Pilot Militer Ukraina Membelot ke Rusia, Disebut sebagai Perwira Senior
Minggu, 19 November 2023 - 07:07 WIB
MOSKOW - Seorang pilot militer dari Angkatan Bersenjata Ukraina telah membelot ke Rusia.
Kantor berita TASS melaporkan pembelotan pilot Kyiv tersebut pada hari Sabtu (18/11/2023), mengutip seseorang yang diduga mengatur penerbangan sang pilot di garis depan.
Menurut saluran-saluran Telegram Rusia yang mengikuti perkembangan perang, pilot Ukraina yang dimaksud adalah seorang prajurit aktif yang memegang pangkat “perwira senior” di pasukan Kyiv.
“Pilot Angkatan Bersenjata Ukraina saat ini berada di Rusia dan sedang diwawancarai oleh Dinas Keamanan Federal,” kata seorang pilot helikopter serang militer Rusia yang diidentifikasi oleh TASS sebagai Aleksey Voevoda.
Orang-orang Rusia dilaporkan berada di balik operasi pembelotan pilot Ukraina tersebut.
Voevoda menolak untuk mengungkapkan rincian apa pun tentang operasi tersebut, dan menambahkan bahwa dia tidak dapat membagikannya sekarang.
Beberapa saluran Telegram Rusia mengeklaim bahwa wawancara dengan pilot Ukraina mungkin akan segera dipublikasikan. Identitas dan pangkatnya masih belum jelas. Menurut Voevoda, pilot Ukraina tersebut adalah seorang komandan penerbangan di Ukraina.
Pilot itu dilaporkan telah membantu pasukan Rusia sejak awal konflik antara Moskow dan Kyiv, menurut klaim Wakil Menteri Informasi Republik Rakyat Donetsk, Daniil Beznosov.
“Pilot Ukraina telah datang ke pihak kami sejak awal operasi militer khusus dan membantu kami dengan informasi dan cara lain,” tulis dia dalam postingan Telegram.
Perkembangan ini terjadi di tengah serangan balasan Ukraina yang sebagian besar terhenti. Operasi tersebut, yang diluncurkan oleh Kyiv pada awal Juni, gagal membawa perubahan berarti di garis depan.
Sebaliknya, hal ini juga menyebabkan kerugian besar baik personel maupun material di pihak Ukraina.
Pada akhir Oktober, Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengatakan bahwa pasukan Rusia telah “menjatuhkan 24 pesawat dalam lima hari”.
Awal bulan yang sama, Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan perkiraan bahwa Kyiv kehilangan lebih dari 90.000 tentara dalam serangan balasannya. Menurut Putin, militer Ukraina juga kehilangan 557 tank dan hampir 1.900 kendaraan lapis baja pada periode yang sama.
Pada awal November, Panglima Militer Ukraina Jenderal Valery Zaluzhny mengatakan kepada The Economist bahwa konflik antara kedua tetangga tersebut telah mencapai kebuntuan ala Perang Dunia I, di mana Rusia memiliki keunggulan karena cadangan personel yang lebih banyak dan sumber daya yang lebih besar.
Kantor berita TASS melaporkan pembelotan pilot Kyiv tersebut pada hari Sabtu (18/11/2023), mengutip seseorang yang diduga mengatur penerbangan sang pilot di garis depan.
Menurut saluran-saluran Telegram Rusia yang mengikuti perkembangan perang, pilot Ukraina yang dimaksud adalah seorang prajurit aktif yang memegang pangkat “perwira senior” di pasukan Kyiv.
“Pilot Angkatan Bersenjata Ukraina saat ini berada di Rusia dan sedang diwawancarai oleh Dinas Keamanan Federal,” kata seorang pilot helikopter serang militer Rusia yang diidentifikasi oleh TASS sebagai Aleksey Voevoda.
Orang-orang Rusia dilaporkan berada di balik operasi pembelotan pilot Ukraina tersebut.
Voevoda menolak untuk mengungkapkan rincian apa pun tentang operasi tersebut, dan menambahkan bahwa dia tidak dapat membagikannya sekarang.
Beberapa saluran Telegram Rusia mengeklaim bahwa wawancara dengan pilot Ukraina mungkin akan segera dipublikasikan. Identitas dan pangkatnya masih belum jelas. Menurut Voevoda, pilot Ukraina tersebut adalah seorang komandan penerbangan di Ukraina.
Pilot itu dilaporkan telah membantu pasukan Rusia sejak awal konflik antara Moskow dan Kyiv, menurut klaim Wakil Menteri Informasi Republik Rakyat Donetsk, Daniil Beznosov.
“Pilot Ukraina telah datang ke pihak kami sejak awal operasi militer khusus dan membantu kami dengan informasi dan cara lain,” tulis dia dalam postingan Telegram.
Perkembangan ini terjadi di tengah serangan balasan Ukraina yang sebagian besar terhenti. Operasi tersebut, yang diluncurkan oleh Kyiv pada awal Juni, gagal membawa perubahan berarti di garis depan.
Sebaliknya, hal ini juga menyebabkan kerugian besar baik personel maupun material di pihak Ukraina.
Pada akhir Oktober, Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengatakan bahwa pasukan Rusia telah “menjatuhkan 24 pesawat dalam lima hari”.
Awal bulan yang sama, Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan perkiraan bahwa Kyiv kehilangan lebih dari 90.000 tentara dalam serangan balasannya. Menurut Putin, militer Ukraina juga kehilangan 557 tank dan hampir 1.900 kendaraan lapis baja pada periode yang sama.
Pada awal November, Panglima Militer Ukraina Jenderal Valery Zaluzhny mengatakan kepada The Economist bahwa konflik antara kedua tetangga tersebut telah mencapai kebuntuan ala Perang Dunia I, di mana Rusia memiliki keunggulan karena cadangan personel yang lebih banyak dan sumber daya yang lebih besar.
(mas)
tulis komentar anda