3 Perang yang Gagal Dimenangkan Israel, 2 di Antaranya Melawan Kelompok Pejuang
Rabu, 06 Desember 2023 - 14:30 WIB
BEIRUT - Ada sejumlah perang yang gagal dimenangkan Israel dalam riwayatnya. Beberapa di antaranya ketika melawan kelompok pejuang seperti Hizbullah Lebanon.
Sejak mendeklarasikan kemerdekaan pada 1948, Israel memang banyak terlibat perang. Terutama dari kelompok negara-negara Arab yang tidak terima dengan keberadaannya.
Sejarah mencatat bahwa Israel memang lebih sering menang ketika berperang dengan koalisi negara Arab. Namun, ternyata ada juga beberapa pertempuran yang gagal mereka menangkan.
Perang yang Gagal Dimenangkan Israel
Perang Lebanon II berlangsung antara Israel dengan kelompok pejuang Hizbullah. Waktunya sendiri sekitar 12 Juli-14 Agustus 2006.
Mengutip Middle East Monitor, perang ini terjadi ketika Israel berencana menghancurkan posisi Hizbullah di Lebanon bagian selatan serta Beirut. Negara Yahudi itu melancarkan serangan dari darat, laut, hingga udara.
Konflik dipicu penyergapan kendaraan militer Israel oleh Hizbullah yang tengah berpatroli di perbatasan dekat Lebanon. Waktu itu, ada tiga tentaranya yang tewas dan dua orang lainnya ditahan.
Hizbullah menawarkan kesepakatan pertukaran tahanan. Namun, Israel menanggapinya dengan penyerangan dari sektor darat hingga udara.
Human Rights Watch (HRW) mencatat setidaknya 1.109 warga Lebanon tewas menjadi korban. Sementara di pihak Israel, ada juga puluhan warga sipil yang turut terbunuh.
Perang berakhir setelah PBB mengeluarkan Resolusi Dewan Keamanan 1701. Setelahnya, gencatan senjata berlaku dan Israel pun mencabut blokade laut di Lebanon.
Awalnya, baik Hizbullah atau Israel saling mengklaim kemenangan. Namun, sebagian pengamat menyebut Israel kalah karena banyak mengalami kerugian dan melewatkan kesempatan.
Pada sisi Israel, Perang Lebanon II dianggap sebagai kegagalan militer. Alasannya karena tidak mampu melucuti senjata hingga menghancurkan kelompok Hizbullah di Lebanon.
Perang tersebut juga menjadi salah satu pendorong kejatuhan rezim Ehud Olmert di Israel. Di sisi lain, kekalahan tersebut menghidupkan kembali karier Benjamin Netanyahu untuk kembali berkuasa.
Pasca melakukan invasi ke Lebanon dan mengusir PLO, Israel membentuk Zona Keamanan dengan dalih untuk melindungi warga sipil. Faktanya, zona tersebut juga banyak merugikan dan membuat para warga kesulitan.
Setelahnya, terjadi sejumlah perlawanan bersenjata yang diinisiasi kelompok Islam seperti Hizbullah. Tak sendiri, Israel pun mengerahkan milisi yang menamakan dirinya sebagai Tentara Lebanon Selatan (SLA).
Mengutip Atlantic Council, konflik di zona keamanan semakin meningkat menjelang tahun 2000. Terlebih, setelah mengetahui Israel akan menarik pasukannya, Hizbullah semakin gencar menyerang.
Tak lama berselang, SLA runtuh. Sebagian menyerahkan diri kepada pemerintah Lebanon, sementara sisanya melarikan diri dalam ketakutan akan pembalasan dari Hizbullah yang menang.
Kendati tidak sepenuhnya kalah bertempur, mundurnya pasukan Israel dari Lebanon Ini dianggap sebagai kemenangan bagi Hizbullah. Momen ini juga menjadi titik balik popularitas kelompok tersebut Lebanon dan di seluruh dunia Arab.
Perang Atrisi melibatkan pertempuran antara Israel dengan koalisi negara Arab yang dipimpin Mesir. Konflik ini berlangsung antara 1969 hingga 1970.
Mengutip Britannica, konflik tersebut ditujukan Mesir untuk melemahkan Israel. Selain itu, mereka juga memiliki ambisi untuk merebut kembali Semenanjung Sinau yang direbut pasca Six Day War 1967.
Tak bertarung bersama koalisi negara Arab saja, Mesir juga mendapat bantuan dari Uni Soviet. Menanggapi kondisi tersebut, Amerika Serikat ikut campur dan mengajukan proposal gencatan senjata.
Perang Atrisi memang banyak merugikan masing-masing pihak. Selain itu, negara pemenangnya juga tidak jelas.
Para pengamat memiliki pandangan masing-masing terkait pemenangnya. Dari sisi Mesir, mereka dianggap mengalahkan Israel karena berhasil memberikan kerugian besar serta tingginya korban pada pihak IDF.
