6 Jalan Sulit bagi Israel Mengalahkan Hamas sebagai Perang yang Mustahil

Minggu, 26 November 2023 - 22:22 WIB
"Meskipun tentara Israel dapat memetakan jaringan terowongan Hamas dengan amunisi yang berkeliaran berbasis drone LANIUS, teknologi pengawasan ini masih dapat gagal mendeteksi pembangunan pintu keluar terowongan Hamas di menit-menit terakhir. Karena jebakan yang tidak terduga dan risiko kehabisan oksigen, Israel hanya akan mengirimkan pasukannya untuk melawan Hamas di terowongan dalam keadaan ekstrim," jelas Ramani.

Asumsi tentara Israel terbongkar pada minggu pertama perang, ketika Hamas tetap teguh melawan serangan gencar Angkatan Udara Israel (IAF). Israel terpaksa mengerahkan pasukan darat dengan tujuan menghancurkan jaringan terowongan Hamas, namun gagal mencapai tujuan tersebut dan akhirnya menerima gencatan senjata terbuka.

Tentara Israel telah mengatasi beberapa masalah ini, karena mereka telah berinvestasi besar-besaran pada kendaraan lapis baja dan memperoleh lebih banyak pengalaman dalam membongkar infrastruktur terowongan Hamas. Namun kesulitan struktural dalam pertempuran perkotaan di Gaza menunjukkan adanya perang yang berkepanjangan.

3. Terjebak dengan Pesona dan Kharisma Netanyahu



Foto/Reuters

Komentar Netanyahu yang menggambarkan perang Gaza sebagai “perang kemerdekaan kedua” bagi Israel dan penolakannya untuk mengesampingkan perang yang berlangsung lebih dari satu tahun melawan Hamas menggarisbawahi kenyataan pahit ini.

Serangan tanggal 7 Oktober menghancurkan citra Netanyahu sebagai penjaga keamanan Israel yang efektif. Jajak pendapat Maariv pada tanggal 20 Oktober mengungkapkan bahwa 80% warga Israel dan 69% pendukung Partai Likud percaya bahwa Netanyahu harus mengambil tanggung jawab pribadi atas serangan Hamas.

Jajak pendapat juga menunjukkan bahwa Netanyahu menghadapi perjuangan berat untuk memenangkan pemilu kembali setelah perang Gaza berakhir. Jajak pendapat Maariv pada 15-16 November memberikan dukungan kepada aliansi Persatuan Nasional pimpinan Benny Gantz sebesar 42% dibandingkan dengan 17% untuk Partai Likud pimpinan Netanyahu.

"Selain jatuhnya popularitas, perang Gaza juga memberikan pukulan serius terhadap warisan kebijakan luar negeri Netanyahu. Pernyataan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman bahwa masyarakat internasional harus menghentikan penjualan senjata ke Israel menggarisbawahi semakin berkurangnya prospek perjanjian normalisasi Israel-Arab Saudi," kata Ramani.

Mobilisasi militer Yordania di perbatasan Israel menunjukkan bahwa terobosan diplomatik yang telah lama dilakukan pun berada dalam bahaya. Terlebih lagi, pesona Netanyahu yang telah bertahan selama satu dekade terhadap Rusia dan China telah terurai karena kedua negara tersebut secara tegas mengambil sikap pro-Palestina.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More