AS Kerahkan 3 Kapal Induk ke Asia, Hadapi China dan Korut

Kamis, 01 Februari 2024 - 11:28 WIB
Pada bulan November, Angkatan Laut AS juga menyampaikan undangan ke beberapa media untuk mengamati latihan kapal induk di Laut Filipina, yang menunjukkan bahwa mereka mencari lebih banyak perhatian publik mengenai operasinya di Indo-Pasifik.

Meskipun rencana untuk mengerahkan kapal induk diyakini telah diselesaikan beberapa bulan yang lalu, serangkaian demonstrasi telah menjadi pengingat bahwa perhatian militer tidak akan teralihkan dari Indo-Pasifik, pada saat perang regional dapat pecah di Timur Tengah.

“Ini adalah pesan pencegahan,” kata Jeffrey Hornung, ilmuwan politik senior di Rand Cooperation.

“Pesan ini akan terus berlanjut terlepas dari kondisi di belahan dunia lain karena China adalah ancaman yang terus meningkat,” katanya.

“Mengingat perang di Eropa dan prospek konflik yang lebih luas di Timur Tengah, Angkatan Laut tahu ini adalah saat yang kritis untuk meningkatkan pencegahan dan meyakinkan sekutu bahwa Amerika Serikat siap bertindak jika kepentingannya terancam,” kata Patrick Cronin, ketua keamanan Asia-Pasifik di Hudson Institute.

Di Timur Tengah, USS Dwight Eisenhower adalah satu-satunya kapal induk AS yang menangani meningkatnya ketegangan regional.

USS Gerald Ford, yang dikirim ke Mediterania timur agar berada dalam jarak serangan dari Israel, meninggalkan wilayah tersebut pada bulan Januari dan digantikan oleh kapal serbu USS Bataan.

Meskipun kapal induk hanyalah sebagian dari keseluruhan kemampuan militer AS, pengaturan saat ini berbeda dengan pengaturan pada tahun 2021 ketika AS menarik diri dari Afghanistan.

Kapal induk USS Ronald Reagan membantu operasi melalui Laut Arab, dalam relokasi yang jarang terjadi dari Indo-Pasifik ke Timur Tengah.

Meskipun pemerintahan Presiden AS Joe Biden menjadikan China sebagai prioritas utama dalam strategi keamanan nasionalnya, langkah ini menciptakan kekosongan kapal induk di Indo-Pasifik selama berbulan-bulan.

Rob Wittman, politisi Partai Republik dari Virginia dan wakil ketua Komite Angkatan Bersenjata Parlemen, mengatakan kepada Nikkei Asia bahwa “China sangat oportunistik dan mereka sedang mempertimbangkan upaya apa yang kami lakukan di Indo-Pasifik.”

“Kami tahu bahwa kehadiran di sana adalah sebuah pencegahan, dan kemampuan adalah sebuah pencegahan, dan kami tidak ingin kehilangan fokus pada hal tersebut, karena menghalangi godaan China untuk mengambil alih Taiwan dengan kekerasan adalah sesuatu yang perlu kita ingat setiap hari," kata Wittman,

Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan mengatakan pada Jumat pekan lalu bahwa pihaknya telah mendeteksi 33 pesawat militer China di sekitar Taiwan selama 24 jam terakhir, sebagai tanda meningkatnya tekanan menyusul kunjungan delegasi kongres bipartisan AS ke pulau tersebut.

China telah berjanji untuk reunifikasi dengan pulau yang mempunyai pemerintahan sendiri itu dan tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk mencapai tujuanntya. Beijing menyebut sikap skeptis China terhadap presiden baru Taian Lai Ching-te dan Partai Demokrat Progresif yang berkuasa, merupakan ancaman terhadap perdamaian.

Korea Utara juga menjadi perhatian AS karena Pyongyang terus menguji tembak rudal dan memperdalam hubungan pertahanan dengan Rusia.

“Kami tahu bahwa Korea Utara terus mengejar kemampuan-kemampuan canggih, termasuk kemampuan rudal balistik, yang mereka ingin dapat mencapai hasil jangka panjang,” kata John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More