Miko Peled Cucu Pendiri Negara Israel tapi Bela Palestina, Ini Alasannya

Senin, 27 November 2023 - 10:29 WIB
"Tidak masuk akal untuk mengutuk mereka yang muncul untuk melawan, orang-orang yang telah berada di bawah tekanan begitu lama. Hal ini sudah diduga. Jika kita ingin menghilangkan perlawanan, maka kita harus menghilangkan tekanan. Perlawanan selalu merupakan reaksi melawan penindasan. Respons Palestina terhadap kekerasan yang lebih besar telah menyebabkan apa yang terjadi selama lebih dari 75 tahun sebagian besar dilakukan tanpa kekerasan," terang Peled.

“Jika ada yang perlu dikutuk, itu adalah mengutuk rezim apartheid. Penting untuk mengutuk kekerasan, kebrutalan yang dihadapi warga Palestina setiap hari, ribuan warga Palestina ditangkap dan dibunuh di Tepi Barat saat kita berbicara, rasisme yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina. Kita perlu mengecam para dokter Israel yang menandatangani petisi menyetujui pengeboman rumah sakit di Gaza, para mahasiswa yang menuntut pengusiran warga Israel Palestina dari asrama universitas, dan masih banyak lagi," imbuh Peled.

"Namun mengutuk suatu negara yang berada di bawah penindasan karena melakukan perlawanan adalah puncak kemunafikan dan tidak ada artinya," sambung Peled, yang dilansir Senin (27/11/2023)."

Peled mengatakan tidak yakin bagaimana konflik saat ini akan terjadi, namun tetap menegaskan: "Tidak diragukan lagi, satu hal yang jelas, mereka tidak dapat mengalahkan Palestina. Entah Anda mengatakan Hamas atau yang lainnya. Tidak masalah Anda menyebutnya apa. Orang-orang Palestina, tidak peduli gerakan mana yang mereka ikuti, mereka tidak akan terkalahkan."

Dengan berpendapat bahwa dukungan apa pun dari komunitas internasional sangat penting bagi kebebasan Palestina, Peled mengatakan: "Israel mewakili segala sesuatu yang kita tahu buruk. Menyerukan dukungan untuk Israel berarti lebih banyak kematian, lebih banyak kehancuran, lebih banyak rasisme, dan lebih banyak nyawa tak berdosa yang terbuang. Hal ini adalah perang melawan perdamaian dan keadilan. Masyarakat sekarang harus membuat pilihan."
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(mas)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More