Vladimir Putin: Senjata Modern Rusia Lebih Unggul daripada NATO

Sabtu, 03 Februari 2024 - 10:37 WIB
Presiden Vladimir Putin sebut senjata modern Rusia lebih unggul dan lebih efektif daripada senjata NATO. Foto/REUTERS
MOSKOW - Presiden Vladimir Putin mengatakan senjata modern Rusia lebih unggul dan efektif dibandingkan senjata yang digunakan oleh negara-negara NATO.

Negara-negara aliansi itu selama ini telah memberikan bantuan militer besar-besaran kepada Ukraina untuk perang melawan Rusia.

Berbicara di forum "Semuanya untuk Kemenangan" di kota Tula di luar Moskow, Putin memuji peran industri pertahanan negaranya dalam konflik dengan Ukraina dan dalam perekonomian nasional. Sebab, industri tersebut menyediakan lapangan kerja bagi jutaan orang.



Orang nomor satu Rusia itu mengakui bahwa meskipun beberapa peralatan militer Rusia yang dirancang dan diproduksi pada masa senja era Soviet seringkali—namun tidak selalu—lebih rendah dalam beberapa hal dibandingkan perangkat keras NATO, hal ini tidak berlaku pada persenjataan modern Rusia.



"Jelas bahwa [senjata-senjata ini] lebih unggul. Maksud saya baik rudal, kendaraan lapis baja, segala sesuatu yang digunakan di medan perang," kata Putin, seperti dikutip dari RT, Sabtu (3/2/2024).

Dia menambahkan bahwa agar tentara berhasil, mereka harus mampu bereaksi dengan cepat terhadap perkembangan di medan perang, menekan aset artileri dan pengintaian musuh.

Menurutnya, militer juga harus memiliki aset sendiri yang akan lebih efektif. “Siapa pun yang melakukannya lebih cepat, dialah pemenangnya,” ujarnya.

Bulan lalu, Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengatakan bahwa produksi perangkat keras dan material militer telah ditingkatkan secara signifikan. Pembuatan peluru artileri, lanjut dia, telah ditingkatkan beberapa kali lipat.

Sementara itu, pada hari Jumat Shoigu memperkirakan kerugian Ukraina pada bulan Januari sebesar 23.000 anggota militer.

Pada bulan Desember, dia mengatakan bahwa korban jiwa di Ukraina sejak dimulainya konflik dengan Rusia pada Februari 2022 telah mencapai 383.000 jiwa.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mas)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More