Jenderal Jerman: Bersiaplah Hadapi Konflik dengan Rusia 5 Tahun Lagi
Senin, 12 Februari 2024 - 07:24 WIB
BERLIN - Jerman harus meningkatkan militernya untuk bersiap menghadapi potensi konflik dengan Rusia dalam waktu lima tahun. Demikian disampaikan Jenderal Carsten Breuer dari Bundeswehr (Angkatan Bersenjata Jerman).
Dia menyerukan perubahan mentalitas dalam masyarakat Jerman, dan menegaskan bahwa negara tersebut perlu membangun pencegahan yang kredibel.
Dalam sebuah wawancara dengan Welt am Sonntag yang diterbitkan pada hari Minggu (11/2/2024), Jenderal Breuer memperingatkan bahwa Jerman tidak memiliki “waktu tanpa akhir” untuk mampu berperang.
Dia mengeklaim bahwa kemungkinan konfrontasi militer dengan Moskow berada pada titik tertinggi sejak akhir Perang Dingin.
“Jika saya mengikuti para analis dan melihat potensi ancaman militer apa yang datang dari Rusia, maka itu berarti waktu persiapan bagi kita selama lima hingga delapan tahun,” katanya.
Breuer, yang menjabat sebagai inspektur jenderal Bundeswehr, menyatakan; "Ini tidak berarti akan terjadi perang. Tapi itu mungkin.”
Jenderal tersebut juga tidak menutup kemungkinan diberlakukannya kembali beberapa bentuk wajib militer di Jerman.
Breuer mencatat bahwa masalah ini masih dibahas, namun dia mengutip “model Swedia", yang mewajibkan pelatihan militer bagi sebagian besar warga negara, yang kemudian menjadi tentara cadangan.
Komentar Jenderal Breuer muncul setelah Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius menyatakan pada bulan November bahwa negaranya harus “mampu berperang".
Pistorius menegaskan lagi pada bulan Januari bahwa Berlin dan seluruh anggota NATO harus mempersenjatai diri secara lebih aktif. "Agar dapat melancarkan perang yang dipaksakan kepada kita," katanya.
Namun, Menteri Pertahanan Jerman tersebut bulan lalu mengatakan: “Saat ini, saya tidak melihat adanya bahaya serangan Rusia terhadap wilayah NATO atau negara mitra NATO mana pun.”
Juga berbicara pada bulan Januari, Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps mengeklaim: “Dalam waktu lima tahun, kita mungkin akan melihat berbagai medan [konflik] termasuk Rusia, China, Iran, dan Korea Utara.”
Di tempat lain, Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billstrom bulan lalu menyatakan bahwa Stockholm harus realistis dan berasumsi—dan bersiap menghadapi—konfrontasi berkepanjangan dengan Moskow.
Menteri Pertahanan Swedia Pal Jonson juga menyampaikan sentimen serupa, dengan mengatakan: “Perang juga bisa menimpa kita.”
Mengomentari klaim bahwa Rusia mungkin merencanakan serangan terhadap NATO, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada bulan Januari bahwa para pejabat Eropa “menciptakan musuh eksternal” untuk mengalihkan perhatian dari masalah dalam negeri.
Keesokan harinya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyatakan di markas besar PBB di New York: “Tidak ada yang menginginkan perang besar, terutama Moskow."
Presiden Vladimir Putin juga telah berulang kali menolak spekulasi tersebut dan menyebutnya sebagai “omong kosong”, dan menegaskan bahwa Moskow tidak memiliki kepentingan geopolitik, ekonomi atau militer dalam memulai konflik dengan NATO.
Dia menyerukan perubahan mentalitas dalam masyarakat Jerman, dan menegaskan bahwa negara tersebut perlu membangun pencegahan yang kredibel.
Dalam sebuah wawancara dengan Welt am Sonntag yang diterbitkan pada hari Minggu (11/2/2024), Jenderal Breuer memperingatkan bahwa Jerman tidak memiliki “waktu tanpa akhir” untuk mampu berperang.
Dia mengeklaim bahwa kemungkinan konfrontasi militer dengan Moskow berada pada titik tertinggi sejak akhir Perang Dingin.
“Jika saya mengikuti para analis dan melihat potensi ancaman militer apa yang datang dari Rusia, maka itu berarti waktu persiapan bagi kita selama lima hingga delapan tahun,” katanya.
Breuer, yang menjabat sebagai inspektur jenderal Bundeswehr, menyatakan; "Ini tidak berarti akan terjadi perang. Tapi itu mungkin.”
Jenderal tersebut juga tidak menutup kemungkinan diberlakukannya kembali beberapa bentuk wajib militer di Jerman.
Breuer mencatat bahwa masalah ini masih dibahas, namun dia mengutip “model Swedia", yang mewajibkan pelatihan militer bagi sebagian besar warga negara, yang kemudian menjadi tentara cadangan.
Komentar Jenderal Breuer muncul setelah Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius menyatakan pada bulan November bahwa negaranya harus “mampu berperang".
Pistorius menegaskan lagi pada bulan Januari bahwa Berlin dan seluruh anggota NATO harus mempersenjatai diri secara lebih aktif. "Agar dapat melancarkan perang yang dipaksakan kepada kita," katanya.
Namun, Menteri Pertahanan Jerman tersebut bulan lalu mengatakan: “Saat ini, saya tidak melihat adanya bahaya serangan Rusia terhadap wilayah NATO atau negara mitra NATO mana pun.”
Juga berbicara pada bulan Januari, Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps mengeklaim: “Dalam waktu lima tahun, kita mungkin akan melihat berbagai medan [konflik] termasuk Rusia, China, Iran, dan Korea Utara.”
Di tempat lain, Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billstrom bulan lalu menyatakan bahwa Stockholm harus realistis dan berasumsi—dan bersiap menghadapi—konfrontasi berkepanjangan dengan Moskow.
Menteri Pertahanan Swedia Pal Jonson juga menyampaikan sentimen serupa, dengan mengatakan: “Perang juga bisa menimpa kita.”
Mengomentari klaim bahwa Rusia mungkin merencanakan serangan terhadap NATO, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada bulan Januari bahwa para pejabat Eropa “menciptakan musuh eksternal” untuk mengalihkan perhatian dari masalah dalam negeri.
Keesokan harinya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyatakan di markas besar PBB di New York: “Tidak ada yang menginginkan perang besar, terutama Moskow."
Presiden Vladimir Putin juga telah berulang kali menolak spekulasi tersebut dan menyebutnya sebagai “omong kosong”, dan menegaskan bahwa Moskow tidak memiliki kepentingan geopolitik, ekonomi atau militer dalam memulai konflik dengan NATO.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda