Para Dokter Dipaksa Tinggalkan RS Al-Shifa ke Gaza Selatan, Tempuh Perjalanan Mengerikan
Senin, 13 November 2023 - 19:15 WIB
GAZA - Kompleks medis terbesar di Gaza, Rumah Sakit Al-Shifa, telah berada di bawah pengepungan dan pemboman Israel sejak 9 November 2023.
Kondisi itu memaksa sejumlah dokter dan warga sipil meninggalkan fasilitas tersebut, yang telah dinyatakan “tidak dapat digunakan” oleh pejabat kesehatan.
Di antara mereka yang melarikan diri adalah ahli bedah Palestina Haya al-Sheikh Khalil, yang tidak meninggalkan fasilitas tersebut sejak awal serangan Israel di Jalur Gaza lebih dari sebulan yang lalu, hingga hari Jumat, 10 November, ketika invasi militer Israel ke gedung tersebut tampaknya akan segera terjadi.
Dia mengatakan kepada Middle East Eye bahwa dia meninggalkan rumah sakit bersama dua saudara laki-lakinya, sejumlah dokter wanita dan banyak warga sipil yang mengungsi setelah ultimatum Israel untuk mengungsi pada Jumat sore.
Khalil mengatakan pada Kamis malam, pasukan Israel menargetkan gedung spesialisasi dengan rudal dan peluru tank, serta gedung klinik rawat jalan serta gedung kebidanan dan ginekologi.
Meskipun terdapat risiko kematian, sejumlah besar dokter menolak meninggalkan korban luka, karena mereka tidak dapat dievakuasi dari rumah sakit karena kondisi kritis mereka.
“Saya tidak dapat memahami kekejaman yang dilakukan pendudukan Israel di Rumah Sakit al-Shifa, fasilitas yang menampung banyak orang yang terluka dan dokter sipil yang meninggalkan rumah dan keluarga mereka untuk memberikan perawatan,” ujar Khalil.
Dia mengatakan banyak pasien di al-Shifa telah kehilangan seluruh keluarga mereka, meninggalkan mereka tanpa seorang pun yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.
Kondisi itu memaksa sejumlah dokter dan warga sipil meninggalkan fasilitas tersebut, yang telah dinyatakan “tidak dapat digunakan” oleh pejabat kesehatan.
Di antara mereka yang melarikan diri adalah ahli bedah Palestina Haya al-Sheikh Khalil, yang tidak meninggalkan fasilitas tersebut sejak awal serangan Israel di Jalur Gaza lebih dari sebulan yang lalu, hingga hari Jumat, 10 November, ketika invasi militer Israel ke gedung tersebut tampaknya akan segera terjadi.
Dia mengatakan kepada Middle East Eye bahwa dia meninggalkan rumah sakit bersama dua saudara laki-lakinya, sejumlah dokter wanita dan banyak warga sipil yang mengungsi setelah ultimatum Israel untuk mengungsi pada Jumat sore.
Khalil mengatakan pada Kamis malam, pasukan Israel menargetkan gedung spesialisasi dengan rudal dan peluru tank, serta gedung klinik rawat jalan serta gedung kebidanan dan ginekologi.
Meskipun terdapat risiko kematian, sejumlah besar dokter menolak meninggalkan korban luka, karena mereka tidak dapat dievakuasi dari rumah sakit karena kondisi kritis mereka.
“Saya tidak dapat memahami kekejaman yang dilakukan pendudukan Israel di Rumah Sakit al-Shifa, fasilitas yang menampung banyak orang yang terluka dan dokter sipil yang meninggalkan rumah dan keluarga mereka untuk memberikan perawatan,” ujar Khalil.
Dia mengatakan banyak pasien di al-Shifa telah kehilangan seluruh keluarga mereka, meninggalkan mereka tanpa seorang pun yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.
tulis komentar anda