Hamas: Pernyataan AS Picu Israel Lakukan Pembantaian Brutal di RS Gaza
Rabu, 15 November 2023 - 07:08 WIB
GAZA - Hamas mengatakan pernyataan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang memicu Israel melakukan pembantaian brutal di Rumah Sakit (RS) al-Shifa, Gaza.
Pemerintah AS sebelumnya mengatakan Hamas memiliki pusat komando di RS al-Shifa. Menurut Hamas, pernyataan itulah yang menjadi "lampu hijau” bagi Israel untuk melakukan kekejaman di fasilitas medis tersebut.
“Pernyataan ini memberikan lampu hijau kepada pendudukan Israel untuk melakukan pembantaian brutal lebih lanjut yang menargetkan rumah sakit, dengan tujuan menghancurkan sistem layanan kesehatan Gaza dan menggusur warga Palestina,” kata kelompok perlawanan Palestina yang berkuasa di Gaza tersebut dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan dalam bahasa Inggris pada hari Selasa.
“Amerika Serikat memikul tanggung jawab langsung atas terjadinya perang genosida Israel di Gaza,” lanjut Hamas, seperti dikutip AFP, Rabu (15/11/2023).
Reaksi kelompok tersebut muncul segera setelah juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby menuduh Hamas memiliki pusat komando dan kontrol di RS al-Shifa.
“Mereka telah menyimpan senjata di sana dan mereka siap untuk menanggapi operasi militer Israel terhadap fasilitas itu,” kata Kirby kepada wartawan.
Hamas, pada hari yang sama, mengecam klaim tentara Israel bahwa botol bayi yang dibuang, toilet darurat, dan sepeda motor bekas peluru adalah bukti bahwa kelompok militan tersebut melakukan penyanderaan di dalam Rumah Sakit Anak al-Rantisi di Kota Gaza.
Pada Senin malam, juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan pasukan negaranya menemukan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Hamas melakukan penyanderaan di ruang bawah tanah RS Anak al-Rantisi.
Tuduhan militer Israel tidak dapat dikonfirmasi secara independen, dan Kementerian Kesehatan Hamas mengatakan benda-benda tersebut hanya menunjukkan bahwa ruang bawah tanah digunakan oleh warga pengungsi yang melarikan diri dari pertempuran.
Dalam sebuah pernyataan, kementerian tersebut mengatakan bahwa video yang dirilis militer Israel tersebut adalah “pementasan yang buruk” dan “tidak ada satu pun bukti” yang mendukung klaim tentara Israel.
“Ruang bawah tanah ini muncul dalam cetak biru asli rumah sakit sebagai tempat penyimpanan dan para pengungsi mencari perlindungan di sana,” imbuhnya.
Sekitar 240 orang disandera oleh Hamas yang menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober lalu. Serangan itu juga menewaskan sekitar 1.200 orang.
Serangan yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa inilah yang membuat Israel mendeklarasikan perang. Sejak itu, militer Zionis membombardir Gaza nyaris tanpa henti. Lebih dari 11.000 orang tewas.
Hagari tidak mengatakan berapa banyak sandera yang diyakini tentara Israel ditahan di rumah sakit di utara Jalur Gaza yang terkepung.
Namun, dalam video yang direkam di lokasi, dia melihat berbagai adegan dengan mengatakan: "Hamas menyandera di sini”.
Hagari mengatakan sepeda motor bertanda peluru yang digunakan untuk mengangkut sandera berada di ruang bawah tanah, di samping kursi dengan tali di dekat kakinya dan pakaian wanita yang dibuang.
Toilet darurat juga disebut-sebut sebagai bukti adanya sandera yang ditahan di lantai bawah.
“Anda tidak perlu membangun sesuatu secara improvisasi di rumah sakit, di ruang bawah tanah, kecuali Anda ingin menahan seseorang di ruang bawah tanah dan Anda tidak ingin ada orang yang melihatnya,” kata Hagari.
“Saya juga ingin Anda melihat ruangan ini,” katanya. “Orang-orang memasang tirai tanpa apa pun di belakangnya, hanya dinding. Tidak ada alasan untuk memasang tirai di sini kecuali Anda ingin memfilmkan para sandera.”
Sejak perang pecah, halaman rumah sakit di Gaza dipenuhi ribuan warga sipil yang kehilangan tempat tinggal dan sangat membutuhkan perlindungan dari pemboman Israel yang tiada henti.
Hagari mengatakan daftar yang ditempel di dinding adalah giliran militan Hamas yang menjaga para sandera.
Namun, saat kamera memperbesar, terlihat penghitungan tanggal sejak 7 Oktober, namun tanpa nama tertulis.
Gudang senjata—yang digambarkan Hagari sebagai “peralatan untuk pertempuran besar”—juga ditemukan di rumah sakit, menurut militer Israel.
Sementara itu pada hari Selasa, militer Israel mengonfirmasi kematian tentara wanita Noa Marciano, yang mereka katakan telah “diculik oleh kelompok militan Palestina."
Hamas sebelumnya mengatakan dia terbunuh dalam pengeboman Israel tetapi militer Isrel tidak mengatakan bagaimana dia meninggal.
Pemerintah AS sebelumnya mengatakan Hamas memiliki pusat komando di RS al-Shifa. Menurut Hamas, pernyataan itulah yang menjadi "lampu hijau” bagi Israel untuk melakukan kekejaman di fasilitas medis tersebut.
“Pernyataan ini memberikan lampu hijau kepada pendudukan Israel untuk melakukan pembantaian brutal lebih lanjut yang menargetkan rumah sakit, dengan tujuan menghancurkan sistem layanan kesehatan Gaza dan menggusur warga Palestina,” kata kelompok perlawanan Palestina yang berkuasa di Gaza tersebut dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan dalam bahasa Inggris pada hari Selasa.
“Amerika Serikat memikul tanggung jawab langsung atas terjadinya perang genosida Israel di Gaza,” lanjut Hamas, seperti dikutip AFP, Rabu (15/11/2023).
Reaksi kelompok tersebut muncul segera setelah juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby menuduh Hamas memiliki pusat komando dan kontrol di RS al-Shifa.
“Mereka telah menyimpan senjata di sana dan mereka siap untuk menanggapi operasi militer Israel terhadap fasilitas itu,” kata Kirby kepada wartawan.
Tepis Tuduhan Menyandera
Hamas, pada hari yang sama, mengecam klaim tentara Israel bahwa botol bayi yang dibuang, toilet darurat, dan sepeda motor bekas peluru adalah bukti bahwa kelompok militan tersebut melakukan penyanderaan di dalam Rumah Sakit Anak al-Rantisi di Kota Gaza.
Pada Senin malam, juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan pasukan negaranya menemukan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Hamas melakukan penyanderaan di ruang bawah tanah RS Anak al-Rantisi.
Tuduhan militer Israel tidak dapat dikonfirmasi secara independen, dan Kementerian Kesehatan Hamas mengatakan benda-benda tersebut hanya menunjukkan bahwa ruang bawah tanah digunakan oleh warga pengungsi yang melarikan diri dari pertempuran.
Dalam sebuah pernyataan, kementerian tersebut mengatakan bahwa video yang dirilis militer Israel tersebut adalah “pementasan yang buruk” dan “tidak ada satu pun bukti” yang mendukung klaim tentara Israel.
“Ruang bawah tanah ini muncul dalam cetak biru asli rumah sakit sebagai tempat penyimpanan dan para pengungsi mencari perlindungan di sana,” imbuhnya.
Sekitar 240 orang disandera oleh Hamas yang menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober lalu. Serangan itu juga menewaskan sekitar 1.200 orang.
Serangan yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa inilah yang membuat Israel mendeklarasikan perang. Sejak itu, militer Zionis membombardir Gaza nyaris tanpa henti. Lebih dari 11.000 orang tewas.
Hagari tidak mengatakan berapa banyak sandera yang diyakini tentara Israel ditahan di rumah sakit di utara Jalur Gaza yang terkepung.
Namun, dalam video yang direkam di lokasi, dia melihat berbagai adegan dengan mengatakan: "Hamas menyandera di sini”.
Hagari mengatakan sepeda motor bertanda peluru yang digunakan untuk mengangkut sandera berada di ruang bawah tanah, di samping kursi dengan tali di dekat kakinya dan pakaian wanita yang dibuang.
Toilet darurat juga disebut-sebut sebagai bukti adanya sandera yang ditahan di lantai bawah.
“Anda tidak perlu membangun sesuatu secara improvisasi di rumah sakit, di ruang bawah tanah, kecuali Anda ingin menahan seseorang di ruang bawah tanah dan Anda tidak ingin ada orang yang melihatnya,” kata Hagari.
“Saya juga ingin Anda melihat ruangan ini,” katanya. “Orang-orang memasang tirai tanpa apa pun di belakangnya, hanya dinding. Tidak ada alasan untuk memasang tirai di sini kecuali Anda ingin memfilmkan para sandera.”
Sejak perang pecah, halaman rumah sakit di Gaza dipenuhi ribuan warga sipil yang kehilangan tempat tinggal dan sangat membutuhkan perlindungan dari pemboman Israel yang tiada henti.
Hagari mengatakan daftar yang ditempel di dinding adalah giliran militan Hamas yang menjaga para sandera.
Namun, saat kamera memperbesar, terlihat penghitungan tanggal sejak 7 Oktober, namun tanpa nama tertulis.
Gudang senjata—yang digambarkan Hagari sebagai “peralatan untuk pertempuran besar”—juga ditemukan di rumah sakit, menurut militer Israel.
Sementara itu pada hari Selasa, militer Israel mengonfirmasi kematian tentara wanita Noa Marciano, yang mereka katakan telah “diculik oleh kelompok militan Palestina."
Hamas sebelumnya mengatakan dia terbunuh dalam pengeboman Israel tetapi militer Isrel tidak mengatakan bagaimana dia meninggal.
(mas)
tulis komentar anda