Siapa Pun Pemenang Pemilu, Pasukan AS Tetap Ditarik dari Timur Tengah
Rabu, 12 Agustus 2020 - 12:30 WIB
DAMASKUS - Penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dari Timur Tengah akan dilakukan tidak peduli siapa pun pemenang pemilu presiden AS mendatang. Pendapat itu diungkapkan Qadri Jamil, pemimpin Front Populer untuk Perubahan dan Pembebasan, koalisi oposisi Suriah.
"Tidak masalah siapa yang menang pemilu presiden mendatang di Amerika, Joe Biden atau Presiden Donald Trump, tak akan ada perubahan pada kebijakan luar negeri Amerika. Mereka mendorong kebijakan sama, tapi dalam bentuk berbeda secara rinci. Satu-satunya perbedaan ialah tentang kecepatan penarikan pasukan dari kawasan. Jika Biden menang, penarikan akan lebih lambat, tapi akan dilakukan juga," kata Jamil saat konferensi pers virtual, dilansir Sputnik News.
Dia juga berpendapat Washington akan tetap menjaga kehadirannya sesuai kebutuhan atau mengerahkan kembali pasukan ke penjuru dunia karena faktanya situasi di dunia secara umum telah berubah.
AS menempatkan pasukan di Suriah sejak 2014, tak peduli apakah kehadirannya dipertanyakan oleh pemerintah Suriah atau disetujui Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). (Baca Juga: China Berhasil Tes Rudal Jenis Baru dengan Helikopter Z-10A)
Sejak Trump berkuasa pada 2016, dia beberapa kali mengumumkan penarikan pasukan tapi tidak pernah terjadi penarikan pasukan sepenuhnya. (Lihat Infografis: Komparasi Cloud Shadow dan RQ-4 Global Hawk, Drone Jet HALE Type)
Pada Oktober, setelah pasukan AS membunuh Pemimpin ISIS Abu Bakr Baghdadi, Trump mendeklarasikan perang melawan teroris telah berakhir tapi sekitar 2.000 pasukan akan tetap di Suriah untuk melindungi infrastruktur minyak penting. (Lihat Video: Gumpalan Awan Berbentuk Gelombang Tsunami Hebohkan Warga Aceh)
"Tidak masalah siapa yang menang pemilu presiden mendatang di Amerika, Joe Biden atau Presiden Donald Trump, tak akan ada perubahan pada kebijakan luar negeri Amerika. Mereka mendorong kebijakan sama, tapi dalam bentuk berbeda secara rinci. Satu-satunya perbedaan ialah tentang kecepatan penarikan pasukan dari kawasan. Jika Biden menang, penarikan akan lebih lambat, tapi akan dilakukan juga," kata Jamil saat konferensi pers virtual, dilansir Sputnik News.
Dia juga berpendapat Washington akan tetap menjaga kehadirannya sesuai kebutuhan atau mengerahkan kembali pasukan ke penjuru dunia karena faktanya situasi di dunia secara umum telah berubah.
AS menempatkan pasukan di Suriah sejak 2014, tak peduli apakah kehadirannya dipertanyakan oleh pemerintah Suriah atau disetujui Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). (Baca Juga: China Berhasil Tes Rudal Jenis Baru dengan Helikopter Z-10A)
Sejak Trump berkuasa pada 2016, dia beberapa kali mengumumkan penarikan pasukan tapi tidak pernah terjadi penarikan pasukan sepenuhnya. (Lihat Infografis: Komparasi Cloud Shadow dan RQ-4 Global Hawk, Drone Jet HALE Type)
Pada Oktober, setelah pasukan AS membunuh Pemimpin ISIS Abu Bakr Baghdadi, Trump mendeklarasikan perang melawan teroris telah berakhir tapi sekitar 2.000 pasukan akan tetap di Suriah untuk melindungi infrastruktur minyak penting. (Lihat Video: Gumpalan Awan Berbentuk Gelombang Tsunami Hebohkan Warga Aceh)
(sya)
tulis komentar anda