Siapakah Mohammed al-Zouari, Insinyur Tunisia Pencipta Drone Tempur Hamas?
Selasa, 19 Desember 2023 - 21:02 WIB
TUNIS - Penyebutan Mohammed Zouari oleh pejabat Hamas setelah peluncuran Operasi Badai Al-Aqsa telah menambah intrik dalam ceritanya.
Mohammed al-Zouari dipuji karena memberikan sayap militer Hamas, Brigade Izzudin al-Qassam, pengetahuan teknologi untuk menciptakan drone penyerang pertama mereka yang layak tempur.
Namanya kini kembali mencuat setelah Perlawanan Palestina mengumumkan penggunaan drone bernama ‘Zouari’ sebagai bagian dari serangan mereka terhadap Israel.
Peran Mohammed al-Zouari dalam membantu sayap bersenjata Hamas, Brigade Al Qassam, tidak diketahui publik sampai pembunuhannya pada tahun 2016.
Meskipun tim bersenjata yang membunuh al-Zouari tidak pernah tertangkap, kematiannya secara luas dikaitkan dengan pekerjaan Mossad Israel yang dituduh membunuhnya di tanah Tunisia.
Setelah kematiannya, al-Zouari berubah menjadi tokoh ikonik di seluruh wilayah Palestina dan dunia Arab, namun kisahnya hanya sedikit diketahui di Barat.
Seorang warga Tunisia sejak lahir, Mohammed al-Zouari lahir pada tahun 1967 dan tumbuh dalam keluarga Muslim konservatif.
Dia menyelesaikan pendidikan agama dan formal, sebelum lulus dari 'Sekolah Insinyur Nasional' di kota Sfax.
Bekerja di sejumlah negara Arab, al-Zouari meraih status sebagai profesor universitas, menjadi direktur teknis di perusahaan teknik mesin, pilot untuk maskapai penerbangan Tunisia, dan bahkan menjadi kepala 'Klub Model Penerbangan Selatan' tempat dia berlatih tentang cara membuat drone dengan bahan terbatas.
Di masa mudanya, al-Zouari bergabung dengan Gerakan Ennahda, melalui perannya sebagai aktivis di 'Persatuan Umum Mahasiswa Tunisia,' yang mengakibatkan penganiayaan dari rezim Presiden Zaenal Abidine Ben Ali.
Mohammed al-Zouari dipenjara dan ketika dibebaskan, diduga tinggal di antara Sudan, Suriah dan Libya selama sekitar 20 tahun, sebelum kembali ke tanah airnya setelah revolusi Tunisia tahun 2011 yang menggulingkan Ben Ali.
Dalam wawancara yang dilakukan dengan janda al-Zouari, yang merupakan warga negara Suriah, dia mengungkapkan suaminya menggunakan nama ‘Murad’ dan tidak memberitahukan identitas aslinya sampai kira-kira satu setengah tahun setelah pernikahan mereka.
Di Suriah, sekitar tahun 2006, dia secara resmi bergabung dengan Brigade Al Qassam Hamas dan mulai mengerjakan proyek drone untuk mereka.
Pada tahun 2008, al-Zouari dan tim khusus yang bekerja bersamanya, berhasil memproduksi sekitar 30 drone.
Kemudian, antara tahun 2012 dan 2013, dia menghabiskan sekitar 9 bulan di Jalur Gaza, di mana dia berhasil memproduksi drone ‘Ababil’.
Drone ini digunakan selama perang tahun 2014 antara Israel dan Hamas, terbukti berhasil melakukan operasi dalam upaya mengusir pasukan penyerang Israel.
Sebelum pembunuhannya pada tahun 2016, ketika dia berada di Tunisia, al-Zouari juga mengerjakan proyek kapal selam tak berawak.
Hamas mengungkapkan 35 drone bunuh diri bertuliskan nama 'Zouari' digunakan Brigade Al Qassam pada 7 Oktober, membuka jalan bagi pejuang mereka untuk menembus posisi militer penting milik militer Israel.
Penyebutan Mohammed Zouari oleh pejabat Hamas setelah peluncuran Operasi Badai Al-Aqsa telah menambah intrik dalam kisahnya, yang bahkan mengejutkan banyak warga Palestina setelah pengumuman kemartirannya pada tahun 2016 oleh Brigade Al Qassam.
Identitasnya benar-benar disembunyikan sampai pembunuhannya dan berita kematian yang dirilis sayap militer Hamas.
Setelah meninggalnya al-Zouari, dia adalah warga negara asing pertama yang diketahui terlibat secara aktif di jajaran sayap bersenjata Hamas.
Mohammed al-Zouari dipuji karena memberikan sayap militer Hamas, Brigade Izzudin al-Qassam, pengetahuan teknologi untuk menciptakan drone penyerang pertama mereka yang layak tempur.
Namanya kini kembali mencuat setelah Perlawanan Palestina mengumumkan penggunaan drone bernama ‘Zouari’ sebagai bagian dari serangan mereka terhadap Israel.
Peran Mohammed al-Zouari dalam membantu sayap bersenjata Hamas, Brigade Al Qassam, tidak diketahui publik sampai pembunuhannya pada tahun 2016.
Meskipun tim bersenjata yang membunuh al-Zouari tidak pernah tertangkap, kematiannya secara luas dikaitkan dengan pekerjaan Mossad Israel yang dituduh membunuhnya di tanah Tunisia.
Setelah kematiannya, al-Zouari berubah menjadi tokoh ikonik di seluruh wilayah Palestina dan dunia Arab, namun kisahnya hanya sedikit diketahui di Barat.
Seorang warga Tunisia sejak lahir, Mohammed al-Zouari lahir pada tahun 1967 dan tumbuh dalam keluarga Muslim konservatif.
Dia menyelesaikan pendidikan agama dan formal, sebelum lulus dari 'Sekolah Insinyur Nasional' di kota Sfax.
Bekerja di sejumlah negara Arab, al-Zouari meraih status sebagai profesor universitas, menjadi direktur teknis di perusahaan teknik mesin, pilot untuk maskapai penerbangan Tunisia, dan bahkan menjadi kepala 'Klub Model Penerbangan Selatan' tempat dia berlatih tentang cara membuat drone dengan bahan terbatas.
Di masa mudanya, al-Zouari bergabung dengan Gerakan Ennahda, melalui perannya sebagai aktivis di 'Persatuan Umum Mahasiswa Tunisia,' yang mengakibatkan penganiayaan dari rezim Presiden Zaenal Abidine Ben Ali.
Merasakan Penjara
Mohammed al-Zouari dipenjara dan ketika dibebaskan, diduga tinggal di antara Sudan, Suriah dan Libya selama sekitar 20 tahun, sebelum kembali ke tanah airnya setelah revolusi Tunisia tahun 2011 yang menggulingkan Ben Ali.
Dalam wawancara yang dilakukan dengan janda al-Zouari, yang merupakan warga negara Suriah, dia mengungkapkan suaminya menggunakan nama ‘Murad’ dan tidak memberitahukan identitas aslinya sampai kira-kira satu setengah tahun setelah pernikahan mereka.
Di Suriah, sekitar tahun 2006, dia secara resmi bergabung dengan Brigade Al Qassam Hamas dan mulai mengerjakan proyek drone untuk mereka.
Brigade Al Qassam
Pada tahun 2008, al-Zouari dan tim khusus yang bekerja bersamanya, berhasil memproduksi sekitar 30 drone.
Kemudian, antara tahun 2012 dan 2013, dia menghabiskan sekitar 9 bulan di Jalur Gaza, di mana dia berhasil memproduksi drone ‘Ababil’.
Drone ini digunakan selama perang tahun 2014 antara Israel dan Hamas, terbukti berhasil melakukan operasi dalam upaya mengusir pasukan penyerang Israel.
Sebelum pembunuhannya pada tahun 2016, ketika dia berada di Tunisia, al-Zouari juga mengerjakan proyek kapal selam tak berawak.
Badai Al-Aqsa
Hamas mengungkapkan 35 drone bunuh diri bertuliskan nama 'Zouari' digunakan Brigade Al Qassam pada 7 Oktober, membuka jalan bagi pejuang mereka untuk menembus posisi militer penting milik militer Israel.
Penyebutan Mohammed Zouari oleh pejabat Hamas setelah peluncuran Operasi Badai Al-Aqsa telah menambah intrik dalam kisahnya, yang bahkan mengejutkan banyak warga Palestina setelah pengumuman kemartirannya pada tahun 2016 oleh Brigade Al Qassam.
Identitasnya benar-benar disembunyikan sampai pembunuhannya dan berita kematian yang dirilis sayap militer Hamas.
Setelah meninggalnya al-Zouari, dia adalah warga negara asing pertama yang diketahui terlibat secara aktif di jajaran sayap bersenjata Hamas.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda