7 Fakta Mengejutkan Nasrallah, Pemimpin Hizbullah yang Berani Melawan Israel
Senin, 06 November 2023 - 14:11 WIB
JAKARTA - Pemimpin Hizbullah Lebanon Hassan Nasrallah baru-baru ini muncul dan berpidato di tengah perang Israel-Hamas yang sedang berkecamuk di Gaza, Palestina.
Nasrallah mengatakan membuka front kedua perang melawan Israel menjadi "opsi di atas meja".
Dia juga mengatakan Hizbullah sudah memasuki pertempuran dengan Israel pada 8 Oktober atau sehari setelah Hamas meluncurkan serangan besar ke Israel yang menewaskan lebih dari 1.400 orang dan ratusan lainnya diculik.
7 Fakta Mengejutkan Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah
Lahir dari keluarga Muslim Syiah di pinggiran kota Beirut pada tahun 1960, Nasrallah menyelesaikan pendidikannya di Tirus, kemudian bergabung sebentar dengan Gerakan Amal, dan kemudian di seminari Syiah di Baalbek. Dia kemudian belajar dan mengajar di sekolah Amal.
Selain sebagai ulama, Nasrallah memiliki "gelar" di depan namanya. Gelar seperti itu dikenal sebagai tanda seseorang yang memiliki nasab atau keturunan Nabi Muhammad SAW. Namun, nasab tersebut belum bisa diverifikasi secara independen.
Nasrallah bergabung dengan Hizbullah setelah invasi Israel ke Lebanon tahun 1982. Setelah sempat belajar agama sebentar di Iran, Nasrallah kembali ke Lebanon dan menjadi pemimpin Hizbullah setelah pendahulunya, Abbas al-Musawi, dibunuh oleh serangan udara Israel pada tahun 1992.
Di bawah kepemimpinan Nasrallah, Hizbullah memperoleh roket dengan jangkauan lebih jauh, yang memungkinkan kelompok itu menyerang Israel utara.
Setelah Israel menderita banyak korban selama 18 tahun pendudukannya di Lebanon selatan, Israel menarik pasukannya pada tahun 2000, yang meningkatkan popularitas Hizbullah di wilayah tersebut, dan memperkuat posisi Hizbullah di Lebanon.
Lantaran jadi pendukung Assad, Hizbullah dilaporkan menerima pasokan senjata dari Suriah yang semakin memperkuat kelompok milisi Lebanon tersebut.
Dia bersekolah di sekolah al-Najah dan kemudian di sekolah umum di lingkungan Sin el Fil Beirut yang mayoritas penduduknya beragama Kristen.
Pada 1975, Perang Saudara Lebanon memaksa keluarga Nasrallah pindah ke rumah leluhur mereka di Bazourieh, tempat Nasrallah menyelesaikan pendidikan menengahnya di sekolah umum Sour.
Selama bersekolah, dia sempat bergabung dengan Gerakan Amal, sebuah kelompok politik Syiah Lebanon.
Nasrallah juga belajar di seminari Syiah di kota Baalbek di Lembah Beqaa. Sekolah tersebut mengikuti ajaran Ayatollah Mohammad Baqir al-Sadr, ulama kelahiran Irak yang mendirikan gerakan Dawa di Najaf, Irak, pada awal 1960-an.
Pada 1976, dalam usia 16 tahun, Nasrallah melakukan perjalanan ke Irak di mana dia diterima di seminari Ayatollah al-Sadr di Najaf.
Al-Sadr mengenali kualitas Nasrallah dan mengatakan "Aku mencium aroma kepemimpinan dalam dirimu; kamu adalah salah satu Ansar [pengikut] Mahdi...".
Nasrallah kemudian diusir dari Irak, bersama puluhan pelajar Lebanon lainnya, pada 1978. Al-Sadr dipenjarakan, disiksa dan dibunuh secara brutal. Nasrallah terpaksa kembali ke Lebanon pada tahun 1979, setelah menyelesaikan bagian pertama studinya, karena Presiden Irak saat itu, Saddam Hussein, mengusir banyak penganut Syiah, termasuk Ruhollah Khomeini (Ayatollah Khomeini) dan Abbas Musawi.
Israel dan Lebanon terlibat perang pada 2006. Itu dipicu penyergapan oleh Hizbullah di wilayah Israel yang menyebabkan tiga tentara Zionis tewas dan dua orang diculik.
Selama perang, pengeboman Israel menargetkan sasaran Hizbullah menyebabkan kerusakan di banyak wilayah Beirut, terutama di Beirut Selatan yang lebih miskin dan mayoritas Muslim Syiah, yang dikendalikan oleh Hizbullah.
Pada 3 Agustus 2006, Hasan Nasrallah bersumpah untuk menyerang Tel Aviv sebagai pembalasan atas pengeboman Israel di Ibu Kota Lebanon.
“Jika Anda menyerang Beirut, perlawanan Islam akan menghantam Tel Aviv dan mereka mampu melakukannya dengan pertolongan Tuhan,” kata Nasrallah.
Nasrallah dan anak buahnya bahkan dianggap Israel dan Amerika Serikat sebagai proksi Iran. Namun, para pengamat menilai Hizbullah bukan proksi Iran. Artinya, kelompok tersebut bisa bertindak melawan Israel di luar komando Iran.
Dia sering menghindari penampilan publik dan berbicara melalui video konferensi untuk menjaga keamanannya.
Nasrallah mengatakan membuka front kedua perang melawan Israel menjadi "opsi di atas meja".
Dia juga mengatakan Hizbullah sudah memasuki pertempuran dengan Israel pada 8 Oktober atau sehari setelah Hamas meluncurkan serangan besar ke Israel yang menewaskan lebih dari 1.400 orang dan ratusan lainnya diculik.
Baca Juga
7 Fakta Mengejutkan Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah
1. Seorang Ulama
Hassan Nasrallah lahir 31 Agustus 1960. Dia adalah seorang ulama Lebanon dan Sekretaris Jenderal Hizbullah, sebuah partai politik Islam Syiah dan kelompok militan Lebanon.Lahir dari keluarga Muslim Syiah di pinggiran kota Beirut pada tahun 1960, Nasrallah menyelesaikan pendidikannya di Tirus, kemudian bergabung sebentar dengan Gerakan Amal, dan kemudian di seminari Syiah di Baalbek. Dia kemudian belajar dan mengajar di sekolah Amal.
Selain sebagai ulama, Nasrallah memiliki "gelar" di depan namanya. Gelar seperti itu dikenal sebagai tanda seseorang yang memiliki nasab atau keturunan Nabi Muhammad SAW. Namun, nasab tersebut belum bisa diverifikasi secara independen.
2. Jadi Sekjen Hizbullah
Nasrallah bergabung dengan Hizbullah setelah invasi Israel ke Lebanon tahun 1982. Setelah sempat belajar agama sebentar di Iran, Nasrallah kembali ke Lebanon dan menjadi pemimpin Hizbullah setelah pendahulunya, Abbas al-Musawi, dibunuh oleh serangan udara Israel pada tahun 1992.Di bawah kepemimpinan Nasrallah, Hizbullah memperoleh roket dengan jangkauan lebih jauh, yang memungkinkan kelompok itu menyerang Israel utara.
Setelah Israel menderita banyak korban selama 18 tahun pendudukannya di Lebanon selatan, Israel menarik pasukannya pada tahun 2000, yang meningkatkan popularitas Hizbullah di wilayah tersebut, dan memperkuat posisi Hizbullah di Lebanon.
3. Pendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad
Pada 2013, Hizbullah melibatkan diri dalam Perang Saudara Suriah. Nasrallah dan anak buahnya membela rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad dari kelompok oposisi dan kelompok ekstremis yang ingin menggulingkannya.Lantaran jadi pendukung Assad, Hizbullah dilaporkan menerima pasokan senjata dari Suriah yang semakin memperkuat kelompok milisi Lebanon tersebut.
