Joe Biden: Rusia Akan Menyerang NATO
Kamis, 07 Desember 2023 - 19:19 WIB
WASHINGTON - Rusia dapat melancarkan serangan terhadap NATO yang dapat memicu konflik global yang melibatkan pasukan Amerika. Hal itu diungkapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden , sambil mendesak Kongres untuk meloloskan paket keamanan nasional senilai USD111 miliar.
RUU tersebut, yang didukung oleh Partai Demokrat, termasuk pendanaan untuk Ukraina, Israel dan Taiwan. Biden juga mengecam Partai Republik – yang menolak mendukung rancangan undang-undang tersebut karena perselisihan mengenai keamanan di perbatasan selatan AS – dengan mengklaim bahwa mereka “bersedia memberikan (Presiden Rusia Vladimir) Putin hadiah terbesar yang dapat ia harapkan.”
“Jika Putin mengambil alih Ukraina, dia tidak akan berhenti di situ,” ucap Biden.
“Jika Putin menyerang sekutu NATO…, kami telah berkomitmen sebagai anggota NATO bahwa kami akan mempertahankan setiap inci wilayah NATO,” katanya, menambahkan bahwa Washington ingin menghindari pertikaian semacam ini karena hal ini dapat mengakibatkan pasukan Amerika melawan pasukan Rusia seperti dikutip dari RT, Kamis (7/11/2023).
Namun, Partai Republik tetap tidak yakin dengan permohonan presiden. Mereka memblokir paket belanja di Senat AS, dengan hasil akhir 49 suara mendukung dan 51 menolak.
Tindakan pemberian bantuan tersebut ditentang oleh seluruh anggota parlemen dari Partai Republik, serta Senator independen Bernie Sanders, yang biasanya memberikan suaranya kepada Partai Demokrat, namun kali ini menyatakan kekhawatirannya mengenai strategi militer Israel dalam konflik dengan Hamas.
Pemimpin Mayoritas Senat Partai Demokrat Chuck Schumer juga memilih “tidak” agar memiliki kesempatan untuk memperkenalkan kembali paket tersebut nanti.
Duta Besar Moskow untuk Washington Anatoly Antonov, mengomentari pernyataan Biden tentang potensi bentrokan antara Rusia dan NATO.
“Cerita-cerita hantu seperti itu dibuat-buat untuk membenarkan pembayar pajak dan kekuatan politik yang berpikiran sadar atas biaya besar yang harus dikeluarkan untuk 'menahan' Federasi Rusia,” ujarnya.
"Spekulasi Washington mengenai potensi pertikaian menunjukkan bahwa pihak berwenang (AS) akhirnya kehilangan kontak dengan kenyataan,” tambahnya.
“Retorika provokatif semacam ini tidak dapat diterima oleh negara nuklir yang bertanggung jawab,” tukasnya.
RUU tersebut, yang didukung oleh Partai Demokrat, termasuk pendanaan untuk Ukraina, Israel dan Taiwan. Biden juga mengecam Partai Republik – yang menolak mendukung rancangan undang-undang tersebut karena perselisihan mengenai keamanan di perbatasan selatan AS – dengan mengklaim bahwa mereka “bersedia memberikan (Presiden Rusia Vladimir) Putin hadiah terbesar yang dapat ia harapkan.”
“Jika Putin mengambil alih Ukraina, dia tidak akan berhenti di situ,” ucap Biden.
“Jika Putin menyerang sekutu NATO…, kami telah berkomitmen sebagai anggota NATO bahwa kami akan mempertahankan setiap inci wilayah NATO,” katanya, menambahkan bahwa Washington ingin menghindari pertikaian semacam ini karena hal ini dapat mengakibatkan pasukan Amerika melawan pasukan Rusia seperti dikutip dari RT, Kamis (7/11/2023).
Namun, Partai Republik tetap tidak yakin dengan permohonan presiden. Mereka memblokir paket belanja di Senat AS, dengan hasil akhir 49 suara mendukung dan 51 menolak.
Tindakan pemberian bantuan tersebut ditentang oleh seluruh anggota parlemen dari Partai Republik, serta Senator independen Bernie Sanders, yang biasanya memberikan suaranya kepada Partai Demokrat, namun kali ini menyatakan kekhawatirannya mengenai strategi militer Israel dalam konflik dengan Hamas.
Pemimpin Mayoritas Senat Partai Demokrat Chuck Schumer juga memilih “tidak” agar memiliki kesempatan untuk memperkenalkan kembali paket tersebut nanti.
Duta Besar Moskow untuk Washington Anatoly Antonov, mengomentari pernyataan Biden tentang potensi bentrokan antara Rusia dan NATO.
“Cerita-cerita hantu seperti itu dibuat-buat untuk membenarkan pembayar pajak dan kekuatan politik yang berpikiran sadar atas biaya besar yang harus dikeluarkan untuk 'menahan' Federasi Rusia,” ujarnya.
"Spekulasi Washington mengenai potensi pertikaian menunjukkan bahwa pihak berwenang (AS) akhirnya kehilangan kontak dengan kenyataan,” tambahnya.
“Retorika provokatif semacam ini tidak dapat diterima oleh negara nuklir yang bertanggung jawab,” tukasnya.
(ian)
tulis komentar anda