AS Kembali Serang Houthi Yaman, Ketegangan di Laut Merah Makin Membara

Rabu, 17 Januari 2024 - 06:50 WIB
Dalam foto yang disediakan Kementerian Pertahanan Inggris pada Rabu, 10 Januari 2024, diambil dari kapal HMS Diamond, rudal Sea Viper ditembakkan di Laut Merah dengan sasaran Houthi. AS dan Inggris bersama menyerang Houthi. Foto/AP
SANAA - Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan baru terhadap Houthi pada Selasa (16/1/2024). Kelompok yang bersekutu dengan Iran itu pun mengaku bertanggung jawab atas serangan rudal terhadap kapal kargo di Laut Merah.

Serangan terbaru AS itu semakin meningkatkan ketegangan di jalur perairan strategis tersebut ke tingkat yang lebih tinggi.

AS mengatakan serangan itu menargetkan empat rudal balistik anti-kapal yang sedang dipersiapkan Houthi untuk diluncurkan ke kapal komersial di Laut Merah.



Dengan serangan tersebut, Amerika menunjukkan kesediaannya memperdalam aktivitas militernya di Yaman.

Pekan lalu, AS dan Inggris menyerang lebih dari 60 sasaran di Yaman, yang menurut mereka merupakan upaya mencegah Houthi melancarkan serangan maritim.

Kelompok Houthi mengatakan mereka menyerang kapal yang mereka anggap memiliki hubungan dengan Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza sejak perang di sana dimulai pada 7 Oktober.

Namun semakin banyak kapal yang terkena serangan tampaknya tidak ada hubungannya dengan Israel.

AS mengatakan serangan pekan lalu berhasil menargetkan sistem radar, sistem pertahanan udara, serta lokasi penyimpanan dan peluncuran kendaraan udara tak berawak (UAV), rudal jelajah, dan rudal balistik.

Namun para pejabat AS memperingatkan mereka hanya menghancurkan sekitar 20 hingga 30% kemampuan ofensif Houthi.

Sementara itu, kelompok Houthi tampaknya senang menganggap AS sebagai musuh dan tidak menunjukkan kesediaan menghentikan serangan maritim mereka.

Solidaritas dengan Palestina



Pada Selasa, Houthi mengaku bertanggung jawab atas serangan rudal terhadap Zografia, kapal kargo milik Yunani berbendera Malta.

Media Yunani memberitakan, kapal dan 24 awaknya berlayar dari Vietnam menuju Israel tanpa muatan.

Juru bicara Houthi, Yahya Sarea, mengatakan Zografia sedang melakukan perjalanan ke “Palestina yang diduduki” dan kelompok tersebut akan melanjutkan serangannya sebagai “solidaritas terhadap rakyat Palestina yang dirugikan.”

Perang di Gaza telah mendorong kelompok Houthi menjadi sorotan internasional. Mereka telah mengungguli “poros kelompok perlawanan” Iran lainnya, seperti Hizbullah di Lebanon atau milisi Irak, dengan menyerang jantung perdagangan global.

Houthi yang pernah menjadi milisi yang diremehkan, adalah pengikut Zaidisme, cabang dari Islam Syiah. Pada tahun 2014 mereka menyerbu dari pegunungan barat laut Yaman dan merebut ibu kota Yaman, Sanaa.

Arab Saudi dan koalisi negara-negara Arab melakukan intervensi dalam perang saudara Yaman melawan Houthi, dalam upaya memulihkan pemerintahan yang diakui secara internasional.

Koalisi pimpinan Saudi melancarkan ribuan serangan udara di Yaman yang mengakibatkan ratusan ribu kematian warga sipil dan krisis kemanusiaan yang besar, namun mereka gagal mengusir kelompok tersebut, yang kini menguasai sekitar 80% penduduk Yaman.

Meskipun Houthi melancarkan serangan drone dan rudal ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) selama bertahun-tahun, kampanye mereka melawan pelayaran internasional sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina telah menyemangati dunia Arab untuk mendukung mereka, memberikan mereka pengakuan dan dukungan yang belum pernah terjadi sebelumnya bahkan di antara para pengkritiknya.

