China Unggul di Tenaga Surya, Namun Penggunaan Batu Baranya Picu Kekhawatiran

Kamis, 09 November 2023 - 08:48 WIB
Agustus lalu, data terakhir yang tersedia saat ini, 97,8 persen listrik dihasilkan oleh tenaga angin dan 98,8 persen energi surya—yang merupakan indikasi bahwa China menggunakan energi terbarukannya secara efektif.

Nate Hultman, direktur Pusat Keberlanjutan Global di Universitas Maryland, mengatakan bahwa sangat penting bagi China untuk bekerja pada keandalan jaringan listrik—sebuah isu yang dapat menentukan apakah China menggunakan seluruh batu bara yang telah mereka kembangkan.

"Jika mereka tahu cara menjalankan jaringan listrik mereka dengan energi terbarukan tingkat tinggi dan peningkatan efisiensi, hal ini akan mengurangi tekanan terhadap kebutuhan akan penggunaan batu bara," ujar Hultman, mantan asisten Kerry.

"Hasil nyata dari perubahan iklim bergantung pada cara Anda mengelola jaringan listrik tersebut," lanjutnya.

Di pinggiran barat Weifang, sebuah kota di utara Shandong, Perusahaan Pembangkit Listrik Fotovoltaik Minghui dan penyedia tenaga surya terdekat lainnya diperintahkan untuk menghentikan instalasi baru, setidaknya selama tiga bulan hingga jaringan transmisinya memadai, kata seorang manajer bernama Wu.

Geografi dan pola cuaca menimbulkan tantangan bagi China dalam mengurangi penggunaan batu bara. Mayoritas kota-kota besar yang haus energi di China berada di wilayah yang minim embusan angin. Hal ini menjadikan pembangkit tenaga surya dan transmisi yang efisien dari wilayah lain menjadi penting. Sebaliknya, garis pantai China cenderung berangin.

Di Weifang, yang menjadi tuan rumah kontes terbang layang-layang internasional, ratusan turbin angin berdiri di kolam pasang surut di sepanjang pantai kota sepanjang 113 kilometer. Membangun turbin bermil-mil jauhnya dari laut, seperti yang dilakukan Eropa, merupakan hal sulit bagi China karena sebagian besar dasar lautnya lunak dan berlumpur.

Salah satu alasan cepatnya penerapan energi terbarukan di China adalah undang-undang zonasi yang menguntungkan dan dukungan dari masyarakat. Persetujuan untuk energi terbarukan dikeluarkan dengan cepat, berbeda dengan prosedur yang sering kali memakan waktu lama di AS, di mana sebuah kabupaten harus terlebih dahulu menjadwalkan 19 pertemuan hanya untuk membahas satu pembangkit listrik tenaga angin.

Peningkatan kualitas udara yang tajam di China juga telah membantu membangun dukungan masyarakat terhadap energi terbarukan—meski para ilmuwan mengatakan pembatasan polusi yang lebih ketat pada pabrik, boiler, dan kendaraan telah memainkan peran penting dalam mengurangi polusi udara di negara tersebut. Dari tahun 2013 hingga 2021, China mengurangi polutan partikel halus sebesar 42 persen, menurut analisis foto satelit Universitas Chicago.

Zhu Peng, seorang penjual pupuk yang pergi memancing pada suatu pagi baru-baru ini di pantai Weifang, mengatakan bahwa dirinya menyambut baik kehadiran turbin angin di wilayahnya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More