Deretan Petinggi Hamas yang Tinggal di Qatar
Kamis, 30 November 2023 - 04:35 WIB
GAZA - Banyak petinggi Hamas yang hidup di pengasingan. Mereka menjalankan misi diplomasi untuk mendapatkan dukungan bagi perjuangan. Qatar merupakan tujuan pengasingan mereka karena mendapatkan jaminan keamanan dari Doha.
Foto/Reuters
Ismail Haniyeh secara luas dianggap sebagai pemimpin Hamas secara keseluruhan.
Sebagai anggota terkemuka gerakan tersebut pada akhir tahun 1980an, Israel memenjarakan Haniyeh selama tiga tahun pada tahun 1989 ketika mereka menindak pemberontakan Palestina yang pertama.
Dia kemudian diasingkan pada tahun 1992 ke tanah tak bertuan antara Israel dan Lebanon, bersama sejumlah pemimpin Hamas.
Setelah setahun di pengasingan, dia kembali ke Gaza. Pada tahun 1997 ia diangkat menjadi kepala kantor pemimpin spiritual Hamas, sehingga memperkuat posisinya.
Haniyeh ditunjuk sebagai perdana menteri Palestina pada tahun 2006 oleh Presiden Mahmoud Abbas setelah Hamas memenangkan kursi terbanyak dalam pemilu nasional, namun diberhentikan setahun kemudian setelah kelompok tersebut menggulingkan partai Fatah pimpinan Abbas dari Jalur Gaza dalam seminggu kekerasan yang mematikan.
Haniyeh menolak pemecatannya karena dianggap "inkonstitusional", dan menekankan bahwa pemerintahannya "tidak akan mengabaikan tanggung jawab nasionalnya terhadap rakyat Palestina", dan terus memerintah di Gaza.
Berikut adalah dereta petinggi Hamas yang tinggal di Qatar.
1. Ismail Haniyah
Foto/Reuters
Ismail Haniyeh secara luas dianggap sebagai pemimpin Hamas secara keseluruhan.
Sebagai anggota terkemuka gerakan tersebut pada akhir tahun 1980an, Israel memenjarakan Haniyeh selama tiga tahun pada tahun 1989 ketika mereka menindak pemberontakan Palestina yang pertama.
Dia kemudian diasingkan pada tahun 1992 ke tanah tak bertuan antara Israel dan Lebanon, bersama sejumlah pemimpin Hamas.
Setelah setahun di pengasingan, dia kembali ke Gaza. Pada tahun 1997 ia diangkat menjadi kepala kantor pemimpin spiritual Hamas, sehingga memperkuat posisinya.
Haniyeh ditunjuk sebagai perdana menteri Palestina pada tahun 2006 oleh Presiden Mahmoud Abbas setelah Hamas memenangkan kursi terbanyak dalam pemilu nasional, namun diberhentikan setahun kemudian setelah kelompok tersebut menggulingkan partai Fatah pimpinan Abbas dari Jalur Gaza dalam seminggu kekerasan yang mematikan.
Haniyeh menolak pemecatannya karena dianggap "inkonstitusional", dan menekankan bahwa pemerintahannya "tidak akan mengabaikan tanggung jawab nasionalnya terhadap rakyat Palestina", dan terus memerintah di Gaza.
tulis komentar anda