dan asal mereka,” klaim Sekretaris Jenderal SIG Jonathan Kreutner.
Namun, restoran tersebut tetap mempertahankan keputusannya dan menjelaskan hal tersebut adalah akibat dari perilaku nakal yang telah lama dilakukan orang-orang Yahudi Ortodoks di resor tersebut.
“Kami tidak lagi menginginkan kerepotan sehari-hari dan karena itu menggunakan hak kami memutuskan siapa yang dapat menyewakan properti kami dan siapa yang tidak,” tegas resor tersebut kepada 20 Minuten.
Resor itu menegaskan, “Langkah tersebut tidak ada hubungannya dengan keyakinan, warna kulit atau preferensi pribadi para tamu. Salah satu dari tamu-tamu ini pasti akan menyebabkan kecelakaan serius pada suatu saat.”
Perusahaan itu menjelaskan tamu-tamu tersebut secara rutin menyebarkan peralatan tersebut ke lereng gunung, alih-alih mengembalikannya, mengambilnya dari ruang penyimpanan tanpa izin, dan sebagainya.
Operator pariwisata regional Sportbahnen Pischa AG segera menjauhkan diri dari insiden tersebut, menjelaskan hotel tersebut adalah lokasi yang disewa secara eksternal di gunung tersebut dan organisasi tersebut tidak ada hubungannya dengan pengelolaannya.
Sikap serupa juga diambil perusahaan induknya, Davos Klosters, dan CEO-nya, Reto Branschi, yang mengakui, “Pemberitahuan tersebut jelas-jelas diucapkan dengan kata-kata yang disayangkan.”
“Pemberitahuan tersebut dapat melukai perasaan kelompok tamu Yahudi secara keseluruhan dan hal tersebut tidak boleh terjadi,” ujar dia kepada 20 Minuten.
Pada saat yang sama, dia mengakui orang-orang Yahudi Ortodoks telah menunjukkan perilaku nakal selama bertahun-tahun dan sering terlibat dalam berbagai masalah di resor lokal, dan “kesulitan” dengan “kelompok kecil” ini adalah fakta.
“Masalahnya memiliki dua sisi dan telah berlangsung selama bertahun-tahun,” pungkas CEO tersebut.
Kebijakan tersebut menghadapi tuduhan anti-Semitisme, yang memicu skandal besar dan penyelidikan polisi.
Pengumuman kebijakan itu muncul selama akhir pekan di pintu ruangan yang digunakan untuk menyimpan peralatan ski di resor.
Pesan dalam bahasa Ibrani secara eksplisit menolak akses tamu Yahudi ke layanan tersebut.
“Karena berbagai kejadian yang tidak menguntungkan, termasuk pencurian kereta luncur, kami tidak lagi menyewakan peralatan olahraga kepada saudara-saudara Yahudi kami. Hal ini berlaku untuk semua perlengkapan seperti kereta luncur, airboards, jack ski, dan sepatu salju. Terima kasih atas pengertian Anda,” bunyi pengumuman itu.
Pada Senin, polisi setempat mengkonfirmasi kepada harian 20 Minuten bahwa mereka telah meluncurkan penyelidikan resmi atas kebijakan tersebut dan sekarang sedang menyelidiki hotel tersebut atas dugaan “diskriminasi dan hasutan kebencian.”
Federasi Komunitas Yahudi Swiss (SIG) mengecam keras resor tersebut, mencap kebijakan tersebut sebagai “tingkat keberanian” baru dan berjanji mengajukan keluhannya sendiri atas masalah tersebut.
“Sekelompok tamu secara kolektif direndahkan berdasarkan penampilan dan asal mereka,” klaim Sekretaris Jenderal SIG Jonathan Kreutner.
Namun, restoran tersebut tetap mempertahankan keputusannya dan menjelaskan hal tersebut adalah akibat dari perilaku nakal yang telah lama dilakukan orang-orang Yahudi Ortodoks di resor tersebut.
“Kami tidak lagi menginginkan kerepotan sehari-hari dan karena itu menggunakan hak kami memutuskan siapa yang dapat menyewakan properti kami dan siapa yang tidak,” tegas resor tersebut kepada 20 Minuten.
Resor itu menegaskan, “Langkah tersebut tidak ada hubungannya dengan keyakinan, warna kulit atau preferensi pribadi para tamu. Salah satu dari tamu-tamu ini pasti akan menyebabkan kecelakaan serius pada suatu saat.”
Perusahaan itu menjelaskan tamu-tamu tersebut secara rutin menyebarkan peralatan tersebut ke lereng gunung, alih-alih mengembalikannya, mengambilnya dari ruang penyimpanan tanpa izin, dan sebagainya.
Operator pariwisata regional Sportbahnen Pischa AG segera menjauhkan diri dari insiden tersebut, menjelaskan hotel tersebut adalah lokasi yang disewa secara eksternal di gunung tersebut dan organisasi tersebut tidak ada hubungannya dengan pengelolaannya.
Sikap serupa juga diambil perusahaan induknya, Davos Klosters, dan CEO-nya, Reto Branschi, yang mengakui, “Pemberitahuan tersebut jelas-jelas diucapkan dengan kata-kata yang disayangkan.”
“Pemberitahuan tersebut dapat melukai perasaan kelompok tamu Yahudi secara keseluruhan dan hal tersebut tidak boleh terjadi,” ujar dia kepada 20 Minuten.
Pada saat yang sama, dia mengakui orang-orang Yahudi Ortodoks telah menunjukkan perilaku nakal selama bertahun-tahun dan sering terlibat dalam berbagai masalah di resor lokal, dan “kesulitan” dengan “kelompok kecil” ini adalah fakta.
“Masalahnya memiliki dua sisi dan telah berlangsung selama bertahun-tahun,” pungkas CEO tersebut.
(sya)
tulis komentar anda