Kabur dari Perang, 103 Pasukan Myanmar Lari ke Bangladesh

Selasa, 06 Februari 2024 - 09:23 WIB
Menteri Hukum Bangladesh, Anisul Huq, mengatakan kepada Parlemen bahwa Perdana Menteri Sheikh Hasina telah menginstruksikan penjaga perbatasan militer dan paramiliter untuk bersabar dalam menangani ketegangan di perbatasan.

“Bangladesh mengamati situasi ini dengan cermat dan langkah-langkah akan diambil,” katanya, seperti dikutip kantor berita United News of Bangladesh, Selasa (6/2/2024).

Menteri Luar Negeri Bangladesh Hasan Mahmud mengatakan pada hari Senin bahwa Duta Besar Myanmar untuk Bangladesh, U Aung Kyaw Moe, dan Wakil Menteri Luar Negeri U Lwin Oo, mengatakan kepada Kementerian Luar Negeri Bangladesh bahwa mereka akan mengambil kembali pasukan mereka yang melarikan diri ke Bangladesh.

Kementerian juga mengirimkan “note verbale” kepada utusan Myanmar di Dhaka, yang memprotes peluru dan mortir dari Myanmar yang mendarat di Bangladesh.

Tentara Arakan adalah sayap militer etnis minoritas Rakhine yang mencari otonomi dari pemerintah pusat Myanmar. Kelompok ini telah menyerang pos-pos militer di negara bagian barat tersebut sejak November.

Mereka adalah bagian dari aliansi tentara etnis minoritas yang melancarkan serangan pada bulan Oktober dan memperoleh wilayah strategis di timur laut Myanmar yang berbatasan dengan China.

Keberhasilannya dipandang sebagai kekalahan besar bagi pemerintahan militer, yang merebut kekuasaan dari pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada Februari 2021 dan kini terlibat dalam perang saudara yang luas.

Aliansi tersebut, yang disebut Aliansi Tiga Persaudaraan, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin bahwa Tentara Arakan telah menyerang dua pos perbatasan di Maungdaw di negara bagian Rakhine dan merebut salah satu dari keduanya pada hari Minggu.

Khaing Thukha, juru bicara Tentara Arakan, mengatakan bahwa pertempuran berlanjut pada hari Senin di pos terdepan kedua.

Bangladesh berbatasan dengan Myanmar sepanjang 271 kilometer (168 mil) dan menampung lebih dari 1 juta pengungsi Muslim Rohingya, banyak di antara mereka yang melarikan diri dari Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Buddha sejak Agustus 2017 ketika militer Myanmar melancarkan “operasi pembersihan” secara brutal sebagai respons atas serangan yang dilakukan oleh kelompok pemberontak.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More