4. Pernah Diusir dari Irak
Nasrallah lahir sebagai anak kesembilan dari sepuluh bersaudara dalam keluarga Syiah di Bourj Hammoud, Distrik Matn, Beirut. Meski keluarganya tidak terlalu religius, Nasrallah tertarik pada studi teologi.Dia bersekolah di sekolah al-Najah dan kemudian di sekolah umum di lingkungan Sin el Fil Beirut yang mayoritas penduduknya beragama Kristen.
Pada 1975, Perang Saudara Lebanon memaksa keluarga Nasrallah pindah ke rumah leluhur mereka di Bazourieh, tempat Nasrallah menyelesaikan pendidikan menengahnya di sekolah umum Sour.
Selama bersekolah, dia sempat bergabung dengan Gerakan Amal, sebuah kelompok politik Syiah Lebanon.
Nasrallah juga belajar di seminari Syiah di kota Baalbek di Lembah Beqaa. Sekolah tersebut mengikuti ajaran Ayatollah Mohammad Baqir al-Sadr, ulama kelahiran Irak yang mendirikan gerakan Dawa di Najaf, Irak, pada awal 1960-an.
Pada 1976, dalam usia 16 tahun, Nasrallah melakukan perjalanan ke Irak di mana dia diterima di seminari Ayatollah al-Sadr di Najaf.
Al-Sadr mengenali kualitas Nasrallah dan mengatakan "Aku mencium aroma kepemimpinan dalam dirimu; kamu adalah salah satu Ansar [pengikut] Mahdi...".
Nasrallah kemudian diusir dari Irak, bersama puluhan pelajar Lebanon lainnya, pada 1978. Al-Sadr dipenjarakan, disiksa dan dibunuh secara brutal. Nasrallah terpaksa kembali ke Lebanon pada tahun 1979, setelah menyelesaikan bagian pertama studinya, karena Presiden Irak saat itu, Saddam Hussein, mengusir banyak penganut Syiah, termasuk Ruhollah Khomeini (Ayatollah Khomeini) dan Abbas Musawi.
5. Berani Melawan Israel
Nasrallah baru-baru ini muncul dan berpidato di tengah perang Israel-Hamas yang berkecamuk di Gaza, Palestina. Dia mengatakan membuka front kedua perang dengan Israel adalah "opsi di atas meja".Israel dan Lebanon terlibat perang pada 2006. Itu dipicu penyergapan oleh Hizbullah di wilayah Israel yang menyebabkan tiga tentara Zionis tewas dan dua orang diculik.
Selama perang, pengeboman Israel menargetkan sasaran Hizbullah menyebabkan kerusakan di banyak wilayah Beirut, terutama di Beirut Selatan yang lebih miskin dan mayoritas Muslim Syiah, yang dikendalikan oleh Hizbullah.
Pada 3 Agustus 2006, Hasan Nasrallah bersumpah untuk menyerang Tel Aviv sebagai pembalasan atas pengeboman Israel di Ibu Kota Lebanon.
“Jika Anda menyerang Beirut, perlawanan Islam akan menghantam Tel Aviv dan mereka mampu melakukannya dengan pertolongan Tuhan,” kata Nasrallah.
6. Menikmati Dukungan Iran
Hizbullah, di bawah kepemimpinan Nasrallah, memiliki hubungan dekat dengan Iran dan menerima dukungan finansial dan militer dari Teheran.Nasrallah dan anak buahnya bahkan dianggap Israel dan Amerika Serikat sebagai proksi Iran. Namun, para pengamat menilai Hizbullah bukan proksi Iran. Artinya, kelompok tersebut bisa bertindak melawan Israel di luar komando Iran.
7. Hidupnya dalam Bahaya
Nasrallah hidup dalam kondisi berbahaya dan terus-menerus berada di bawah ancaman pembunuhan. Itu karena keterlibatannya dalam Perang Saudara Suriah maupun permusuhannya dengan Israel.Dia sering menghindari penampilan publik dan berbicara melalui video konferensi untuk menjaga keamanannya.
(mas)
tulis komentar anda