Meski Berseteru, Pejabat Fatah Puji Serangan Hamas ke Israel: Perang Epik dan Heroik!
Selasa, 28 November 2023 - 11:42 WIB
RAMALLAH - Seorang pejabat faksi Fatah memuji serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu terlepas dari perseteruan bertahun-tahun kedua faksi terbesar Palestina tersebut.
Jabril Rajoub, Sekretaris Komite Sentral Fatah, menyampaikan pujian atas serangan Hamas dalam konferensi pers di Kuwait baru-baru ini.
Rajoub menggambarkan serangan Hamas—yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa—sebagai “gempa bumi, peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya".
Menurut pemerintah Israel, serangan Hamas pada 7 Oktober menewaskan sekitar 1.200 orang dan 240 lainnya disandera.
"Itu merupakan bagian dari perang defensif yang penuh dengan epik dan heroik yang telah diperjuangkan rakyat Palestina selama 75 tahun,” puji Rajoub, sebagaimana dikutip dari TheJerusalem Post, Selasa (28/11/2023).
Menurutnya, aksi Hamas telah menggagalkan rencana “Kelompok Kanan Israel” untuk mengintegrasikan negara Yahudi tersebut ke dalam Timur Tengah yang lebih luas tanpa masalah Palestina menjadi agenda utama.
Para analis berspekulasi bahwa Hamas merencanakan serangan tersebut untuk menyabotase perjanjian normalisasi dengan negara-negara Arab—yang dikenal sebagai Kesepakatan Abraham.
Seperti yang ditulis analis Neville Teller di The Jerusalem Post awal tahun ini, “Hamas percaya bahwa satu-satunya cara efektif untuk mencapai hasil yang diinginkan adalah melalui konflik dan teror yang terus-menerus."
Fatah, partai-nya Rajoub, yang memerintah Otoritas Palestina di bawah kepemimpinan Presiden Mahmoud Abbas, secara resmi mendukung solusi dua negara; Israel dan Palestina.
Fatah menjalankan pemerintah di Tepi Barat yang diduduki Israel, sedangkan Hamas memerintah Jalur Gaza.
Pejabat Fatah tersebut mengatakan bahwa untuk menjaga kemungkinan terwujudnya solusi dua negara, serta menjaga keamanan nasional negara-negara tersebut, Yordania dan Mesir menolak menerima pengungsi Palestina yang melarikan diri dari perang di Gaza.
Fatah dan Hamas secara konsisten terlibat konflik satu sama lain selama bertahun-tahun, termasuk konflik bersenjata di Gaza pada tahun 2006-2007, ketika Hamas—yang terpilih secara demokratis—menguasai Jalur Gaza dengan kekerasan.
"Meski begitu, saat ini tidak ada seorang pun yang dapat [menyangkal] bahwa kita adalah satu bangsa yang tinggal di satu tanah air dan proyek kita adalah satu,” kata Rajoub.
Dia menyebut proyek tersebut sebagai “negara merdeka dengan kedaulatan penuh sesuai dengan resolusi legitimasi internasional”.
Mengenai perbatasan utara Israel dengan Lebanon, yang sering terjadi baku tembak antara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan proksi Iran; Hizbullah, Rajoub mengatakan; "Sejak hari pertama, kelompok Kanan Israel telah berupaya memperluas perang."
Meski demikian, pemerintah Amerika Serikat sebagai sekutu utama Israel berusaha keras mencegah perang meluas.
Jabril Rajoub, Sekretaris Komite Sentral Fatah, menyampaikan pujian atas serangan Hamas dalam konferensi pers di Kuwait baru-baru ini.
Rajoub menggambarkan serangan Hamas—yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa—sebagai “gempa bumi, peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya".
Menurut pemerintah Israel, serangan Hamas pada 7 Oktober menewaskan sekitar 1.200 orang dan 240 lainnya disandera.
"Itu merupakan bagian dari perang defensif yang penuh dengan epik dan heroik yang telah diperjuangkan rakyat Palestina selama 75 tahun,” puji Rajoub, sebagaimana dikutip dari TheJerusalem Post, Selasa (28/11/2023).
Menurutnya, aksi Hamas telah menggagalkan rencana “Kelompok Kanan Israel” untuk mengintegrasikan negara Yahudi tersebut ke dalam Timur Tengah yang lebih luas tanpa masalah Palestina menjadi agenda utama.
Para analis berspekulasi bahwa Hamas merencanakan serangan tersebut untuk menyabotase perjanjian normalisasi dengan negara-negara Arab—yang dikenal sebagai Kesepakatan Abraham.
Seperti yang ditulis analis Neville Teller di The Jerusalem Post awal tahun ini, “Hamas percaya bahwa satu-satunya cara efektif untuk mencapai hasil yang diinginkan adalah melalui konflik dan teror yang terus-menerus."
Fatah, partai-nya Rajoub, yang memerintah Otoritas Palestina di bawah kepemimpinan Presiden Mahmoud Abbas, secara resmi mendukung solusi dua negara; Israel dan Palestina.
Fatah menjalankan pemerintah di Tepi Barat yang diduduki Israel, sedangkan Hamas memerintah Jalur Gaza.
Pejabat Fatah tersebut mengatakan bahwa untuk menjaga kemungkinan terwujudnya solusi dua negara, serta menjaga keamanan nasional negara-negara tersebut, Yordania dan Mesir menolak menerima pengungsi Palestina yang melarikan diri dari perang di Gaza.
Fatah dan Hamas secara konsisten terlibat konflik satu sama lain selama bertahun-tahun, termasuk konflik bersenjata di Gaza pada tahun 2006-2007, ketika Hamas—yang terpilih secara demokratis—menguasai Jalur Gaza dengan kekerasan.
"Meski begitu, saat ini tidak ada seorang pun yang dapat [menyangkal] bahwa kita adalah satu bangsa yang tinggal di satu tanah air dan proyek kita adalah satu,” kata Rajoub.
Dia menyebut proyek tersebut sebagai “negara merdeka dengan kedaulatan penuh sesuai dengan resolusi legitimasi internasional”.
Mengenai perbatasan utara Israel dengan Lebanon, yang sering terjadi baku tembak antara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan proksi Iran; Hizbullah, Rajoub mengatakan; "Sejak hari pertama, kelompok Kanan Israel telah berupaya memperluas perang."
Meski demikian, pemerintah Amerika Serikat sebagai sekutu utama Israel berusaha keras mencegah perang meluas.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda