Ahed Tamimi: Perempuan di Penjara Israel Dipukuli, Dibiarkan Tanpa Air atau Pakaian
Jum'at, 01 Desember 2023 - 07:15 WIB
TEPI BARAT - Ikon perlawanan Palestina Ahed Tamimi telah dibebaskan dari penjara sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan gelombang keenam antara Israel dan Hamas.
Berbicara kepada pers pada Kamis (30/11/2023), dia mengatakan ada sepuluh wanita yang dipenjara dari Jalur Gaza ditahan dalam kondisi yang buruk oleh Israel.
Aktivis berusia 23 tahun ini mengatakan, “Kegembiraan (kebebasan) sangat berkurang karena pembantaian yang dilakukan di Jalur Gaza.”
“Kami meninggalkan sekitar 30 wanita yang dipenjara, termasuk sepuluh orang dari Jalur Gaza, yang ditangkap dalam operasi darat Israel baru-baru ini (yang dimulai pada 27 Oktober) dan situasi mereka sangat buruk,” ujar dia.
Tamimi melanjutkan dengan menjelaskan, “Situasi di penjara sangat sulit, dengan adanya kekerasan yang dilakukan setiap hari terhadap tahanan perempuan. Mereka dibiarkan tanpa air atau pakaian, tidur di lantai dan dipukuli.”
“Pihak berwenang Israel mengancam saya akan (menargetkan) ayah saya jika saya berbicara tentang apa pun yang terjadi di penjara. Terlepas dari segalanya, kami lebih kuat dari penjajahan. Kami akan terus (melawan) sampai kebebasan,” tegas dia.
Pada bulan Oktober, pasukan Israel menahan ayah aktivis tersebut dari rumahnya di kota Nabi Saleh, sebelah barat kota Ramallah, di Tepi Barat yang dijajah rezim kolonial rasis. Ayah Tamimi masih di penjara.
Pada tanggal 6 November, pasukan kolonial rasis Israel menahan Ahed Tamimi setelah menggeledah rumahnya dan menyita telepon seluler keluarganya.
Berbicara kepada pers pada Kamis (30/11/2023), dia mengatakan ada sepuluh wanita yang dipenjara dari Jalur Gaza ditahan dalam kondisi yang buruk oleh Israel.
Aktivis berusia 23 tahun ini mengatakan, “Kegembiraan (kebebasan) sangat berkurang karena pembantaian yang dilakukan di Jalur Gaza.”
“Kami meninggalkan sekitar 30 wanita yang dipenjara, termasuk sepuluh orang dari Jalur Gaza, yang ditangkap dalam operasi darat Israel baru-baru ini (yang dimulai pada 27 Oktober) dan situasi mereka sangat buruk,” ujar dia.
Tamimi melanjutkan dengan menjelaskan, “Situasi di penjara sangat sulit, dengan adanya kekerasan yang dilakukan setiap hari terhadap tahanan perempuan. Mereka dibiarkan tanpa air atau pakaian, tidur di lantai dan dipukuli.”
“Pihak berwenang Israel mengancam saya akan (menargetkan) ayah saya jika saya berbicara tentang apa pun yang terjadi di penjara. Terlepas dari segalanya, kami lebih kuat dari penjajahan. Kami akan terus (melawan) sampai kebebasan,” tegas dia.
Pada bulan Oktober, pasukan Israel menahan ayah aktivis tersebut dari rumahnya di kota Nabi Saleh, sebelah barat kota Ramallah, di Tepi Barat yang dijajah rezim kolonial rasis. Ayah Tamimi masih di penjara.
Pada tanggal 6 November, pasukan kolonial rasis Israel menahan Ahed Tamimi setelah menggeledah rumahnya dan menyita telepon seluler keluarganya.
(sya)
tulis komentar anda