Itulah sejumlah perang yang gagal dimenangkan oleh Israel. Terbaru, negara Zionis tersebut juga mulai dianggap kalah atau gagal menang dalam perangnya melawan Hamas di Gaza.
Sejak mendeklarasikan kemerdekaan pada 1948, Israel memang banyak terlibat perang. Terutama dari kelompok negara-negara Arab yang tidak terima dengan keberadaannya.
Sejarah mencatat bahwa Israel memang lebih sering menang ketika berperang dengan koalisi negara Arab. Namun, ternyata ada juga beberapa pertempuran yang gagal mereka menangkan.
Perang yang Gagal Dimenangkan Israel
1. Perang Lebanon II
Perang Lebanon II berlangsung antara Israel dengan kelompok pejuang Hizbullah. Waktunya sendiri sekitar 12 Juli-14 Agustus 2006.
Mengutip Middle East Monitor, perang ini terjadi ketika Israel berencana menghancurkan posisi Hizbullah di Lebanon bagian selatan serta Beirut. Negara Yahudi itu melancarkan serangan dari darat, laut, hingga udara.
Konflik dipicu penyergapan kendaraan militer Israel oleh Hizbullah yang tengah berpatroli di perbatasan dekat Lebanon. Waktu itu, ada tiga tentaranya yang tewas dan dua orang lainnya ditahan.
Hizbullah menawarkan kesepakatan pertukaran tahanan. Namun, Israel menanggapinya dengan penyerangan dari sektor darat hingga udara.
Human Rights Watch (HRW) mencatat setidaknya 1.109 warga Lebanon tewas menjadi korban. Sementara di pihak Israel, ada juga puluhan warga sipil yang turut terbunuh.
Perang berakhir setelah PBB mengeluarkan Resolusi Dewan Keamanan 1701. Setelahnya, gencatan senjata berlaku dan Israel pun mencabut blokade laut di Lebanon.
Awalnya, baik Hizbullah atau Israel saling mengklaim kemenangan. Namun, sebagian pengamat menyebut Israel kalah karena banyak mengalami kerugian dan melewatkan kesempatan.
Pada sisi Israel, Perang Lebanon II dianggap sebagai kegagalan militer. Alasannya karena tidak mampu melucuti senjata hingga menghancurkan kelompok Hizbullah di Lebanon.
Perang tersebut juga menjadi salah satu pendorong kejatuhan rezim Ehud Olmert di Israel. Di sisi lain, kekalahan tersebut menghidupkan kembali karier Benjamin Netanyahu untuk kembali berkuasa.
2. Konflik Lebanon Selatan
Pasca melakukan invasi ke Lebanon dan mengusir PLO, Israel membentuk Zona Keamanan dengan dalih untuk melindungi warga sipil. Faktanya, zona tersebut juga banyak merugikan dan membuat para warga kesulitan.
Setelahnya, terjadi sejumlah perlawanan bersenjata yang diinisiasi kelompok Islam seperti Hizbullah. Tak sendiri, Israel pun mengerahkan milisi yang menamakan dirinya sebagai Tentara Lebanon Selatan (SLA).
Mengutip Atlantic Council, konflik di zona keamanan semakin meningkat menjelang tahun 2000. Terlebih, setelah mengetahui Israel akan menarik pasukannya, Hizbullah semakin gencar menyerang.
Tak lama berselang, SLA runtuh. Sebagian menyerahkan diri kepada pemerintah Lebanon, sementara sisanya melarikan diri dalam ketakutan akan pembalasan dari Hizbullah yang menang.
Kendati tidak sepenuhnya kalah bertempur, mundurnya pasukan Israel dari Lebanon Ini dianggap sebagai kemenangan bagi Hizbullah. Momen ini juga menjadi titik balik popularitas kelompok tersebut Lebanon dan di seluruh dunia Arab.
3. Perang Atrisi
Perang Atrisi melibatkan pertempuran antara Israel dengan koalisi negara Arab yang dipimpin Mesir. Konflik ini berlangsung antara 1969 hingga 1970.
Mengutip Britannica, konflik tersebut ditujukan Mesir untuk melemahkan Israel. Selain itu, mereka juga memiliki ambisi untuk merebut kembali Semenanjung Sinau yang direbut pasca Six Day War 1967.
Tak bertarung bersama koalisi negara Arab saja, Mesir juga mendapat bantuan dari Uni Soviet. Menanggapi kondisi tersebut, Amerika Serikat ikut campur dan mengajukan proposal gencatan senjata.
Perang Atrisi memang banyak merugikan masing-masing pihak. Selain itu, negara pemenangnya juga tidak jelas.
Para pengamat memiliki pandangan masing-masing terkait pemenangnya. Dari sisi Mesir, mereka dianggap mengalahkan Israel karena berhasil memberikan kerugian besar serta tingginya korban pada pihak IDF.
Itulah sejumlah perang yang gagal dimenangkan oleh Israel. Terbaru, negara Zionis tersebut juga mulai dianggap kalah atau gagal menang dalam perangnya melawan Hamas di Gaza.
(sya)
tulis komentar anda