Israel Bunuh Petinggi Hamas di Lebanon, Hizbullah Bersumpah Balas Dendam
Rabu, 03 Januari 2024 - 15:08 WIB
BEIRUT - Kelompok Hizbullah Lebanon telah bersumpah untuk balas dendam setelah Israel membunuh wakil pemimpin Hamas Saleh al-Arouri di Beirut.
“Kami menegaskan bahwa kejahatan ini tidak akan pernah berlalu tanpa tanggapan dan hukuman,” kata kelompok bersenjata Lebanon tersebut dalam sebuah pernyataan yang dilansir Middle East Eye, Rabu (3/1/2024).
“Kami menganggap kejahatan pembunuhan Saleh al-Arouri dan rekan-rekannya di jantung Dahiyeh Beirut merupakan agresi berbahaya terhadap Lebanon dan rakyatnya, keamanan, kedaulatan dan perlawanannya," lanjut pernyataan Hizbullah.
Hizbullah menambahkan bahwa pembunuhan terhadap Arouri, yang terjadi melalui serangan pesawat tak berawak yang juga menewaskan dua komandan Brigade al-Qassam, adalah serangan serius terhadap Lebanon. Kelompok tersebut menyatakan sudah siap untuk mengambil tindakan.
“Musuh kriminal—yang setelah sembilan puluh hari melakukan kejahatan, pembunuhan dan penghancuran tidak mampu menaklukkan Gaza—menggunakan kebijakan pembunuhan,” kata Hizbullah.
Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan bahwa militer negaranya berada pada tingkat kesiapan yang sangat tinggi di semua arena, dalam pertahanan dan penyerangan, ketika negara tersebut bersiap menghadapi pembalasan dari Hizbullah.
“Kami berada dalam tingkat kesiapan yang tinggi untuk menghadapi skenario apa pun,” kata Hagari, tanpa mengakui adanya serangan terhadap Arouri.
Beberapa jam setelah pembunuhan itu, Hizbullah mengatakan pihaknya menyerang sekelompok tentara Israel di dekat sekitar Marj dengan rudal—tembakan lintas batas pertama yang dilakukan kelompok tersebut sejak Arouri terbunuh.
Hizbullah mengatakan serangan itu terjadi di seberang kota Markaba di perbatasan Lebanon.
Axios melaporkan bahwa Israel sedang mempersiapkan penembakan rudal balistik jarak jauh oleh Hizbullah sebagai tanggapan atas pembunuhan tersebut.
Israel belum secara terbuka mengakui pembunuhan terhadap Arouri. Namun, dua pejabat Amerika Serikat mengatakan kepada Axios bahwa Israel berada di balik serangan tersebut.
Para pejabat menekankan bahwa Israel tidak memberi tahu pemerintahan Joe Biden sebelum serangan itu terjadi.
Seorang pejabat senior Israel mengatakan kepada situs berita tersebut bahwa pihaknya tidak memberikan pemberitahuan terlebih dahulu kepada Washington mengenai serangan tersebut, yang terjadi setelah AS mengumumkan akan menarik salah satu kelompok tempur kapal induknya dari wilayah tersebut.
Pembunuhan terhadap Arouri adalah tanda terbaru dari eskalasi konflik yang lebih luas di Gaza hingga ke luar perbatasannya.
Pada hari Minggu, militer AS membunuh 10 milisi Houthi, dalam sebuah insiden yang dikutuk oleh kelompok pemberontak Yaman tersebut.
Sementara itu, pembunuhan terhadap Arouri dapat memicu pembalasan yang lebih besar oleh Hizbullah terhadap Israel, sebuah tindakan yang sejauh ini dihindari oleh kelompok Lebanon karena terlibat dalam serangan lintas batas.
Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah, sebelumnya mengatakan bahwa setiap pembunuhan di tanah Lebanon terhadap warga Lebanon, Suriah, Iran atau Palestina akan ditanggapi dengan tindakan tegas.
“Kami menegaskan bahwa kejahatan ini tidak akan pernah berlalu tanpa tanggapan dan hukuman,” kata kelompok bersenjata Lebanon tersebut dalam sebuah pernyataan yang dilansir Middle East Eye, Rabu (3/1/2024).
“Kami menganggap kejahatan pembunuhan Saleh al-Arouri dan rekan-rekannya di jantung Dahiyeh Beirut merupakan agresi berbahaya terhadap Lebanon dan rakyatnya, keamanan, kedaulatan dan perlawanannya," lanjut pernyataan Hizbullah.
Hizbullah menambahkan bahwa pembunuhan terhadap Arouri, yang terjadi melalui serangan pesawat tak berawak yang juga menewaskan dua komandan Brigade al-Qassam, adalah serangan serius terhadap Lebanon. Kelompok tersebut menyatakan sudah siap untuk mengambil tindakan.
“Musuh kriminal—yang setelah sembilan puluh hari melakukan kejahatan, pembunuhan dan penghancuran tidak mampu menaklukkan Gaza—menggunakan kebijakan pembunuhan,” kata Hizbullah.
Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan bahwa militer negaranya berada pada tingkat kesiapan yang sangat tinggi di semua arena, dalam pertahanan dan penyerangan, ketika negara tersebut bersiap menghadapi pembalasan dari Hizbullah.
“Kami berada dalam tingkat kesiapan yang tinggi untuk menghadapi skenario apa pun,” kata Hagari, tanpa mengakui adanya serangan terhadap Arouri.
Beberapa jam setelah pembunuhan itu, Hizbullah mengatakan pihaknya menyerang sekelompok tentara Israel di dekat sekitar Marj dengan rudal—tembakan lintas batas pertama yang dilakukan kelompok tersebut sejak Arouri terbunuh.
Hizbullah mengatakan serangan itu terjadi di seberang kota Markaba di perbatasan Lebanon.
Axios melaporkan bahwa Israel sedang mempersiapkan penembakan rudal balistik jarak jauh oleh Hizbullah sebagai tanggapan atas pembunuhan tersebut.
Israel belum secara terbuka mengakui pembunuhan terhadap Arouri. Namun, dua pejabat Amerika Serikat mengatakan kepada Axios bahwa Israel berada di balik serangan tersebut.
Para pejabat menekankan bahwa Israel tidak memberi tahu pemerintahan Joe Biden sebelum serangan itu terjadi.
Seorang pejabat senior Israel mengatakan kepada situs berita tersebut bahwa pihaknya tidak memberikan pemberitahuan terlebih dahulu kepada Washington mengenai serangan tersebut, yang terjadi setelah AS mengumumkan akan menarik salah satu kelompok tempur kapal induknya dari wilayah tersebut.
Pembunuhan terhadap Arouri adalah tanda terbaru dari eskalasi konflik yang lebih luas di Gaza hingga ke luar perbatasannya.
Pada hari Minggu, militer AS membunuh 10 milisi Houthi, dalam sebuah insiden yang dikutuk oleh kelompok pemberontak Yaman tersebut.
Sementara itu, pembunuhan terhadap Arouri dapat memicu pembalasan yang lebih besar oleh Hizbullah terhadap Israel, sebuah tindakan yang sejauh ini dihindari oleh kelompok Lebanon karena terlibat dalam serangan lintas batas.
Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah, sebelumnya mengatakan bahwa setiap pembunuhan di tanah Lebanon terhadap warga Lebanon, Suriah, Iran atau Palestina akan ditanggapi dengan tindakan tegas.
(mas)
tulis komentar anda