Houthi Serang Produsen Mobil



Sekitar 12% perdagangan global melewati Laut Merah, termasuk 30% dari seluruh lalu lintas peti kemas global.

Selat Bab el-Mandab dan Terusan Suez di utara merupakan titik-titik penting bagi perdagangan antara Asia dan Barat.

Volvo Cars mengatakan pihaknya terpaksa menghentikan produksi di pabriknya di Belgia karena ketegangan di Laut Merah, sementara Tesla menghentikan produksi di Jerman.

Produsen ban Michelin juga telah memperingatkan tentang “penghentian” sementara di pabrik-pabriknya di Eropa.

Kapal-kapal yang menghindari Laut Merah dan melakukan perdagangan antara Timur dan Barat harus mengambil rute yang lebih memutar di sekitar Tanjung Harapan di Afrika, yang dapat menambah waktu perjalanan selama dua pekan.

Penambahan waktu perjalanan, yang berarti keuntungan besar bagi pemilik kapal, juga berisiko memicu inflasi dan menaikkan harga bagi konsumen.

Shell Hentikan Transit di Laut Merah



Meskipun kapal kargo telah dialihkan secara massal dari Laut Merah, kapal tanker yang membawa energi seperti Liquified Natural Gas (LNG) dan minyak tampaknya lebih menghindari risiko.

Sekitar 74% dari total lalu lintas minyak menuju selatan Laut Merah adalah Rusia, dengan sebagian besar menuju China; sementara sebagian besar LNG yang menuju utara di Laut Merah dikirim ke Eropa dari Qatar.

Mengingat hubungan hangat Doha dan Moskow dengan Teheran, para ahli mengatakan kepada MEE bahwa Houthi tidak mungkin menargetkan kapal-kapal tersebut dengan sengaja.

Namun ketika ketegangan meningkat, ada tanda-tanda bahwa aliran energi pun terkena dampaknya.

Pada Jumat, perusahaan keamanan maritim Inggris Ambrey mengatakan Houthi secara keliru menargetkan satu kapal tanker yang membawa minyak Rusia.

Dan setelah serangan pimpinan AS terhadap Houthi, Qatar juga menghentikan pengiriman LNG melalui Laut Merah, menurut data pelacakan kapal.

Perusahaan minyak asal Inggris, Shell, juga telah bergabung dengan BP dalam menangguhkan semua pengiriman melalui Laut Merah.

CEO Shell Wael Sawan mengatakan kepada Wall Street Journal di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, bahwa keputusan tersebut berarti kenaikan biaya pengiriman sebesar lima hingga 10%.

Harga minyak mentah Brent naik empat persen menjadi USD80,50 per barel setelah serangan yang dipimpin AS, namun sejak itu mengalami penurunan. Pada Selasa, Brent diperdagangkan dengan harga USD78,26.

Selain dampak ekonomi, meningkatnya ketegangan juga memicu kekhawatiran perang di Gaza dapat memicu konflik yang lebih luas di wilayah itu antara Washington dan Teheran.

Para pemimpin di kedua ibu kota tersebut telah dengan hati-hati mengkalibrasi tanggapan mereka terhadap perang di Gaza, namun para ahli mengatakan ada kemungkinan serangan balasan akan menjadi tidak terkendali.

AS mengatakan setidaknya telah terjadi 130 serangan oleh kelompok-kelompok yang terkait dengan Iran terhadap aset-aset AS di Irak dan Suriah sejak perang di Jalur Gaza meletus.

Pada Minggu, Houthi menembakkan rudal jelajah ke kapal perusak Angkatan Laut AS.

Menggarisbawahi risiko tersebut, pada Selasa AS mengumumkan mereka sedang mencari dua Navy SEAL yang hilang di laut selama operasi menyita komponen rudal buatan Iran dalam perjalanan ke Houthi.

(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More